Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Twit Air Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol, Ini Kata Pemprov DKI dan Dugaan Asalnya

Baca di App
Lihat Foto
MAULANA MAHARDHIKA
Kondisi Teluk Jakarta usai dibersihkan di Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (24/3/2018). Sampah plastik yang sebelumnya menumpuk, kini sudah dibersihkan dan menyisakan lumpur tebal.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Viral Twit tentang air laut Teluk Jakarta mengandung konsentrasi Paracetamol tinggi.

Salah satu Twit dibuat oleh @apathoni. Dia membagikan tangkapan layar jurnal yang mengungkap tentang itu, yaitu ScienceDirect.

Unggahan itu disukai lebih dari 4.800 kali, dibagikan ulang lebih dari 2.000 kali, dan dikomentari lebih dari 150 kali.

Baca juga: Pemprov DKI Lakukan Penelitian, Cari Penyebab Adanya Kandungan Parasetamol di Teluk Jakarta

Konsentrasi tinggi Parasetamol di limbah perairan Teluk Jakarta

Melansir laman ScienceDirect, jurnal yang diterbitkan pada Agustus 2021 itu berjudul "Konsentrasi tinggi parasetamol dalam limbah yang mendominasi perairan Teluk Jakarta, Indonesia". Jurnal itu masuk dalam Buletin Polusi Laut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para peneliti menyelidiki beberapa kontaminan air, termasuk obat-obatan. Data dikumpulkan dari lokasi yang didominasi limbah cair di Indonesia, terdiri atas 4 lokasi di Teluk Jakarta dan satu di pantai utara Jawa Tengah.

"Data yang disajikan dalam studi pendahuluan ini memberikan gambaran kualitas air laut di daerah-daerah tersebut," tulis jurnal itu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter nutrisi melebihi batas Baku Mutu Air Laut Indonesia, dan beberapa logam juga ada.

Menariknya, konsentrasi tinggi parasetamol terdeteksi di Angke (610 ng/L) dan Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta.

Peneliti mengklaim bahwa hingga saat ini, ini adalah studi pertama yang melaporkan keberadaan parasetamol (acetaminophen) di perairan pesisir di sekitar Indonesia.

Konsentrasi tinggi yang terdeteksi, dibandingkan dengan tingkat lain yang dilaporkan dalam literatur ilmiah, meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang dan, terutama, dampak pada peternakan kerang di dekatnya.

"Mengingat pertimbangan obat-obatan sebagai kontaminan yang muncul, data ini menunjukkan penyelidikan lebih lanjut diperlukan," pungkas jurnal itu.

Baca juga: Ini Daftar Ponsel yang Tak Bisa Akses WhatsApp Bulan Depan

Pemprov DKI lakukan penelusuran

Diberitakan Kompas.com, Jumat (1/10/2021), pemerintah provinsi DKI Jakarta telah memberikan tanggapannya melalui humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan.

Pihak pemprov mengatakan, akan mengusut sumber pencemaran yang menyebabkan Teluk Jakarta mengandung obat sakit kepala dan demam itu.

"Kami akan dalami dan telusuri sumber pencemarannya," kata Yogi pada Jumat (1/10/2021).

Yogi mengatakan, Pemprov DKI Jakarta berterima kasih kepada para peneliti yang melakukan penelitian di Teluk Jakarta.

Dinas LH sendiri, kata Yogi, secara rutin memantau kualitas air di Jakarta, tetapi tidak mencantumkan variabel pencemaran berupa parasetamol.

Baca juga: Ramai Buku Nikah Kini Dilengkapi Barcode, Begini Penjelasan Kemenag

Kemungkinan asal kandungan Parasetamol

Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Zainal Arifin mengatakan, ada dua kemungkinan asal kandungan parasetamol yang ada di Teluk Jakarta.

Menurut Zainal kandungan tersebut bisa jadi berasal dari limbah farmasi atau pun berasal dari limbah hasil konsumsi obat.

"Jadi sumber bisa dari industri (farmasi) atau pemakaian," kata Zainal.

Zainal mengatakan, parasetamol merupakan obat yang bebas dijual di tengah masyarakat dan tidak memerlukan resep dokter untuk dikonsumsi.

Parasetamol yang dikonsumsi, kata Zainal, akan dikeluarkan melalui cairan seni dan kotoran yang diproduksi manusia dan mencemarkan air limbah.

"Dan juga pengelola limbahnya yang tidak bagus atau mungkin masyarakat ekonomi lemah ya, sistem pengelolaan limbahnya langsung dibuang ke sungai aja," ujar dia.

Untuk menghindari penggunaan parasetamol yang sering digunakan untuk obat pereda nyeri atau analgesik, Zainal berharap pemerintah bisa memperhatikan kesehatan masyarakatnya.

(Sumber: Kompas.com/Singgih Wiryono | Editor: Irfan Maullana, Nursita Sari)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi