Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Manusia Silver, Apa Bahayanya Mengecat Kulit?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/Ihsanuddin
Ilustrasi manusia silver.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Di media sosial, beredar foto sejumlah orang yang tubuhnya dicat berwarna silver.

Salah satu foto yang beredar dan viral di media sosial juga menunjukkan ada bayi yang kulitnya juga dicat berwarna perak.

Bayi berusia 10 bulan dicat silver tersebut teridentifikasi terjadi di Pemulang, Tangerang Selatan.

Selain di Tangerang, manusia silver ini juga ditemukan di Semarang, Jawa Tengah.

Apa bahayanya mengecat kulit dengan cat yang penggunaannya bukan untuk kulit manusia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter spesialis kulit dan kelamin di RSUD Purwokerto, dr Ismiralda Oke Putranti, mengatakan, bahan pewarna yang dipakaikan pada bayi berpotensi mengiritasi kulit. Menurut dia, cat yang biasa digunakan manusia silver adalah pewarna tekstil.

"Bahan pewarna yang biasa dipakai oleh manusia saja, (seperti) make up, cat rambut, berisiko menimbulkan alergi. Apalagi yang untuk bahan tekstil, berbahaya sekali. Apalagi untuk bayi dan anak-anak yang kulitnya masih tipis dan lebih sensitif dibandingkan orang dewasa," kata Oke saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/9/2021).

Baca juga: Bayi 10 Bulan Jadi Manusia Silver di Pamulang, Ibunya Dibawa ke Dinsos Tangsel

Penggunaan cat silver

Dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman ini, mengatakan, pewarna yang biasanya digunakan untuk manusia silver mengandung paraphenylenediamine (PPD), zat kimia yang menimbulkan warna jika bereaksi dengan oksigen.

PPD juga biasanya dipadukan dengan oxidizer, zat pewarna yang bisa meresap ke dalam kulit atau rambut.

"Untuk pewarna sering kali mangandung bahan yang disebut paraphenylenediamine (PPD) yang sering menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Bahan oxidizer ini juga sering mengiritasi kulit," kata Oke.

Fenomena silverman atau manusia silver mulai marak di beberapa daerah. Mereka kerap ditemukan di titik-titik keramaian kota atau di lampu merah.

Oke menceritakan, ia pernah merawat pasien yang bekerja sebagai manusia silver. Pasien tersebut mengalami iritasi di kulitnya.

"Saya pernah mendapatkan kasus yang sama pada pasien silverman. Dia mengalami reaksi iritasi yang cukup berat terutama pada area wajah, karena area wajah relatif lebih sensitif di bandingkan area lain," ujar Oke.

Ia mengatakan, pewarna tekstil yang biasa digunakan manusia silver idealnya tidak digunakan untuk kulit manusia.

"Pada cat warna tekstil, supaya bahan pewarna bisa masuk ke dalam serat-serat kain, diperlukan bahan aktif lain yang sifatnya kalau terkena kulit manusia akan menimbulkan iritasi," kata Oke.

Bahaya cat silver

Salah satu peradangan paling umum yang muncul akibat iritasi cat silver adalah bintil, kemerahan, dan rasa gatal di kulit.

"Reaksi iritasi mulai dari kemerahan dan bintil-bintil pada kulit disertai rasa gatal, pada reaksi yang berat bahkan bisa timbul lepuh dan kematian jaringan kulit," papar Oke.

Hal serupa juga disampaikan oleh dokter umum di Klinik dr Djalu, Mojokerto, Jawa Timur, dr Wahyu Tri Kusprasetyo.

"Cat yang terkena mukosa tubuh seperti pada mata dan bibir bisa menyebabkan efek terbakar dan mudah masuk ke peredaran darah. Belum lagi partikel cat yang masuk ke saluran pernapasan juga dapat menyebabkan penyakit paru-paru," ujar Wahyu ecara terpisah kepada Kompas.com, Minggu (26/9/2021).

Adapun efek jangka panjang penggunaan cat silver ini, menurut Wahyu, dipengaruhi oleh zat yang bersifat teratogenik pada cat yang bisa menyebabkan kanker kulit.

Peradangan terjadi karena respons tubuh saat infeksi biasanya terjadi saat tubuh menerima benda asing atau yang dianggap berbahaya.

"Tanda awal radang adalah kemerahan, peningkatan suhu sektar atau seluruh tubuh, dan nyeri. Pada akhirnya menyebabkan fungsi tubuh terganggu," kata Wahyu.

Bayi dicat silver

Diberitakan Kompas.com, Minggu (26/9/2021), bayi dicat silver yang teridentifikasi di Pamulang, Tangerang Selatan, merupakan putra dari NK (21). Bayi itu dititipkan kepada temannya, sepasang suami istri berinisial E dan B.

Kepala Seksi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Tangsel Muksin Al-Fachry mengatakan, bayi berusia 10 bulan tersebut dibawa mengemis di jalanan.

Saat E dan B menyerahkan kembali MFA, NK mendapati bahwa anaknya sudah berada dalam kondisi dicat silver. Sepasang suami istri itu juga memberikan uang sebesar Rp 20.000 kepada NK.

Uang itu akan digunakan untuk membeli popok. Berdasarkan keterangan NK, hingga kini putranya belum memiliki akte kelahiran karena dia tidak melahirkan di rumah sakit.

Adapun untuk bayi dan ibunya telah diamankan dan dibawa ke Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tangsel, Sabtu kemarin malam.

Muksin menambahkan, karena ada kejadian tersebut, pihaknya bakal mengintensifkan razia terhadap manusia silver.

Pihaknya tak menampik, beberapa waktu terakhir banyak manusia silver yang beroperasi di wilayah Tangerang Selatan, seperti Maruga, Rempoa, Alam Suter, dan Gaplek.

"Apa lagi kota kami adalah kota layak anak. Tidak layak kalau ada anak bayi yang dibawa atau dimanfaatkan untuk kegiatan pribadi mereka," ujar dia. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi