Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Orang dengan Sakit Jantung Naik Gunung? Ini Kata Dokter

Baca di App
Lihat Foto
kieferpix
Ilustrasi mendaki gunung
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com – Mendaki gunung kini menjadi salah satu aktivitas yang digandrungi baik dari muda hingga tua.

Ada banyak alasan seseorang mendaki gunung, dari menikmati pemandangan alam, menenangkan diri, menguji kemampuan diri, maupun sekedar ikut tren.

Namun, aktivitas mendaki gunung bukanlah aktivitas yang bisa asal dilakukan. Perlu persiapan matang dan mempertimbangkan kondisi fisik dan cuaca.

Salah satu pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum mendaki gunung adalah terkait kondisi kesehatan.

Bagaimana jika seseorang dengan riwayat penyakit jantung mendaki gunung? Apakah diperbolehkan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: BPJS Kesehatan Akan Terapkan Kelas Standar Mulai 2022, seperti Apa Gambarannya?

Penjelasan dokter

Terkait dengan hal tersebut, Kompas.com menghubungi dr. Renan Sukmawan, ST, MARS, PhD, SpJP(K) yang merupakan Kepala Departemen Dept. Kardiologi & Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Saat dihubungi, dia mengatakan jika memiliki riwayat jantung, maka harus dipastikan dahulu penyakit jantung apa yang diderita karena terdapat berbagai jenis penyakit jantung.

Menurut Renan, seseorang yang memiliki riwayat sakit jantung, maka jika masih dalam kategori ringan, bisa dites dengan melakukan treadmill test atau uji latih jantung.

“Kalau kapasitas fungsionalnya baik, kita cukup berikan obat-obatan misalnya dan tetap bisa naik gunung,” ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/9/2021).

Adapun pada sakit jantung sedang sampai berat, maka perlu diberi obat atau tindakan tertentu, seperti pasang ring atau tindakan operasi.

Jika kondisi demikian, maka seseorang setelah tindakan, bisa melakukan latihan lagi sehingga bisa kembali naik gunung.

“Kalau penyakit jantungnya sudah lanjut yang sudah tidak bisa dioperasi atau dilakukan tindakan, biasanya tidak kita sarankan untuk olahraga berat termasuk juga naik gunung,” ujar dia.

Baca juga: Persiapan dan Aturan Pelaksanaan Kuliah Tatap Muka, Ini yang Perlu Diperhatikan

Faktor risiko

Pada kondisi ini maka pasien tetap memerlukan obat untuk bisa melakukan aktivitas ringan sehari-hari.

Renan mengingatkan, seorang pendaki memastikan dirinya tak memiliki risiko penyakit jantung terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun.

Begitu juga seseorang yang memiliki salah satu faktor risiko, seperti merokok, darah tinggi, sakit gula, kolesterol tinggi, riwayat keluarga dengan serangan jantung atau meninggal mendadak di usia muda karena kecurigaan sakit jantung.

“Pada kelompok tersebut disarankan periksakan diri. Apakah ada penyakit jantung koroner atau tidak,” ujar dia.

Hal ini menurut dia penting, agar segera bisa dilakukan tindakan dan pendaki bisa dilatih, sehingga dapat kembali naik gunung.

Baca juga: Pentingnya Mengelola Kemarahan agar Tak Merusak Jantung

Tidak direkomendasikan

Sementara itu, dihubungi terpisah, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dr Michael Triangto, Sp.KO mengatakan, boleh tidaknya seseorang yang memiliki riwayat jantung naik gunung, maka harus melihat kondisi yang bersangkutan.

“Kalau dia sakit jantung, tapi terkontrol, boleh,” ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/9/2021).

Namun, ia menekankan harus ada batasan dalam melakukan aktivitas itu.

Batasan tersebut, yakni sebelum melakukan aktivitas pendakian, maka harus memeriksakan kondisi kesehatannya, apakah bagus atau tidak.

Dia harus mempersiapkan berbagai hal, seperti membawa obat, memikirkan lokasi rumah sakit yang dekat dijangkau, apabila serangan ternyata terjadi.

Meski demikian, pihaknya tak merekomendasikan bagi seseorang dengan riwayat jantung melakukan pendakian.

Hal ini karena naik gunung berbeda dengan naik tangga, di mana ketika naik jarak lebih jauh dan kondisi di sana tidak bisa dipastikan.

Ia mengingatkan para pendaki serangan riwayat jantung saat akan naik gunung untuk mengingat tujuannya pergi, baik untuk rekreasi, kesehatan, maupun prestasi.

Apabila untuk sekedar rekreasi maka tentunya segalanya harus dipersiapkan dengan baik dan tentu saja tidak bisa menjadikan aktivitas mendaki sebagai aktivitas mengejar “prestasi” berburu sunrise karena akan membuat pendaki berisiko berjalan terlalu memaksa.

Adapun jika tujuannya untuk kesehatan, maka menurutnya tak perlu memaksakan diri menjadikan naik gunung sebagai olahraga karena masih ada jenis olahraga lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi