Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monumen Pancasila Sakti dan Mengenang 7 Pahlawan Revolusi

Baca di App
Lihat Foto
Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur DOK. Shutterstock
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Monumen Pancasila Sakti yang berlokasi di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, menyimpan banyak cerita.

Monumen Pancasila Sakti dibangun untuk mengenang 7 Pahlawan Revolusi yang menjadi korban dalam peristiwa Gerakan 30 September atau dikenal dengan G30S/PKI. 

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, terjadi penculikan sejumlah petinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Penculikan tersebut terjadi lantaran mereka dicurigai oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari Dewan Jenderal yang akan meruntuhkan kekuasaan Presiden Soekarno kala itu.

Hingga akhirnya menjadi sebuah tragedi berdarah. Dari 7 orang yang ditargetkan, pasukan yang dipimpin oleh Letkol Untung menangkap 6 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sejarah Hari Kesaktian Pancasila, Kenapa Diperingati Tiap 1 Oktober?

Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Jenderal S. Parman, Jenderal Suprapto, Jenderal Sutoyo, Jenderal MT Haryono, dan Jenderal Panjaitan.

Satu target, yakni Jenderal A.H. Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menko Hankam/Kasab TNI AD bisa meloloskan diri. Ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean ditangkap dan menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

Para jenderal ini kemudian dibawa menuju Lubang Buaya yang dijadikan markas komando Gerakan 30 September 1965.

Enam jenazah perwira tinggi TNI AD dan jenazah Lettu Piere Tendean kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua untuk menghilangkan jejak.

Monumen Pancasila Sakti

Dihimpun dari laman Pusat Sejarah TNI dan Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk mengenang tujuh tokoh yang telah gugur, pemerintah memberi gelar Pahlawan Revolusi.

Untuk mengenang, menghormati, dan menghargai jasa-jasa para Pahlawan Revolusi, dibangunlah Monumen Pancasila Sakti.

Monumen Pancasila Sakti dibangun di atas areal tanah seluas 14,6 hektar pada pertengahan Agustus 1967, dan diresmikan pada 1 Oktober 1973 oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan peringatan Kesaktian Pancasila.

Bersamaan dengan pembangunan monumen tersebut, dibangun pula cungkup sumur yang digunakan untuk mengubur jenazah tujuh Pahlawan Revolusi.

Monumen Pancasila Sakti atau yang dikenal dengan Lubang Buaya terdiri dari dua area, yaitu area outdoor dan indoor.

Area outdoor terdiri dari pameran taman dan sumur tua bekas pembuangan jasad para jenderal, sedangkan indoor berupa museum dan paseban.

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para korban G30S/PKI.

Sumur maut

Sumur tua dikenal dengan nama Sumur Maut. Di sumur inilah jenazah para Pahlawan Revolusi dibuang.

Sumur ini memiliki kedalaman mencapai 12 meter dengan diameter sekitar 75 sentimeter (cm).

Di bekas sumur tersebut terdapat sebuah plakat yang bertuliskan "Tjitatjita & perjuangan kami untuk menegakkan kemurnian pantja-sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini".

Sumur tersebut ditemukan pada 4 Oktober 1965. Jasad para korban kemudian devakuasi pada 4 Oktober dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Tujuh patung pahlawan revolusi

Tujuh patung pahlawan revolusi terletak 45 meter (melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia) sebelah Utara dari sumur maut.

Patung para Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang sebuah dinding setinggi 17 meter (melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia) dengan hiasan patung Garuda Pancasila.

Ketujuh patung Pahlawan Revolusi berdiri berderet dalam setengah lingkaran dari barat ke timur, yaitu Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo, Mayjen TNI Anumerta D.I Panjaitan, Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto, Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta M.T. Harjono, Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan Kapten Czi Anumerta P.A. Tendean.

Di bawah patung tersebut terdapat sebuah relief yang menggambarkan peristiwa, kejadian, dan penumpasan G30S/PKI oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan rakyat.

Di bawah relief juga terdapat tulisan "Waspada Dan Mawas Diri Agar Peristiwa Sematjam Ini Tidak Terulang Lagi".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi