Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bahaya Berat Badan Turun Drastis Bagi Kesehatan dan Solusinya

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi berat badan
|
Editor: Artika Rachmi Farmita

KOMPAS.com - Diet sampai berat badan sampai angka ideal mungkin jadi idaman banyak orang, namun berat badan turun drastis justru membawa bahaya tersendiri.

Masyarakat kini lebih waspada terhadap kesehatan fisik, terutama seputar berat badan. Kesadaran itu lantas mendorong sebagian orang bergegas menurunkan berat badannya.

Entah itu dengan mengatur pola makan, berolahraga, diet ketat, sampai mengkonsumsi suplemen.

Namun para ahli kesehatan memperingatkan pentingnya menurunkan berat badan secara lambat dan bertahap.

Ahli diet terdaftar dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, Jessica Crandall Snyder, menyebutkan turun setengah kilogram hingga satu kilogram per minggu secara universal dianggap aman dan berkelanjutan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Menurunkan berat badan terlalu cepat, terutama melalui teknik kelaparan, dapat mengakibatkan sejumlah efek samping, beberapa lebih berbahaya daripada yang lain,” kata ahli diet terdaftar dan Direktur Nutrisi Trifecta Emmie Satrazemis.

Faktanya, penelitian menemukan bahwa setelah diet, sekitar dua pertiga dari pelaku diet mendapati kenaikan berat badan lebih banyak dari semula.

Dilansir dari Healthline, berikut 6 bahaya berat badan turun secara drastis bagi kesehatan Anda:

Baca juga: 6 Metode Diet untuk Turunkan Berat Badan

1. Kehilangan nutrisi penting

Diet cepat dan mengurangi konsumsi makanan utuh, bisa berisiko kehilangan nutrisi utama, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan agar tetap sehat.

Snyder mengemukakan, diet bebas susu dapat mengakibatkan kekurangan kalsium.

Sementara diet tanpa karbohidrat bisa membuat Anda tidak mendapatkan cukup serat. Bahkan pada diet rendah kalori, penting untuk mendapatkan berbagai nutrisi termasuk kalsium, vitamin D, vitamin B-12, folat, dan zat besi.

Dalam kasus yang lebih ekstrim, kekurangan gizi dapat menyebabkan sejumlah gejala seperti penurunan energi, kelelahan umum, anemia, rambut rapuh, dan sembelit.

2. Metabolisme melambat

Penurunan berat badan yang cepat biasanya terjadi karena kekurangan kalori yang ekstrem. Misalnya, orang yang makan 3.000 hingga 1.200 kalori sehari.

Masalahnya, tubuh kita mampu mengenali pengurangan kalori ini sebagai tanda pasokan makanan terbatas. Lalu, mengirim sinyal berupa 'mode kelaparan'.

Kristina Alai, seorang pelatih pribadi di The Bay Club Company, menyoroti masalah ini.

“Ketika tubuh Anda memasuki mode kelaparan, metabolisme Anda akan melambat untuk membantu Anda menghemat energi dan tubuh Anda akan bergantung pada lebih banyak lemak,” ujarnya.

Faktanya, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa semakin banyak berat badan yang hilang, semakin lambat metabolisme mereka. Pada akhirnya, ini menyebabkan banyak peserta bertambah berat badan daripada saat mereka memulai dietnya.

Kuncinya adalah jangan memotong secara ekstrim atau lebih dari 500 kalori.

“Kebanyakan orang akan kehilangan setidaknya satu pon seminggu jika mereka mengkonsumsi 500 kalori lebih sedikit sehari melalui kombinasi diet dan olahraga,” kata Gans.

Pendekatan ini memang tidak memberikan hasil yang instan, tetapi bisa mengubah tubuh dalam jangka panjang.

Baca juga: Ivan Gunawan Terima Tantangan Deddy Corbuzier, Turun Berat Badan 20 Kg dan Hadiah Rp 500 Juta

3. Malah kehilangan otot, bukan lemak

Ketika sedang menurunkan berat badan, tentu yang ingin kita singkirkan jaringan adiposa alias lemak yang sebenarnya. Bukan massa otot. 

Sayangnya, jika Anda memotong kalori terlalu cepat, justru otot akan sangat menderita.

"Diet pembatasan kalori dapat menyebabkan tubuh Anda memecah otot untuk energi dan bahan bakar," kata Satrazemis.

Selain itu, kehilangan massa otot dapat memperlambat metabolisme tubuh.

Alasannya, otot lebih aktif secara metabolik daripada lemak. Artinya, setengah kilogram otot membakar lebih banyak kalori sehari daripada setengah kilogram lemak.

"Jadi, kehilangan otot berarti Anda akan membakar lebih sedikit kalori setiap hari,” kata Snyder.

4. Mengalami dehidrasi

Biasanya penurunan berat badan terjadi sedikit lebih cepat dalam dua minggu pertama karena massa air. Seseorang akan kehilangan banyak massa air terutama saat menjalani diet rendah karbohidrat atau tanpa karbohidrat.

"Itulah salah satu alasan mengapa diet ketogenik sering dipuji karena penurunan berat badan yang cepat," ujar Bonnie Taub-Dix, ahli gizi diet terdaftar.

Masalahnya, kehilangan air yang cepat dapat menyebabkan dehidrasi dan sejumlah efek samping yang tidak menyenangkan. Mulai sembelit, sakit kepala, kram otot, sampai energi rendah.

Untuk itu, pastikan upaya penurunan berat badan Anda menekankan hidrasi. Fokuslah pada asupan air.

"Pantau asupan H2O Anda dan pastikan Anda mengonsumsi cukup elektrolit," ujarnya.

5. Lebih cepat lapar

Ketika Anda melakukan diet cepat dan rendah kalori, kadar leptin menjadi tidak stabil. Leptin adalah hormon yang mengontrol rasa lapar dan kenyang.

Taub-Dix menjelaskan, ketika kadar leptin normal, ia memberi tahu otak ketika tubuh memiliki cukup lemak. Inilah yang memberi sinyal ke otak serta memberitahu bahwa Anda sudah kenyang.

Tetapi penelitian menemukan bahwa pada diet sangat rendah kalori, kadar leptin yang tidak seimbang dapat mengakibatkan obsesi terhadap makanan. "Anda mungkin lebih rakus, lapar, dan cenderung makan berlebihan," ungkapnya.

Untuk menurunkan berat badan, kualitas makanan lebih penting daripada kalori yang dikonsumsi. Ini juga mempengaruhi seberapa banyak Anda makan.

Maka dari itu, mengatur ulang kebiasaan makan lebih penting dibandingkan membatasi karena membawa efek negatif pada tubuh dan pikiran.

Mengubah pola makan Anda seharusnya tidak hanya tentang menurunkan berat badan, namun ini juga soal kecukupan nutrisi dan menghormati tubuh kita.

Baca juga: Ingin Berat Badan Turun Selama Puasa, Hindari 5 Hal Ini

6. Kesehatan mental terganggu

Menurunkan berat badan dengan sangat cepat bisa berdampak pada psikologis.

Seseorang bisa mengalami dismorfia tubuh, anoreksia atau bulimia jika kemudian ia tidak mampu menyesuaikan diri dengan bentuk dan berat tubuh baru mereka.

Taub-Dix mengatakan, banyak orang memulai diet dengan mentalitas 'jika X, maka Y'. "Seperti, 'jika saya menurunkan berat badan, maka saya akan bahagia. Atau kemudian aku akan menemukan cinta.”

Ini bisa berbahaya bagi mental ketika penurunan berat badan sudah dilakukan namun keinginan itu belum terwujud, terutama terhadap citra tubuh.

Solusinya: gaya hidup seimbang

Penurunan berat badan yang sehat dan berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak faktor.

"Pertama ialah pilihlah makanan yang lebih baik, lebih banyak tidur, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan stres, dan fokus pada kesehatan mental,” kata Gans.

Pastikan juga untuk menciptakan momen kebahagiaan dalam perjalanan Anda.

Jika Anda tergolong kurang menyukai latihan intensitas tinggi, cobalah mendaki di tempat yang sedikit menanjak, misalnya tangga.

 

Perlu diingat, penurunan berat badan sebaiknya menjadi perubahan gaya hidup holistik untuk jangka panjang.

Sumber: Healthline

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi