Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Indonesia dan Malaysia soal Rencana Australia Bangun Kapal Selam Nuklir

Baca di App
Lihat Foto
Ist
Kapal selam nuklir AL AS, PCU Virginia (SSN 774).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com – Australia berencana membangun 8 kapal selam bertenaga nuklir yang akan dibantu oleh Amerika Serikat dan Inggris.

Mengutip dari Kompas.com, 16 September 2021, Washington berencana memberi Australia teknologi dan kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir dalam kemitraan yang dibangun ketiga negara itu.

Kemitraan yang dinamakan Aukus itu diumumkan dalam konferensi virtual antara Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan PM Australia Scott Morrison.

"Kita semua menyadari pentingnya memastikan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik untuk jangka panjang," kata Presiden AS Joe Biden.

Terkait dengan rencana pembuatan kapal selam nuklir di Australia ini, kedua negara tetangga Australia yakni Indonesia dan Malaysia merespon rencana tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adapun respon Indonesia dan Malaysia adalah sebagai berikut:

Baca juga: Australia Akan Bangun 8 Kapal Selam Nuklir, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Respons Indonesia soal rencana kapal selam nuklir Australia

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa Indonesia mendorong Australia tetap memenuhi kewajibannya menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan.

"Indonesia mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation," tertulis dalam pernyataan resmi Pemerintah, dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Jumat (17/9/2021).

Selain itu, Indonesia juga menekankan mengenai pentingnya komitmen Australia untuk tetap memenuhi kewajibannya terkait nonproliferasi nuklir.

Lebih lanjut Indonesia merasa prihatin dengan terus berlanjutnya perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di Kawasan.

Indonesia juga mendorong agar Australia maupun pihak-pihak terkait lain untuk selalu mengedepankan dialog, guna penyelesaian perbedaan supaya tercapai perdamaian.

"Dalam kaitan ini, Indonesia menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan," tertulis dalam pernyataan resmi pemerintah.

Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 RI Diprediksi Desember, Ini Peringatan Epidemiolog

Respons Malaysia soal rencana kapal selam nuklir Australia

Malaysia pada Sabtu (18/9/2021) juga memberikan tanggapan terkait dengan rencana Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Dikutip dari Reuters, Malaysia menyatakan keprihatinannya terhadap rencana itu, karena rencana tersebut dapat mengkatalisasi perlombaan senjata nuklir di Kawasan Indo-Pasifik.

"Ini akan memprovokasi kekuatan lain untuk juga bertindak lebih agresif di kawasan itu, terutama di Laut China Selatan," kata Kantor Perdana Menteri Malaysia dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan Malaysia tersebut tidak menyebut secara tegas mengenai China, tetapi saat ini kebijakan luar negeri China semakin agresif, terutama terkait klaim maritim Laut China Selatan.

"Sebagai negara di dalam ASEAN, Malaysia memegang prinsip menjaga ASEAN sebagai Zona Damai, Kebebasan, dan Netralitas (ZOFPAN)," dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Pemerintah Malaysia.

Lebih lanjut Malaysia mendesak agar semua pihak menghindari provokasi dan persaingan di wilayah tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi