KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) 2 jenis vaksin Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BPOM Penny K Lukito pada Selasa (7/9/2021) lalu.
Adapun 2 jenis vaksin Covid-19 yang dimaksud, yakni vaksin produksi Johnson & Johnson (Janssen Covid-19 Vaccine) dan Cansino (Convidecia).
Lalu, apa saja spesifikasi dari dua jenis vaksin Covid-19 ini?
Baca juga: Arti Warna Barcode Hitam, Merah, Kuning, dan Hijau Aplikasi PeduliLindungi
Vaksin Janssen Covid-19 Vaccine
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (8/9/2021), vaksin Janssen digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas dengan pemberian satu kali suntikan atau dosis tunggal sebanyak 0,5 ml secara intramuscular.
Dari segi efikasi atau keefektifan vaksin, umumnya vaksin Janssen dapat mencegah semua gejala Covid-19 sebesar 67,2 persen.
Angka tersebut diperoleh dari data studi klinik fase 3 pada 28 hari setelah pelaksanaan vaksinasi.
Sedangkan, untuk mencegah gejala Covid-19 sedang hingga berat yang dialami subyek di atas 18 tahun, efikasinya sebesar 66,1 persen.
Setelah subyek menerima vaksin, maka akan muncul reaksi lokal maupun sistemik yang menunjukkan tingkat keparahan grade 1 dan 2.
Efek samping vaksin atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) lokal yang umum terjadi, antara lain:
- Nyeri
- Kemerahan
- Pembengkakan
Sedangkan KIPI sistemik yang umum terjadi, yakni:
- Sakit kepala
- Rasa lelah
- Nyeri otot
- Mengantuk
- Mual
- Muntah
- Demam
- Diare
Selain itu, vaksin Janssen diproduksi di beberapa fasilitas produksi, seperti di Grand River USA, Aspen South Africa, dan Catalent Indiana USA.
Untuk di Indonesia, vaksin Janssen didaftarkan oleh PT Integrated Health Indonesia (IHI) sebagai pemegang EUA dan bertanggung jawab untuk penjaminan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin.
Baca juga: Muncul Tampilan “Tidak Terdaftar” Saat Cek BSU di Laman Kemenaker, Apa Artinya?
Vaksin Convidicea
Dikutip dari situs Precisionvaccinations, Jumat (3/9/2021), Convidicea (Ad5-nCoV) adalah vaksin vektor virus rekombinan baru untuk Covid-19 di China.
Vaksin ini diberikan untuk dosis tunggal atau satu kali penyuntikan di atas platform teknologi vaksin vektor virus berbasis adenovirus CanSinoBIO.
Cara kerja vaksin ini menggunakan virus flu biasa yang dilemahkan (adenovirus, yang menginfeksi sel manusia dengan mudah tetapi tidak mampu menyebabkan penyakit), untuk mengirimkan materi genetik yang mengkode protein lonjakan SARS-CoV-2 ke sel.
Sel-sel ini kemudian menghasilkan protein lonjakan dan melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening, di mana sistem kekebalan menciptakan antibodi yang akan mengenali protein lonjakan itu dan melawan virus corona.
Berdasarkan data analisis uji klinis fase 3 Convidecia memiliki efikasi sebesar 65,28 persen dalam mencegah semua penyakit Covid-19 bergejala 28 hari setelah vaksinasi dosis tunggal.
Kemudian, ia memiliki tingkat efikasi lebih tinggi yakni 68,83 persen untuk mencegah semua penyakit Covid-19 yang bergejala 14 hari setelah vaksinasi dosis tunggal.
Convidecia mirip dengan vaksin vektor virus lainnya yang diproduksi oleh AstraZeneca (AZD1222), Sputnick V (Gam-COVID-Vac), dan Ad26.COV2.S.
Baca juga: Waspada Virus Nipah, Ini Gejala, Diagnosis, dan Cara Penularannya
(Sumber: Kompas.com/Wahyuni Sahara | Editor: Wahyuni Sahara)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.