Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab dan Gejala Kanker DLBCL, Penyakit yang Diidap Ari Lasso

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar YouTube ARI LASSO TV
Penyanyi Ari Lasso
|
Editor: Muhamad Syahrial

KOMPAS.com - Ari Lasso belum lama ini mengejutkan publik setelah mengaku mengidap penyakit langka yaitu kanker Diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL).

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Kamis (9/9/2021), Ari Lasso mengungkapkan hal tersebut saat menjadi bintang tamu di kanal YouTube milik Deddy Corbuzier.

"(Dokter bilang), 'Ini ganas punya'. Kemudian hasil patologi keluar 5 (atau) 6 hari kemudian. Ya, it's cancer. Tapi, cancer-nya sangat langka," ujar Ari Lasso.

Meski langka, Ari Lasso menjelaskan, kanker DLBCL berstatus curable yang artinya bisa disembuhkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ari Lasso pun telah menjalani operasi besar untuk mengangkat tumor yang bersarang limpanya.

Apa itu kanker DLBCL (Diffuse large B-cell lymphoma)?

Kanker DLBCL (Diffuse large B-cell lymphoma) atau limfoma sel B besar difus adalah jenis limfoma non-Hodgkin (NHL).

Baca juga: Cegah dan Deteksi Dini Kanker, Inilah Cara Merawat Payudara

Ada dua jenis limfoma, yaitu Hodgkin dan non-Hodgkin. Keduanya berperilaku, tumbuh, dan merespons pengobatan secara berbeda. DLBCL adalah limfoma non-Hodgkin yang paling umum.

Saat kanker DLBCL dilihat dari mikroskop, sel-sel limfoma terlihat sangat besar dibandingkan dengan limfosit normal. Sel-sel limfoma juga tersebar di seluruh kelenjar getah bening.

Dilansir dari Canadian Cancer Society melalui KOMPAS.com, kanker DLBCL dapat diidap oleh orang berbagai usia, namun kebanyakan orang berusia pertengahan 60-an yang didiagnosis menderita penyakit tersebut.

Selain itu, penyait ini juga sedikit lebih banyak menyerang pria dibandingkan dengan perempuan.

Kanker DLBCL memang dapat tumbuh dengan cepat, namun tiga dari empat orang bisa sembuh setelah menjalani serangkaian pengobatan.

Baca juga: Ramai soal Sunscreen Mengandung Bahan Pemicu Kanker, Ini Kata Dokter Spesialis Kulit

Pada sebagian besar kasus, kanker DLBCL dimulai di kelenjar getah bening. Akan tetapi, kanker ini pun dapat mulai muncul di organ atau jaringan luar kelenjar getah bening (disebut penyakit ekstranodal primer).

Berikut ini beberapa organ di luar kelenjar getah bening yang dapat menjadi tempat perkembangan kanker DLBCL:

- Tulang

- Otak atau sumsum tulang belakang (disebut sistem saraf pusat, atau SSP)

- Gastrointestinal (GI)

- Sistem sinus

- Testis

- Tiroid

- Kulit

Dilansir dari WebMD melalui KOMPAS.com, 30-40 persen kanker DLBCL terlokalisasi, sedangkan sisanya tersebar ke beberapa organ saat didiagnosis, seperti limpa, hati, hingga sumsum tulang.

Baca juga: 8 Manfaat Cabai untuk Kesehatan: Cegah Penyakit Jantung hingga Kanker

Penyebab kanker DLBCL (Diffuse large B-cell lymphoma)

Sampai saat ini, para ahli di bidang medis belum mengetahui secara pasti penyebab kanker DLBCL dan limfoma non-Hodgkin lainnya.

Akan tetapi, menurut para dokter, ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih berisiko, yakni:

- Setengah baya atau lebih tua (rata-rata, orang didiagnosis dengan DLBCL pada usia 64 tahun)

- Pria

- Memiliki penyakit autoimun, atau sistem kekebalan melemah dengan cara lain.

- Pernah menjalani perawatan kemoterapi, terpapar radiasi tinggi atau bahan kimia tertentu.

Gejala kanker DLBCL

Ada beberapa gejala yang mungkin dialami oleh orang yang mengidap penyakit tersebut. Tanda pertama kanker DLBCL adalah benjolan di selangkangan, ketiak, atau leher.

Baca juga: Mengenal Kanker Getah Bening, Penyakit yang Diderita Randi Bachtiar, Suami Tasya Kamila

Meski belum tentu menyakitkan, benjolan itu dapat tumbuh dengan cepat.

Selain muncul benjolan, gejala lain yang mungkin dialami oleh pengidap kanker Diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), antara lain:

- Demam

- Keringat malam basah kuyup

- Penurunan berat badan

- Perut atau nyeri dada atau tekanan

- Sesak napas atau batuk

- Gatal

Perawatan Kanker DLBCL (Diffuse large B-cell lymphoma)

Perawatan kanker DLBCL dapat berbeda pada setiap orang, bergantung usia, stadium dan subtipe kanker, tempat penyebaran, hingga kesehatan umum pasien.

Perawatan yang paling umum untuk mengatasi kanker DLBCL disebut R-CHOP. Kombinasi obat dan pil IV diberikan dalam siklus yang biasanya setiap 3 minggu.

Baca juga: Profil Michael Collins, Astronaut Apollo 11 yang Meninggal Dunia karena Kanker

Semakin serius kanker yang diidap, siklus yang dibutuhkan pun akan semakinbanyak.

Sejumlah obat kemoterapi juga digunakan dalam proses perawatan kanker DLBCL, yakni:

- Siklofosfamid

- Hidroksidaunorubisin (Doksorubisin)

- Vincristine (Oncovin)

- Prednison

Pasien juga kemungkinan akan diminta untuk melakukan perawatan dengan radiasi selama beberapa minggu. Perawatan ini akan menggunakan sinar-X untuk menghancurkan sel kanker yang bersarang dalam tubuh.

Kembalinya kanker DLBCL terkait dengan usia, kesehatan umum, stadium penyakit, dan letak kanker tersebut di tubuh.

Meski begitu, bagi banyak orang yang pernah mengidapnya, kanker DLBCL tidak kembali setelah menjalani perawatan.

Baca juga: [HOAKS] Rendaman Nanas dan Air Panas Bisa Membunuh Sel Kanker

Jika kanker muncul kembali, dokter kemungkinan akan menyarankan pengobatan yang menggabungkan kemoterapi dosis tinggi dengan transplantasi sel induk.

Pasien kanker DLBCL akan mendapatkan jenis perawatan yang disebut "transplantasi sel induk autologus". Dengan demikian, sel induk yang akan ditransplantasikan diambil dari tubuh pasien, bukan dari pendonor.

Dokter akan memberi obat yang disebut growth factor. Obat tersebut menyebabkan sel induk berpindah dari sumsum tulang ke aliran darah.

Dokter pun akan mulai mengumpulkan sel punca dari darah. Terkadang dokter juga membekukan sel punca agar bisa digunakan di waktu selanjutnya.

Setelah proses pengumpulan sel induk dari darah selesai, pasien akan diobati dengan kemoterapi atau radiasi dosis tinggi yang bisa berlangsung selama beberapa hari.

Selama proses ini, ada beberapa efek samping yang mungkin akan dialami oleh pasien, seperti sakit mulut, sakit tenggorokan, mual, dan muntah.

Baca juga: Profil Helen McCrory, Aktris Legendaris Inggris yang Meninggal karena Kanker

Dalam kondisi tersebut, pasien dapat mengonsumsi obat yang bisa meringankan beberapa efek samping akibat perawatan tersebut.

Dokter pun akan mulai melakukan transplantasi sel induk kepada pasien setelah beberapa hari usai perawatan kemoterapi berakhir.

Sel induk akan diberikan melalui infus. Dengan begitu, pasien tidak akan merasakan sakit dan tetap terjaga saat prosesi transplantasi berlangsung.

Dalam waktu 8 hingga 14 hari setelah transplantasi, sumsum tulang akan mulai memproduksi sel darah baru.

Selama proses tersebut, pasien berisiko terkena infeksi, sedangkan sumsum tulang kembali normal. Oleh sebab itu, dokter akan memberi antibiotik kepada pasien.

Perawatan lain yang juga bisa dilakukan oleh pasien kanker DLBCL adalah terapi gen atau terapi CAR-T.

Baca juga: [HOAKS] Alat Tes Swab Dapat Meningkatkan Risiko Terkena Kanker

Sel T pasien yang menjalani perawatan ini akan direkayasa secara genetik di laboratorium agar sel tersebut dapat melawan sel kanker dalam tubuh.

Terapi CAR-T dapat digunakan pada orang dewasa pengidap kanker DLCBL, limfoma sel B besar mediastinum primer, limfoma sel B tingkat tinggi, dan kanker DLBCL yang timbul dari limfoma folikular.

Biasanya, pengidap kanker DLBCL akan merasa baik-baik saja selama perawatan dan pulih dalam waktu beberapa bulan.

(Penulis: Bestari Kumala Dewi)

Sumber: KOMPAS.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi