KOMPAS.com - Asal usul virus corona penyebab pandemi Covid-19 masih menjadi misteri dan terus diselidiki.
Baru-baru ini, ilmuwan yang juga epidemiolog dari Universitas Columbia, Ian Lipkin mengklaim bahwa dia pertama kali mengetahui virus corona penyebab Covid-19 di Wuhan, China pada 15 Desember 2019.
Tanggal tersebut hampir dua pekan sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkannya pada akhir Desember 2019.
Baca juga: Peluang Ungkap Asal Usul Covid-19 Hampir Tertutup, Lalu Bagaimana Selanjutnya?
WHO terlambat diberi tahu
Dikutip dari DailyMail, Senin (6/9/2021), dalam sebuah film dokumenter yang digarap oleh sutradara Spike Lee, Prof Lipkin mengatakan, ia mengetahui wabah itu lebih dulu.
Namun China mengklaim hanya ada 5 pasien yang tertular dari seorang pasien dengan virus corona baru yang diduga muncul satu minggu sebelumnya.
WHO tidak diberi tahu adanya temuan virus selama 16 hari setelah Taiwan membunyikan alarm.
Penundaan pengumuman ini memungkinkan virus menyebar dengan cepat, dengan konsekuensi bencana wabah.
"Latar belakang virus di Wuhan masih menimbulkan banyak pertanyaan yang sangat membutuhkan jawaban untuk memastikan kita menghindari terulangnya pandemi yang telah sangat merugikan kita semua," ujar Ketua Komite Urusan Luar Negeri, Tory Tom Tugendhat.
Menurut dia, China perlu berhenti memasang penghalang untuk memastikan dunia dapat memahami apa yang terjadi dan mempelajari semua yang diperlukan untuk mencegah pandemi.
Baca juga: Peneliti WHO Ungkap Asal Usul Virus Corona hingga Cara Penyebarannya
Bisa dicegah
Prof Lipkin juga menyampaikan, dirinya diberi tahu oleh mitra peneliti China bernama Lu Jiahai, seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Guangzhou, yang mengatakan epidemi itu dapat dicegah jika sistem peringatan berfungsi dengan baik.
Di sisi lain, klaim Prof Lipkin bertentangan dengan narasi Pemerintah China yang menyampaikan ada seorang dokter di Wuhan yang pertama kali melaporkan virus baru itu pada 27 Desember 2019.
Dokter itu melaporkan kejadian tersebut setelah melihat ada kasus pasien dengan gejala Covid-19 di rumah sakitnya.
Kenyataannya, virus SARS-CoV-2 itu merebak luas di akhir tahun 2019.
Selain itu, wartawan melaporkan bahwa sebuah laboratorium swasta di Guangzhou telah mengumpulkan urutan genom virus yang hampir lengkap, melihat kesamaan patogen dengan SARS, dan meneruskan data ke Akademi Ilmu Kedokteran China.
Tetapi, laporan dari media Caixin tersebut kemudian dihapus dari internet.
Baca juga: Rekap Perkembangan Virus Corona Wuhan dari Waktu ke Waktu
Asal-usul virus
Selama perjalanannya, Prof Lipkin mengaku bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dan ilmuwan terkemuka untuk membahas penyakit tersebut.
Ia memperkirakan virus baru akan menyebabkan kematian lebih sedikit daripada SARS, yang menewaskan 774 orang setelah muncul pada tahun 2002.
Dalam upayanya meninjau asal-usul virus, Prof Lipkin sempat tertular Covid-19 dan kemudian kembali ke AS.
Perannya diklaim menjadi tokoh kunci dalam perdebatan sengit tentang asal-usul virus dan upaya untuk melumpuhkan hipotesis kebocoran laboratorium oleh lembaga ilmiah.
Namun belakangan Prof Lipkin mengakui pandangannya berubah setelah mengetahui bahwa eksperimen berisiko tinggi pada virus corona kelelawar dilakukan oleh para ilmuwan Wuhan di laboratorium dengan keamanan hayati rendah.
"Jika mereka memiliki ratusan sampel kelelawar yang masuk, dan beberapa di antaranya tidak dikarakterisasi, bagaimana mereka tahu apakah virus ini ada atau tidak ada di lab ini? Mereka tidak akan melakukannya," ujar Lipkin.
Baca juga: Trump Sebut Covid-19 Berasal dari Lab Wuhan, Berikut Penjelasan Ahli Terkait Asal Virus
Laporan munculnya kasus
Sebelumnya tim studi WHO yang mencakup menyampaikan laporan yang dikritik secara luas enam bulan lalu yang memberi tahu bahwa kasus onset paling awal adalah 8 Desember 2019.
Bahkan, sebuah studi penting oleh para ilmuwan China di jurnal The Lancet membahas pasien sebelumnya.
Mail on Sunday telah mengungkapkan bahwa akademisi yang bertanggung jawab mengumpulkan data resmi mengatakan kepada jurnal kesehatan China tentang dugaan kematian seorang pasien yang jatuh sakit pada akhir September 2019.
Hal ini diikuti oleh dua kasus lagi pada 14 dan 21 November 2019.
Baca juga: WHO Selidiki Asal-usul Virus Corona dari Hewan di China
Kasus awal lainnya termasuk Connor Reed, seorang warga Inggris berusia 25 tahun yang mengajar di Wuhan, yang mengatakan kepada Mail Online bahwa dia jatuh sakit pada 25 November 2019.
Reed mengungkapkan, penyakit yang melemahkan tubuhnya dikonfirmasi sebagai virus corona baru oleh rumah sakit dua bulan kemudian.
Ahli virologi Belanda Ron Fouchier mengatakan kepada sebuah film dokumenter bahwa ia membahas wabah pada minggu pertama bulan Desember dengan rekannya Marion Koopmans, anggota tim penyelidikan WHO.
"Ada desas-desus bahwa orang sakit dan itu ada hubungannya dengan pasar hewan," ujar Fouchier.
"Selama bulan Desember menjadi jelas bahwa itu adalah virus corona yang dapat ditularkan melalui saluran udara. Kemudian semua bel alarm berbunyi," lanjut dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.