Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Homoseksual Bukan Kelainan Jiwa? Ini Penjelasan dari sisi Psikologi

Baca di App
Lihat Foto
thinkstockphotos
Ilustrasi
|
Editor: Maya Citra Rosa

KOMPAS.com- Homoseksual seringkali dianggap sebagai sebuah kelainan di tengah masyarakat.

Namun dari pandangan psikologi, homoseksual bukan kelainan atau gangguan kejiwaan.

Pada tahun 1973, asosiasi psikiater yang tergabung dalam American Psychiatric Association (APA) menghapus diagnosis homoseksualitas sebagai gangguan jiwa dari acuan diagnosis ahli kesehatan jiwa atau Diagnostic and Statistical Manual (DSM) edisi II.

Di Indonesia, menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) juga tidak menganggap orientasi seksual termasuk homoseksual ke dalam kelainan atau gangguan jiwa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Homoseksual Menurut Psikologi Bukan Kelainan, Ini Penjelasan Ahli...

Lantas, bagaimana penjelasan lengkapnya mengenai homoseksual bukan kelainan?

Dokter spesialis kedokteran jiwa dr. Dharmawan A. Purnama, Sp.KJ menjelaskan, ada alasan ilmiah kenapa para ahli sepakat mencoret homoseksual sebagai kelainan atau gangguan jiwa.

Homoseksual tidak memenuhi syarat kelainan

Menurut Dharmawan, syarat suatu fenomena dianggap sebagai kelainan atau gangguan jiwa ditandai dengan adanya penderitaan (distress) dan ketidakmampuan (disability).

“Orientasi seksual termasuk homoseksual bukan gangguan kepribadian atau mental. Gangguan psikologis dan perilaku itu syaratnya mesti ada distress dan disability,” kata dia, saat diwawancarai Kompas.com, Senin (6/9/2021).

Homoseksual dipengaruhi hipotalamus

Seorang yang menjadi homoseksual dapat dipengaruhi oleh perkembangan bagian otak bernama hipotalamus sejak dalam kandungan.

“Penyebabnya bisa berasal dari perkembangan di hipotalamus. Jadi, di hipotalamus itu ada bagian yang mengatur seksual, termasuk orientasi seksual,” jelas dia.

Selain itu, saat masih dalam kandungan kondisi hormon pada janin juga turut mempengaruhi orientasi seksual.

“Ada yang namanya fase kritis di tiga bulan pertama pertumbuhan janin. Kalau ada sesuatu pada hormon testosteron, pembentukan seksual dapat terpengaruh, sehingga pembentukan pusat seksual akan berbeda dengan umumnya,” ujarnya.

Baca juga: Homoseksual dan Biseksual Digolongkan Rentan Masalah Kejiwaan

Homoseksual disebut gangguan jika..

Homoseksual bisa jadi disebut gangguan kesehatan mental, apabila seseorang merasa tidak nyaman dengan orientasi seksualnya.

Dalam dunia kesehatan mental, kondisi ini disebut dengan homoseksual egodistonik.

Pada kondisi ini, adanya konflik batin yang kerap menyebabkan kegelisahan, stres hingga gangguan kecemasan.

Namun, melainan homoseksual egodistonik dapat disembuhkan melalui terapi oleh ahli kesehatan jiwa.

Dalam praktiknya, Dharmawan menggunakan pendekatan logoterapi atau terapi mencari makna hidup.

“Kalau sama pasien saya, saya suka lakukan logoterapi, terapi mencari makna hidup,” ungkap Dharmawan.

Meskipun dianggap abnormal, Dharmawan menekankan bahwa homoseksual bukanlah suatu kelainan.

“Sesuatu yang dianggap abnormal belum tentu penyakit, belum tentu kelainan,” kata dia.

(Sumber: Kompas.com Penulis: Luthfi Maulana Adhari | Editor: Mahardini Nur Afifah)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi