Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Berubah dalam Hidup Kita jika Covid-19 Jadi Endemi?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Ilustrasi : Penumpang duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pemerintah mulai meminta masyarakat Indonesia bersiap jika Covid-19 akan berubah dari pandemi menjadi endemi.

Pemerintah pun menggencarkan vaksinasi Covid-19 sebagai bagian dari persiapan jika Covid-19 menjadi endemi.

Perubahan status ini akan terjadi ketika situasi penyebaran dan penularan virus corona sudah semakin membaik.

Berdasarkan pantauan grafik yang disusun Worldometers, tren kasus harian di Indonesia terlihat mulai landai.

Baca juga: Pemerintah Bersiap Ubah Status Pandemi ke Endemi Covid-19, Apa Artinya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang akan berubah dalam kehidupan keseharian jika Covid-19 tak lagi menjadi pandemi? 

Masyarakat jadi lebih terbiasa

Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky budiman, mejelaskan, saat status Covid-19 berubah menjadi endemi, maka kasus Covid-19 tidak akan sebanyak seperti saat ini.

Dicky menggambarkan, tingkat penularan per hari hanya sekitar 1 kasus per 1 juta penduduk.

"Derajat keparahannya sudah jauh lebih menurun karena adanya vaksinasi yang efektif, program terapi yang juga efektif. Bahkan mungkin nanti ada anivirus yang efektif. Sudah jadi biasa," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/9/2021).

Apabila Covid-19 sudah benar-benar terkendali, maka pandangan masyarakat terhadap penyakit ini juga akan berubah. Menurut Dicky, masyarakat akan lebih terbiasa dengan Covid-19.

"Stigma sudah sangat berkurang. Secara psikologis sudah berubah, orang sudah enggak melihat itu sebagai penyakit yang menjadi sesuatu yang menakutkan," kata dia.

Rumah sakit lebih siap

Saat Covid-19 menjadi endemi, maka kesiapan rumah sakit dalam menghadapi penyakit ini akan jauh lebih baik.

"Enggak jadi takut ke rumah sakit karena tidak ada fasilitas kesehatannya, oksigen begitu.," kata  Dicky.

Akan tetapi, kesiapan ini, menurut Dicky, juga harus didukung dengan cakupan vaksinasi yang tinggi, yakni minimal 85 persen.

Selain vaksin yang saat ini efektif untuk mencegah keparahan dan kematian, para peneliti juga ke depannya akan terus mengembangkan vaksinasi yang bisa mencegah infeksi.

"Semua vaksin sekarang sudah bisa mencegah keparahan, orang enggak jadi ke ICU. Tapi yang masih sulit adalah mendapatkan vaksin yang bisa mencegah penularan, termasuk mencegah terinfeksi," papar Dicky.

Orang sakit tidak boleh kerja

Jika Covid-19 menjadi endemi, akan ada kebiasaan atau perilaku di masyarakat yang akan berubah.

Dicky mencontohkan, perlakuan izin bagi orang-orang yang mengalami gejala flu atau tidak enak badan.

"Kalau dulu, orang sebelum Covid-19 orang flu biasa kerjalah. Nah, itu sudah enggak boleh. Kalau sakit, tidak enak badan di rumah, mau gejala flu apa pun. Jangan kontak dekat, isitirahat. Nah itu yang mungkin berubah," kata dia.

Boleh lepas masker dan berdekatan

Apakah kita masih harus memakai masker dan menjaga jarak jika Covid-19 menjadi endemi?

Menurut Dicky, kemungkinan akan diperbolehkan untuk melepas masker dan menjaga jarak tidak menjadi kewajiban.

"Jaga jarak juga pada saat itu juga enggak harus selalu dilakukan," ujar Dicky.

Sementara, untuk penggunaan masker, meski tidak diwajibkan, tapi tetap berguna jika dipakai di tempat-tempat umum atau memiliki polusi udara tinggi.

"Tidak harus selalu menggunakan masker. Menggunakan masker misalnya ketika harus menggunakan transportasi publik, ketika di kantor bisa dilepas," kata Dicky.

Ke depannya, menurut Dicky, fasilitas publik juga harus lebih memperhatikan ventilasi dan sirkulasi udara atau penggunaan UV-C, disinfektan yang dapat melumpuhkan virus dan bakteri.

Ketentuan vaksin

Endemi tidak akan terjadi di semua negara. Hanya di beberapa negara saja dengan kecenderungan indikator atau tingkat penularan tertentu.

"Sejauh ini kan Covid-19 belum dipengaruhi oleh cuaca, saat ini. Jadi yang saya bisa prediksi dengan public health intervention-nya. Jadi di negara yang lemah sistem deteksinya, testing, tracingnya, vaksinasinya ia cenderung menjadi endemi," kata Dicky.

Oleh karena itu, ketentuan wajib vaksinasi nantinya akan diberlakukan seperti International Certificate Vaccination (ICV) ketika mengunjungi negara-negara tertentu.

Hal serupa juga disampaikan oleh epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama saat dihubungi secara terpisah.

Menurut Bayu, vaksinasi tetap menjadi wajib karena menjadi salah satu kunci penanganan infeksi Covid-19. 

Untuk mencapai itu, Bayu menyarankan agar pemerintah terus memperbaiki sistem sertifikat vaksin digital. Alat ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan tracing dan penindakan yang lebih cepat tanggap.

"Terkait alat digital, pemanfaatan data Pedulilindungi terutama terkait data siapa saja yang masik ke tempat publik juga perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Tujuannya bisa menekan kasus yang muncul biar tidak bertambah banyak," kata Bayu.

Tetap jaga kebersihan

Salah satu hal penting yang harus tetap dijaga apa pun status suatu penyakit menular adalah menjaga kebiasaan hidup bersih.

Dicky menyarankkan masyarakat tetap mempertahankan kebiasaan rajin mencuci tangan, serta memperhatikan masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan. Hal ini efektif dalam mencegah berbagai macam penyakit.

"Akan tetap ada satu perilaku baru yang harus dijaga, seperti kebiasaan mencuci tangan. Masalah santitasi dan kebersihan lingkungan, baik di tempat kerja atau di rumah," ujar Dicky.

Bayu juga menyampaikan hal yang sama. Kebiasaan baik seperti mencuci tangan tetap perlu, meningat angka vaksinasi di Indonesia masih belum merata. 

Rencana pemerintah

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat meninjau pelaksanaan vaksinasi di Klinik PKU Muhammadiyah Darussalam Medika, Desa Getassrabi, Kecamatan Gebong, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (11/9/2021), menyampaikan rencana pemerintah jika Covid-19 menjadi endemi.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggencarkan vaksinasi Covid-19 dalam rangka persiapan perubahan status pandemi menjadi endemi. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyampaikan hal yang sama. Ia mengatakan, pandemi Covid-19 akan berganti menjadi endemi pada tahun 2022.

"Vaksin tetap harus diakses seluas-luasnya, disiplin terutama masker termasuk 4M yang lain, implementasi 3T, dan perkuatan sistem kesehatan," kata Sri Mulyani, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (16/8/2021). 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi