Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Hiu Tutul, Ikan Terbesar di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa/ BKSDA Bali
Warga mendoakan atau mengupacarai hiu tutul yang matidi perairan Pantai Pekutatan, Jembrana, Bali, Selasa (29/9/2020) pukul 06.00 WITA. di
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa hiu tutul adalah hewan terbesar di dunia?

Hewan yang memiliki nama Latin Rhincodon typus ini sangat mudah dikenali karena memiliki totol-totol putih dan garis di kuitnya. Nama hiu tutul diambil dari totol putih di sekujur tubuhnya itu.

Selain hiu tutul, ada pula yang menyebutnya dengan hiu paus. Orang-orang di Probolinggo, Jawa Timur menyebut hewan ini hiu geger lintang. Sementara, orang-orang Papua menamainya gurano bintang.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (10/9/2021), warga Desa Paloh, Kecamatan Paciran, Lamongan menemukan seekor hiu tutul dengan panjang sekitar 7 meter, terdampar di pinggir pantai.

Melihat kondisi hiu yang semakin lemah, sejumlah nelayan bergotong royong mengembalikan hewan itu ke laut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut peneliti, ikan terbesar di dunia ini memang kerap ditemukan di perairan bagian utara Pulau Jawa.

Baca juga: Penjelasan Ahli soal Kawanan Hiu Tutul di Perairan Utara Lamongan

Mari mengenal hiu tutul!

Ikan yang dilindungi

Pada tahun 2000, hiu tutul masuk dalam daftar merah untuk spesies terancam oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status rentan.

Artinya, populasinya diperkirakan sudah mengalami penurunan sebanyak 20-50 persen dalam kurun waktu 10 tahun atau tiga generasi.

Oleh karena itu, sejak 20 Mei 2013, berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/Kepmen-KP/2013 menetapkan status hiu tutul untuk mendapatkan perlindungan penuh.

Hiu tutul dilindungi karena memiliki karakteristik biologi dengan pertumbuhan dan proses kematangan kelamin yang lambat sehingga rentan punah.

Mengutip Monitoring Hiu Paus di Indonesia tahun 2015, Hiu paus di indonesia dapat ditemui antara lain di perairan Sabang, Situbondo, Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua.

 

Lihat Foto
DOK WARGA/ZAINAL ARIFIN
Sejumlah warga dan nelayan membantu hiu tutul yang terdampar di pantai Desa Paloh, Paciran, Lamongan, ke tengah laut.
Bagaimana sebaran hiu tutul di Indonesia?

Peneliti hiu dan pari dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Penelitian (LIPI), Fahmi, mengatakan, sebaran ikan hiu tutul di Indonesia sangat luas dan ada hampir di semua perairan laut di wilayah tropis dan subtropis.

"Kalau yang dimaksud hiu tutul itu jenis hiu paus, memang jenis ini cukup sering ditemui di perairan utara Jawa. Malah di lokasi-lokasi tertentu kemunculannya hampur pasti setiap tahun ada," kata Fahmi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/9/2021).

Sementara, kemunculannya di daerah utara Jawa cenderung bersifat musiman.

"Misalnya, di wilayah Probolinggo, biasanya mulai bulan-bulan ini sampai puncaknya di November banyak bermunculan. Hal ini biasanya dikaitkan dengan musim ikan-ikan kecil atsu musim udang di wilayah tertentu," kata Fahmi.

Hiu tutul mampu bermigrasi hingga jarak ribuan kilometer. Ikan ini mampu menyelam hingga kedalaman laut 750-1.000 meter.

Meski demikian, hiu tutul lebih sering menghabiskan waktunya di perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 50 meter. Di perairan dangkal, hiu tutul lebih mudah mendapatkan makanan kesukaannya.

Tidak berbahaya

Orang-orang sering salah mengira bahwa hiu tutul adalah ikan ganas. Kenyataannya, tidak.

"Tidak (berbahaya). Hiu tutul malah jenis hiu yang bisa dibilang paling jinak, makanya sering dijadikan atraksi wisata," jelas Fahmi.

Menurut Fahmi, selama menjaga jarak, tidak menyentuh, dan tidak menghalangi jalur berenang hiu tutul, maka keberadaan hiu tutul bukan ancaman.

Sayangnya, masih ada orang-orang yang sengaja menangkap hiu tutul untuk kepentingan komersial bahkan untuk mengonsumsi siripnya.

Jauh sebelum ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi, masyarakat lokal memiliki kepercayaan tersendiri yang secara tidak langsung mejaga kelangsungan hidup hiu tutul.

Ada beberapa kearifan lokal yang unik di beberapa daerah terkait paus tutul.

Berikut catatan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan:

  • Di Papua, hiu tutul atau gurano bintang dianggap sebagai hantu laut oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNTC). Ketika hiu tutul muncul, maka masyarakat akan mematikan mesin dan tinggal diam di dalam perahu sampai hiu tutul lewat. Kemunculan hiu paus juga dipercaya sebagai pertanda bahwa akan ada kabar duka, seperti orang meninggal)
  • Kemunculan hiu tutul oleh nelayan bagan yang biasanya berasal dari suku Bugis, Buton, dan Makassar, dianggap sebagai pertanda baik karena kemunculannya biasa diikuti oleh ikan-ikan pelagis kecil.
  • Di Probolinggo, masyarakat mengeramatkan hiu tutul yang dipercaya sebagai penunggu pantai Utara. Hiu tutul yang biasa dipanggil “Kikaki” dipercaya menjadi kendaraan nenek moyang masyarakat Probolinggo bila pergi ke tanah leluhur mereka di Pulau Madura. Masyarakat pun tidak berani menangkap hiu tutul karena dianggap akan mendatangkan petaka.
  • Masyarakat Bajo di Lamalera percaya bahwa hiu tutul atau “Kareo dede” adalah ikan yang dijaga oleh dewa dan dapat melindungi atau membantu nelayan pada saat dibutuhkan. Jika hiu tutul tidak sengaja tertangkap jaring, masyarakat Bajo akan membebaskannya.

Lihat Foto
KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA
Warga berswafoto di atas bangkai hiu tutul yang terdampar sebelum dicacah dagingnya oleh warga di Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/8/2020).
Hiu tutul yang terdampar

Kejadian hiu tutul yang terdampar di perairan utara Pulau Jawa bukan pertama kali terjadi. Hiu tutul juga pernah tersesat di perairan dekat Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, pada 16 September 2019.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (12/9/2021), Koordinator Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar wilayah kerja Jawa Timur, Kiki Riski Arisandy, mengatakan, peristiwa itu merupakan pertama kali terjadi di Lamongan.

Menurut Kiki, penampakan kawanan hiu tutul di perairan Jawa Timur sebenarnya cukup lumrah. Mengingat, perairan Jawa Timur merupakan habitat hiu tutul.

Bahkan, kata Kiki, hiu tutul beberapa kali terdampar di Kabupaten Gresik. Seperti di pinggiran Pantai Balai Keling pada 2017 dan pantai Desa Sukorejo pada 2018.

"Gresik sudah sering (hiu tutul terdampar). Jadi mulai Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, itu tempatnya sampai Tuban. Di perairan Jawa Timur itu banyak hiu itu," kata dia.

Dari catatan LIPI, dalam kurun waktu 2015 sampai 2019, tercatat sedikitnya ada 55 kejadian hewan laut terdampar. Sebanyak 30 kejadian bahkan terjadi sepanjang tahun 2019.

Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah kejadian terbanyak sebanyak 20 kejadian dan selama tahun 2019 telah ditemukan 9 hewan laut yang terdampar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi