Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tragedi Nasional G-30-S

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/ WAWAN H PRABOWO
Warga mengunjungi Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (30/9/2014). Monumen tersebut dibangun untuk menghormati para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa Gerakan Tiga Puluh September atau G-30-S/PKI pada 1965.
Editor: Heru Margianto

Pada hakikatnya dalam perjalanan sejarah, setiap bangsa memiliki tragedi nasional masing-masing.

Fakta sejarah

Amerika Serikat punya Civil War 1861-65 sebagai bharatayudha Utara lawan Selatan akibat pro-kontra perbudakan yang menelan tak terhitung korban nyawa warga Amerika Serikat sendiri.

Prancis punya Revolusi Prancis yang memenggal kepala banyak kaum aristokrat demi menggulingkan kerajaan namun akhirnya malah memunculkan kekaisaran.

Dengan menghabisi keluarga besar sampai ke begundal-begundal dinasti Romanov, revolusi kaum bolshevik mendirikan Uni Soviet yang akhirnya bubar demi mendirikan negara Rusia bukan monarki sekaligus bukan demokrasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Republik Rakyat China setelah berhasil menggusir sesama warga ke pulau Taiwan kemudian memecah-belah bangsa sendiri dengan menyelenggarakan Revolusi Kebudayaan yang kemudian menghadirkan negara terkesan komunis namun sebenarnya super kapitalis secara monopoli mutlak dikuasai partai tunggal yaitu Partai Komunis China.

Akibat terletak pada lokasi geopolitik strategis, maka Afghanistan dan Polandia sama-sama bernasib dipecah-belah oleh bangsa-bangsa lain yang bertetangga mau pun nun jauh di sana.

Sejarah kerajaan Inggris penuh dengan pergantian dinasti yang lebih kerap berlumuran darah ketimbang berhias suasana bahagia.

Jerman yang termasyhur dengan para tokoh adiluhur seperti Beethoven, Goethe Einstein, Mama Merkel pernah menjadi bangsa yang paling bengis di planet bumi akibat keangkaramurkaan Adolf Hitler.

Setelah berhasil memerdekakan diri, bangsa Indonesia menempuh proses pendewasaan diri dengan mengorbankan jutaan nyawa warga Indonesia termasuk ayah kandung saya melalui tragedi nasional G-30-S.

Sekolah tempat saya pada masa kanak-kanak belajar dirusak dan dibakar oleh para pembenci PKI untuk kemudian digunakan sebagai kamp konsentasi mereka yang dituduh PKI.

Ibu kandung bersama saudara-saudari kandung saya juga harus mengungsi dari Denpasar ke Semarang lalu lanjut ke Jakarta akibat ketakutan ikut terbunuh di pulau Bali.

Pengingatan

Tidak bijak apabila saya membenarkan tragedi nasional bangsa sendiri terjadi di negeri sendiri dengan contoh bahwa bangsa lain juga punya tragedi nasional.

Sama kurang bahkan tidak bijaknya apabila saya membenarkan pembunuhan yang saya lakukan dengan contoh bahwa ada pula orang lain yang membunuh.

Alasan bahwa setiap penggusuran mutlak butuh pengorbanan demi kepentingan yang dianggap lebih merupakan prioritas lebih penting bagi penggusur juga kurang senonoh apalagi jika yang dikorbankan bukan diri sendiri tetapi orang lain apalagi rakyat yang sama sekali tidak berdaya melawan penggusuran secara paksa sambil sempurna melanggar hukum.

Maka membenarkan tragedi nasional G-30-S dengan alasan negara, bangsa, dan rakyat membutuhkan pengorbanan atau apa pun pada hakikatnya sama sekali tidak layak dibenarkan.

Namun bukan berarti kita lalu menghapus fakta tragedi nasional G-30-S dari lembaran sejarah yang diajarkan di sekolah mau pun dari ingatan kolektif bangsa Indonesia di luar sekolah.

Tragedi nasional perlu bahkan wajib senantiasa diingat bersama bukan demi memendam dendam untuk dilampiaskan sebagai balas dendam terhadap sesama warga namun justru demi bersama mencegah jangan sampai tragedi nasional kembali terjadi di masa kini dan di masa mendatang di Tanah Air Udara tercinta.

Merupakan harapan bangsa Indonesia bahwa bukan sebagian namun seluruh rakyat Indonesia dapat meraih cita-cita masyarakat adil dan makmur yang hidup bersama di sebuah negara gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja.

Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi