Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Banyak Hal Terjadi di Luar Prediksi, Vaksinasi di Indonesia adalah Bukti

Baca di App
Lihat Foto
Hanoman meniup terompet menandai dimulainya kegembiraan. Artwork oleh Wulang Sunu.
Editor: Heru Margianto

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan dan sejumlah kabar baik yang menghampiri kita akhir-akhir ini.

Betul, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) masih diberlakukan hingga 4 Oktober 2021. Namun, pembatasannya mulai dilonggarkan untuk sejumlah kegiatan yang dimungkinkan.

Ini tentu saja kabar baik yang perlu disyukuri. 

Yang terbaru, anak di bawah usia 12 tahun boleh masuk mal atau pusat perbelanjaan, dengan pengawasan dan pendampingan orangtua tentunya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelonggaran pembatasan ini diberlakukan di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. 

Salah satu kegembiraan anak-anak yang direnggut selama pandemi sekitar 18 bulan yaitu bermain di mal atau pusat perbelanjaan bersama keluarga kini diberikan kelonggaran.  

Kabar gembira lain, meskipun PPKM diperpanjang sampai 4 Oktober 2021, bioskop diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas maksimal 50 persen pada kota-kota level 3 dan level 2.

Pelonggaran ini dilakukan dengan kewajiban penggunaan aplikasi PeduliLindungi serta penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sebuah protokol yang harusnya sudah ringan kita lakukan karena sudah terbiasa.

Untuk masuk bioskop misalnya, mereka yang ada di kategori kuning dan hijau dan yang menerapkan protokol kesehatan ketat yang diperbolehkan.

Kabar pelonggaran ini memunculkan respons beragam. Tiga anak saya misalnya, meresponsnya secara berbeda.

Anak pertama (SMA) lumayan gembira dan berencana ke bisokop dan bertemu temannya. Anak kedua (SMP) terlihat tidak antusias karena lebih asyik dengan gawainya.

Anak ketiga (SD) justru balik bertanya, kapan dimulai sekolah tatap muka. Untuk pertanyaan anak ketiga, sulit saya menjawabnya.

Bertemu teman-teman sekolah dan belajar di kelas dengan tatap muka langsung tampaknya lebih dirindukan anak-anak dari pada ke mal atau pusat belanja.

Kepada anak-anak, saya katakan, sekolah tatap muka akan segara dilakukan. Kapan tepatnya, banyak faktor yang menentukan.

Jawaban saya ini saya sampaikan berdasarkan pertemuan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pekan lalu.

Pemerintah sudah mendorong agar sekolah tatap muka disegerakan saat sekolah dan orangtua siap.

Dorongan sekolah tatap muka ini dilakukan agar ketertinggalan pendidikan tidak terus-terusan berlanjut. 

Berbeda dengan negara-negara lain yang lebih maju dan homogen, keragaman persoalan dengan tingkatan kesulitan dan luasnya jangkauan wilayah memunculkan ancaman serius untuk pendidikan di Indonesia.

Karena itu, sejumlah upaya mengatasi ancaman serius ini tengah dilakukan. Sekolah tatap muka diharapkan menjadi pembuka jalan.

Meskipun vaksinasi makin masif dilakukan dan luas jangkauannya, sekolah tatap muka tidak bisa menunggu vaksinasi.

Ada sedikit anomali. Di wilayah yang tingat vaksinasinya tinggi, kekhawatiran untuk memulai sekolah tatap muka juga tinggi. 

Pemerintah pusat dan daerah akan melakukan sejumlah intervensi bersama satuan sekolah dan orangtua murid.

Menurut Nadiem, dibandingkan dengan mal di mana siapa saja bisa datang dan pergi, sekolah lebih aman karena mereka yang datang dan pergi lebih terkendali.

Jika terjadi kasus penularan, penangangan akan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan dan tidak akan dilakukan penutupan secara total menyeluruh di suatu kawasan.

Kita berharap intervensi pemerintah pusat dan daerah bersama satuan sekolah dan orangtua murid membawa hasil terbaik untuk anak-anak kita.

Kabar baik dengan tren baik akhir-akhir ini perlu dijaga dengan kehati-hatian tentunya. Kehati-hatian, bukan ketakutan dan kekhawatiran semata-mata.

Sejumlah kabar baik yang kita dengar akhir-akhir ini terkait pandemi berpangkal pada capaian yang kita catatkan bersama-sama. 

Per 31 Agustus, jumlah dosis vaksin Covid-19 yang disuntikkan di Indonesia mencapai 100 juta. Angka ini terus bertambah.

Per 20 September 2021, ada 124 juta dosis vaksin Covid-19 yang disuntikan dengan dosis disuntikkan per hari rata-rata 1,3 juta. 

Sebagai salah satu negara yang paling terdampak dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta tersebar di wilayah kepulauan yang menantang, capaian ini menjadi tonggak yang mengembirakan.

Indonesia ada di urutan ke-6 dan menjadi satu dari delapan negara yang sudah menyuntikkan vaksin lebih dari 100 juta.

Tujuh negara lain secara berturut-turut adalah China, India, Amerika Serikat, Brasil, Jepang, Jerman dan Turki. 

Apa yang dilakukan pemerintah bersama semua elemen masyarakat mendapat pengakuan juga dari Bank Dunia. 

Di tengah banyak kritik dan ketidakpuasan, Bank Dunia menilai Indonesia mampu mengoordinasikan sumber daya kesehatan dengan alokasi dana sekitar 14,9 milyar dollar AS.

Vaksinasi Covid-19 gratis dan perluasan cakupan kelompok usia yang menerima vaksin (12-17 tahun) menjadi penentu kecepatan vaksinasi.

Jika kita menengok awal vaksinasi dengan sejumlah prediksi yang dikemukakan, apa yang kita capai akhir-akhir ini merontokkan semua prediksi.

Saat dimulainya vaksinasi, kecepatan kita melakukan vaksinasi per hari hanya sekitar 60 ribu dosis per hari.

Dengan kecepatan ini, menurut prediksi Bloomberg saat itu, dibutuhkan waktu 10 tahun untuk vaksinasi 75 persen penduduk.

Prediksi ini tentu saja meleset karena kecepatan Indonesia melakukan vaksinasi terus meningkat dan kini rata-rata 1,3 juta dosis per hari bersamaan dengan ketersediaan vaksin yang mampu diamankan. 

Pemerintah tengah ambisius mendorong vaksinasi di seluruh Indonesia dan diperkirakan selesai pada April 2022.

Ambisi ini tampaknya akan mendapat tantangan makin tinggi lantaran sebaran populasi yang belum divaksin makin sulit dijangkau. 

Sama seperti prediksi di awal vaksinasi yang meleset saat ini, prediksi dengan ambisi bahwa vaksinasi selesai April 2022 perlu kita letakkan dalam kerendahhatian di tengah semua upaya.

Banyak hal terjadi di luar kendali dan prediksi.  

Salam jaya, jaya, jaya!

Wisnu Nugroho 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi