Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Tsunami di Pesisir Maluku Tengah Tinggi, Ini Peringatan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
StockSnap/Pixabay
Ilustrasi
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa wilayah pesisir Pulau Seram, Maluku Tengah, mempunyai potensi bahaya tsunami non-tektonik cukup tinggi. 

Bencana tsunami non tektonik yaitu tsunami yang bukan disebabkan oleh gempa. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, hasil penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang dilakukan BMKG di Pulau Seram menunjukkan, sepanjang garis pantai pulau ini merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor.

"Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, dapat disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Bisa saja tidak. Tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami," kata Dwikorita melalui keterangan tertulis, Rabu (8/9/2021).

Baca juga: BMKG: Waspada, Potensi Tsunami Non Tektonik di Maluku Tengah Cukup Tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan dini tsunami

Dwikorita menyebutkan, pernah terjadi longsoran jejak tanah ke laut di Negeri Tehoru, Maluku Tengah dan bahkan warga setempat telah menghitung kedalaman laut dari batas bibir pantai.

"Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter," papar Dwikoria.

Pihaknya menjelaskan, sejauh ini belum ada negara yang mampu mendeteksi tsunami non-tektonik secara cepat, tepat dan akurat.

Sistem peringatan dini yang dibangun negara-negara di dunia merupakan sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa bumi dan selama ini yang bisa dilakukan hanyalah memantau muka air laut dengan buoy atau tide gauge.

Cara ini kurang efektif dikarenakan alat tersebut baru bisa menginformasikan usai kejadian tsunami, sehingga warning yang diberikan terlambat, tsunami sudah datang.

"Karena dipicu oleh longsoran bawah laut maka estimasi waktu kedatangan tsunami bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan kurang dari 3 menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah," jelas Dwikorita.

Baca juga: Penjelasan Ahli ITB dan BMKG soal Tsunami Selat Sunda yang Dapat Menerjang Jakarta

 

Evakuasi

Mengingat estimasi datangnya tsunami yang sangat cepat, masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai di Pulau Seram diimbau untuk segera melakukan evakuasi mandiri, jika merasakan getaran/guncangan tanah atau gempa bumi, tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.

"Belajar dari pengalaman, tidak usah menunggu peringatan dini tsunami. Segera lari begitu merasakan getaran tanah atau gempa. Jauhi pantai dan segera lari ke bukit-bukit atau tempat yang lebih tinggi," tegas dia.

Adapun Kepulauan Maluku memiliki sejarah panjang gempa bumi dan tsunami, sehingga pemerintah daerah dengan pihak terkait dapat melakukan berbagai upaya mitigasi guna mengurangi dampak dan risiko kerugian, jika sewaktu-waktu bencana gempa dan tsunami terjadi.

"Masyarakat harus terus dilatih sehingga tahu apa yang harus dilakukan saat bencana terjadi, disamping penyiapan tempat evakuasi yang secepat mungkin dapat dicapai, melalui jalur-jalur evakuasi yang aman yang disertai rambu-rambu yang jelas," jelas Dwikortia.

Baca juga: BSU Tahap 1-3 Cair, Bagaimana untuk Pekerja dengan Rekening Bank Swasta?

Sejarah gempa dan tsunami di Laut Maluku

Dihubungi Kompas.com, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, kejadian gempabumi di Maluku mengalami peningkatan terutama pada 2019 sebanyak 5.101 kali.

Menurut dia, frekuensi gempa bumi yang terjadi di tahun 2020 menurun dibandingkan tahun 2019, yaitu 3.139 kali.

"Meskipun frekuensinya menurun, akan tetapi masih di atas rata-rata frekuensi kejadian gempabumi tahunan di wilayah Maluku (sekitar 1000 kali/tahun)," kata Daryono melalui WhatsApp, Rabu (8/9/2021) malam.

Melihat dari aktivitas kegempaan di sekitar Pulau Ambon dan Seram, jelas dia, gempa bumi di wilayah tersebut merupakan gempabumi dangkal atau menengah.

 

46 tsunami di Maluku

Sementara itu, deadly tsunami di Indonesia, dua di antaranya terjadi di Maluku, yaitu gempa bumi dan tsunami Seram pada 1899 dengan tinggi tsunami 10 meter yang menelan 4.000 korban jiwa, serta gempa bumi dan tsunami Ambon pada 1674 dengan tinggi tsunami 80–100 meter yang menyebabkan 2.322 orang meninggal dunia.

Adapun pada 16 Juni 2021, terjadi gempa bermagnitudo 6 mengguncang Maluku Tengah dan sekitarnya.

Episenter gempa terletak di laut pada jarak 69 km arah tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah, dengan kedalaman hiposenter 19 km.

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktifitas sesar aktif yang diduga berasosiasi dengan Zona Sesar Kawa.

"Ini gempa tsunami Maluku Tengah (yang tercatat) terakhir," tutur dia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Pangandaran, 668 Tewas

Terdapat setidaknya 46 tsunami yang terjadi di Maluku sejak 1629, dengan 10 kejadian terakhir sebagai berikut:

  • 8 Oktober 1950 di Pulau Ambon
  • 24 Januari 1965 di Pulau Sulabes
  • 24 Januari 1965 di Sanana Maluku
  • 15 Januari 1975 di Bandaneira, Maluku Tengah
  • 12 Maret 1983 di Ambon, Maluku
  • 27 Januari 1995 di Kaimana, Papua Barat
  • 28 November 1998 di Tobana dan Taliabu
  • 4 Mei 2000 di Luwuk Banggai yang menyebabkan 54 orang meninggal dunia
  • 14 Maret 2006 di Pulau Buru yang menyebabkan 3 orang meninggal dunia
  • 16 Juni 2021 di Tehoru, Maluku Tengah, tsunami kecil akibat longsoran tebing yang dipicu gempa di lepas pantai
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi