Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Peristiwa French Open 2021, Benarkah Vaksin Sinovac Belum Diakui Eropa?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Vaksin Sinovac
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Tujuh wakil Indonesia batal bertanding di turnamen bulu tangkis French Open 2021.

Adapun permasalahan yang menyebabkan para atlet Indonesia gagal bertanding salah satunya adalah karena persoalan vaksinasi Covid-19.

Untuk mengikuti pertandingan, para pemain disyaratkan mendapatkan vaksin yang diakui oleh Badan Pengawas Obat Eropa (EMA).

Adapun vaksin yang diterima para pemain pada awal tahun ini adalah vaksin Sinovac yang saat ini belum mendapatkan pengakuan dari EMA meskipun vaksin telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan lain yang menyebabkan para pemain tak bisa bertanding adalah karena terkait masa karantina.

Baca juga: 500.000 Dosis Vaksin Johnson & Johnson Tiba di Indonesia, Ditujukan untuk Siapa?

Vaksin Sinovac belum diakui badan pengawas obat Eropa (EMA)

Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan vaksin Sinovac memang belum masuk dalam daftar yang dimiliki EMA.

"Memang enggak masuk Sinovac ini (dalam daftar EMA),” ujar Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (18/9/2021).

Perlu diketahui, sebagaimana yang tertera dalam laman resminya, vaksin yang telah diakui oleh EMA yakni:

  1. Comirnaty (Pfizer dan BioNTech)
  2. Spikevax (Vaksin Moderna)
  3. Vaxzevria (Vaksin AstraZeneca)
  4. Jannsen (Johnson & Johnson)

Baca juga: Indonesia Bakal Terima 50 Juta Dosis Vaksin Pfizer, Ditujukan untuk Siapa?

Menurut Dicky, ketiadaan vaksin Sinovac dalam daftar vaksin yang disetujui EMA sebetulnya tergantung dari seberapa upaya Sinovac untuk mengajukan produk vaksinnya ke EMA.

“Jadi memang harus ada upaya dari Sinovac sendiri untuk mendaftarkan diri ke EMA terkait vaksinnya. Kan sebenarnya ini (Sinovac) sudah ada dari WHO. Ini tinggal diperkuat, karena ini enggak bisa negara kan, harus si vaksinnya sendiri melakukan proses ini (pendaftaran ke EMA),” katanya lagi.

Dicky menambahkan, vaksin Sinovac, meskipun belum terdaftar di EMA untuk saat ini, namun ia menekankan hal ini bukan berarti vaksin Sinovac tidak bagus.

“Bukan berarti Sinovac enggak baik. Karena itu kan prosedur. Kalau Sinovac enggak mengajukan, ya enggak bisa masuk ke situ (daftar vaksin yang disetujui EMA),” kata Dicky.

Baca juga: Alasan Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Kali Suntikan

Vaksin sebagai proteksi jangka pendek dan panjang

Lebih lanjut dirinya mengingatkan agar masyarakat tidak menjadikan alasan untuk kemudian tidak bersedia divaksin Sinovac karena adanya hal ini.

Menurutnya, vaksin apa pun memiliki manfaat untuk mencegah keparahan hingga kematian.

“Jadi ini kan bicara proteksi jangka pendek dan jangka panjang,” imbuhnya.

Baca juga: Penjelasan Mengapa Vaksin Johnson & Johnson Hanya Perlu Satu Kali Suntikan

Dicky mengingatkan kepada pemerintah, agar ke depan lebih memperhatikan lagi terkait siapa yang akan divaksin.

"Jika ia merupakan atlet maupun pejabat negara yang menjadi delegasi, maka sudah seharusnya dicari tahu mengenai vaksin apa yang nantinya memang dibutuhkan di negara tujuan pendelegasiannya," kata dia.

Hal ini karena setiap kawasan menurutnya memiliki kewenangan masing-masing untuk menentukan vaksin apa yang digunakan untuk bisa masuk ke negara itu.

Baca juga: Daftar Bantuan dari Pemerintah Selama PPKM dan Cara Mengeceknya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Sinovac

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi