Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Distribusi Vaksin Skema Covax Dinilai Masih Timpang, Ini Penyebabnya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Daniel Chetroni
Ilustrasi vaksin mRNA. Vaksin Pfizer dan Moderna mulai digunakan di Indonesia. Perbedaan kedua vaksin mRNA ini, dari tingkat efikasi vaksin, kandungan vaksin Covid-19, hingga suhu penyimpanan.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com- Setahun lalu, berbagai negara di dunia bersatu untuk mendukung sebuah inisiatif multilateral untuk distribusi skema Covid-19 Vaccines Global Acces (Covax).

Covax menjamin pembiayaan, mengadakan negosiasi dengan pengembang dan produsen vaksin, serta mengatasi hal teknis dan operasional terkait dengan program vaksinasi terbesar dan paling kompleks dalam sejarah.

Kendati demikian, hingga kini masih banyak negara miskin masih mengalami kendala ketika menerima vaksin dari skema Covax.

Mulai dari distribusi tidak merata, tempat penyimpanan vaksin, dan infrastruktur kesehatan yang diperlukan untuk mendistribusikannya.

Baca juga: Daftar Vaksin Covid-19 yang Digunakan di Indonesia dan Efikasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Distribusi tidak merata

Melansir Time, Kamis (9/9/2021), Kepala Unit Program Esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Imunisasi, Ann Lindstrand, berpendapat, meski skema Covax membawa dampak positif ke depan, tetapi ia kecewa terhadap distribusinya.

“Pada akhirnya, Covax akan membuktikan dirinya sebagai mekanisme yang sangat penting untuk pemerataan global ketika kita memiliki ancaman bersama,” kata Lindstrand.

Sebagian besar negara-negara terkaya di dunia ini membeli lebih dari cukup stok vaksin untuk populasi mereka. Akibatnya, banyak negara kaya mulai menyumbangkan dosis yang tidak dibutuhkan untuk Covax.

Misalnya, di Amerika Serikat (AS), sekitar setengah populasi sekarang divaksinasi sepenuhnya. Hal yang sama juga telah dicapai Inggris,.

Akan tetapi, negara dengan penghasilan rendah mengalami hal sebaliknya.

Para ahli memperkirakan perlu waktu hingga 2023 bagi banyak negara berpenghasilan rendah untuk memvaksinasi sebagian besar populasi mereka, bahkan dengan bantuan Covax.

Sementara itu, orang-orang sekarat, ekonomi negara tersebut terus merosot, belum lagi dihadapkan dengan virus yang terus bermutasi.

Model pendanaan

Model pendanaan Covax terbilang cukup rumit. Namun, secara garis besar, negara-negara kaya akan membeli setidaknya beberapa vaksin melalui fasilitas Covax.

Bahkan, jika mereka juga menandatangani kesepakatan tersendiri dengan produsen vaksin.

Dengan daya beli kelompok itu, Covax akan menegosiasikan kesepakatan hemat biaya dengan pembuat vaksin dan negara-negara peserta akan memiliki polis asuransi jika rencana pengadaan vaksin mereka sendiri gagal.

Sementara itu, cabang lain dari Covax akan mengumpulkan sumbangan dari organisasi nirlaba, bisnis, dan negara untuk mendukung sumbangan miliaran dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Donasi kelompok itu dimaksudkan untuk menjamin negara-negara miskin akan mendapatkan akses vaksin pada saat yang sama dengan yang lebih kaya.

Tujuan awal Covax adalah menyediakan cukup vaksin untuk melindungi sekitar 20 persen populasi setiap negara.

Para pemimpin Covax berharap akan mencegah negara-negara berpenghasilan rendah tertinggal. Tetapi, beberapa negara kaya, terutama AS dan China, pada awalnya sempat memilih keluar dari Covax.

Seth Berkley dari CEO Gavi, mengatakan, pejabat Covax selalu tahu negara-negara kaya akan membuat beberapa kesepakatan semdiri dengan pembuat vaksin sendiri.

“Anggap saja tidak ada Covax, Anda memiliki 204 negara yang semuanya mengejar produsen yang sama dengan cara yang kompetitif, mencoba melakukan kesepakatan, saling meremehkan,” kata Barkley.

Produsen terbatas

Salah satu kendala lain dalam distribusi vaksin dengan skema Covax adalah adanya penundaan di Serum Institute.

“(Itu) salah satu alasan terbesar (distribusi vaksin) terlambat dari jadwal,” kata Gian Gandhi, koordinator Covax untuk divisi pasokan UNICEF.

Covax sangat bergantung pada satu pabrikan. Hal ini karena pada musim panas 2020, Covax mencoba mengumpulkan dana dan salah satu mitranya adalah Bill & Melinda Gates Foundation.

Bersama dengan GAVI, mereka menandatangani kesepakatan dengan Serum Institute untuk memastikan bahwa 100 juta dosis vaksin akan tersedia dengan harga rendah bagi negara-negara berpenghasilan menengah selama paruh pertama tahun 2021.

Mereka kemudian memperluas perjanjian untuk mencakup 100 juta dosis tambahan.

“Gates merasa nyaman bekerja dengan Serum Institute karena mereka telah melakukan banyak jenis kesepakatan [dengan mereka] dan merasa ini adalah cara yang terjangkau untuk melanjutkan,” kata Gandhi.

Dukungan Gates Foundation memang sangat penting untuk Covax, tetapi menjadikan Serum Institute sebagai pemasok utamanya bisa menimbulkan dominasi.

“Saya tidak yakin akan ada cara lain, karena tidak ada uang lain,” kata Gandhi.

Saran WHO

Berdasarkan laporan WHO, Rabu (8/9/2021), Covax telah mencapai kemajuan yang signifikan karena berhasil mengumpulkan lebih dari 10 miliar dollar AS dan mengirimkan 240 juta dosis telah dikirim ke 139 negara hanya dalam 6 bulan.

Namun, gambaran global akses ke vaksin Covid-19 hanya 20 persen ke negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah untuk dosis pertama.

Sementara, distribusi Covax ke negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas mencapai 80 persen. Sebagian besar pasokan global awal telah dibeli oleh negara-negara kaya.

Sementara, kemampuan Covax untuk melindungi orang-orang yang paling rentan di dunia terus terhambat karena beberapa hal, seperti:

  • Larangan ekspor
  • Prioritas kesepakatan bilateral oleh produsen dan negara
  • Tantangan berkelanjutan dalam meningkatkan produksi oleh beberapa produsen utama
  • Keterlambatan dalam pengajuan persetujuan peraturan.

Menurut perkiraan, Covax memiliki akses ke 1,425 miliar dosis vaksin di tahun 2021. Dari dosis ini, sekitar 1,2 miliar akan tersedia untuk ekonomi berpenghasilan rendah yang berpartisipasi dalam Covax Advance Market Commitment (AMC).

Ini cukup untuk melindungi 20 persen populasi atau 40 persen dari semua orang dewasa, di 92 ekonomi AMC kecuali India.

Covax dan mitranya meminta para pendonor dan produsen untuk memberikan kembali dukungan mereka, dan mencegah penundaan lebih lanjut untuk akses yang adil.

Caranya, dengan memastikan hal-hal berikut:

  • Pabrikan mengirimkan ke Covax sesuai dengan komitmen tegas dan memberikan transparansi tentang jadwal ketersediaan untuk Covax untuk memungkinkan negara-negara membuat rencana sebelumnya.
  • Negara-negara yang telah mencapai cakupan vaksinasi tinggi, diharapkan menyerahkan slot mereka dalam antrian kepada Covax sehingga pesertanya dapat mengakses dosis yang sudah diamankan melalui kontrak pasokan dan mengirimkan vaksin ke tempat yang paling dibutuhkan. kami
  • Memperluas, mempercepat, dan mensistematisasikan donasi dosis dari negara-negara yang sudah maju dengan baik dalam program vaksinasi mereka. Ini termasuk memastikan dosis tersedia dalam volume yang lebih besar dan lebih bisa diprediksi, dengan masa simpan yang lebih lama untuk mengurangi beban persiapan pengiriman.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi