Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Deteksi 14 Titik Panas di Indonesia, Ini yang Harus Diwaspadai

Baca di App
Lihat Foto
TWITTER.com/@InfoHumasBMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi 14 titik panas (hotspot) di wilayah Indonesia, Jumat (10/9/2021).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya 14 titik panas di Indonesia pada 10 September 2021.

Melalui sebuah twit, akun Twitter resmi @InfoHumasBMKG, memberikan informasi terkait sebaran 14 titik panas tersebut.

Berikut rincian 14 titik panas tersebut:

Pada twit selanjutnya, BMKG juga membeberkan akumulasi titik panas di Indonesia dalam 10 hari terakhir.

Hasilnya, wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak adalah Kalimantan Barat (41), Nusa Tenggara Timur (41), dan Nusa Tenggara Barat (39).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dampak Suhu Panas di Kanada: Ratusan Orang Meninggal, Kebakaran, dan Jendela Meleleh

Baca juga: TNI Kirim Bantuan, Bagaimana Kondisi Terkini Kebakaran Hutan di Australia?

Waspada

Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media BMKG, Dwi Rini Endra Sari mengatakan, informasi titik panas di suatu lokasi merupakan ambang kondisi suhu di permukaan yang perlu diwaspadai.

Titik panas ini, kata dia, disebut juga tingkat kepercayaan.

Artinya, di lokasi tersebut berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan dilihat dari kondisi suhu permukaan.

Akan tetapi, informasi titik panas ini tidak bisa otomatis diartikan di lokasi yang dimaksud akan atau sedang terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Kan ada beberapa wilayah Indonesia sedang puncak musim kemarau. Nah kalau musim kemarau itu kan berarti ada kemungkinan adanya kebakaran hutan dan lahan," kata Dwi, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (10/9/2021).

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Hari Tanpa Hujan dan Wilayah yang Mengalaminya

Ia menjelaskan, satelit dapat menangkap sebaran dan tingkat titik panas diukur dari kelembaban dan suhu udara.

Permukaan dengan kelembaban rendah dan tidak ada hujan akan meningkatkan potensi terbentuknya hotspot (suhu udara permukaan yang tinggi di atas threshold).

Semakin tinggi tingkat kepercayaan titik panas menunjukkan bahwa potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin besar.

"Saran dari BMKG untuk pemda, harus mewaspadai terjadinya kebakaran hutan dan lahan dengan cara mengupdate informasi BMKG salah satunya melihat titik panas atau hotspotnya," ujar dia.

"Kemudian masyarakat dan pihak-pihak lain agar tidak membakar gambut karena akan semakin memicu kebaaran hutan dan lahan," kata Dwi.

Baca juga: Awan Pyrocumulus Terlihat di Atas Kebakaran Hutan Australia, Ini Penjelasannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi