Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober

Baca di App
Lihat Foto
DOK. SETNEG
Presiden Soeharto bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya, Jakarta Timur hari Kamis (1/10/1987). Kepala Negara dan Ny Tien Soeharto serta Wapres dan Ny Karlinah Umar Wirahadikusumah selesai upacara melakukan peninjauan keliling.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober.

Diberitakan Harian Kompas, 27 September 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila bermula dari Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966.

Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) Angkatan Darat dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta masyarakat.

Wakil Panglima TNI Angkatan Darat saat itu, Letjen Maraden Panggabean, mengatakan, Pancasila merupakan jalan hidup bangsa Indonesia yang pernah mendapat ancaman yang luar biasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Peristiwa G30S, Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Dibunuh PKI?

Menurut Panggabean, peringatan Hari Kesaktian Pancasila bertujuan agar bangsa Indonesia mengingat kembali peristiwa Gerakan 30 September (G30S/PKI).

Selain itu, untuk mencegah terulangnya kembali peristiwa tersebut.

Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya, Jakarta.

Baca juga: Peringatan G30S/PKI dan Aturan soal Pengibaran Bendera Setengah Tiang...

Tragedi G30S

Gerakan 30 September merupakan bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia.

Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta satu perwira pertama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang menjadi korban.

Mereka adalah Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

PKI beralasan, para jenderal itu akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno melalui Dewan Jenderal.

Baca juga: 5 Fakta Film G30S/PKI, dari Film Wajib Era Soeharto hingga Pecahkan Rekor Penonton

Ketujuh korban dibunuh oleh PKI lalu dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Pada 4 Oktober 1965, jenazah enam jenderal dan seorang perwira pertama yang kini ditetapkan sebagai pahlawan revolusi itu, diangkat dari sumur Lubang Buaya.

Diberitakan Harian Kompas, 25 September 2016, ditemukannya korban peristiwa G30S tidak lepas dari peran Sukitman, seorang anggota kepolisian.

Pada 1 Oktober 1965, ia sempat dibawa paksa ke Lubang Buaya oleh kelompok G30S, tetapi berhasil meloloskan diri.

Lokasi jenazah ditemukan oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya.

Jenazah ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter.

Baca juga: Sejarah Peristiwa G30S/PKI

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi