Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Membanggakan Warisan Kebudayaan Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Seniman yang tergabung dalam Teater Koma membawakan teatrikal berjudul Goro-Goro: Mahabharata 2 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019). Lakon ini merupakan produksi ke-158 Teater Koma dan juga sebagai pentas besar pertama Teater Koma di tahun 2019 serta akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya dan Taman Ismail Marzuki mulai 25 Juli hingga 4 Agustus 2019.
Editor: Heru Margianto

SEJAK mulai bisa membaca, wayang merupakan bagian melekat pada kehidupan saya. Pertama saya gemar menyimak serial buku komik Petruk Gareng terbitan tahun 50an abad XX yang langsung menjadi favorit saya.

Kemudian disusul serial komik mahakarya R.A Kosasih dan serial komik Wayang Purwa mahakarya Ardisoma di samping Arjuna Wiwaha yang juga mahakarya R.A. Kosasih.

Arjuna Wiwaha 

Arjuna Wiwaha sangat mempengaruhi kalbu saya sehingga di masa kanak-kanak saya menggarap komik lanjutan Arjuna Wiwaha. 

Lanjutan versi saya, Niwatakawaca melakukan kudeta di neraka demi kemudian memperluas Lebensraum sampai ke Swargaloka dengan mengusir para dewata sehingga terpaksa menjemput Arjuna untuk membunuh Niwatakawaca agar hidup kembali ke marcapada dan seterusnya kisah berlanjut secara tak terhingga bolak-balik dunia fana dan alam baka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentu saya banyak memperoleh pelajaran pewayangan dari pergelaran wayang kulit yang sangat saya gemari sejak masa kanak-kanak meski tidak pernah berhasil bertahan semalam suntuk.

Setelah kembali ke Tanah Air Udara dari sedasawarsa berkelana di mancanegara, saya beruntung memperoleh kesempatan untuk lebih jauh berupaya mempelajari wayang dari tak kurang dari sang mahamaestro sendiri yaitu Ki Nartosabdho.

Saya juga menimba pengetahuan tentang wayang dari para ilmuwan dan seniman wayang orang Ngesti Pandowo, Sriwedari, Swargaloka dan Bharata yang sempat saya dukung mempergelar Wayang Orang dengan lakon Banjaran Gatotkaca di panggung Sydney Opera House dan UNECO, Paris.

Wayang Purwa

Di samping itu, saya juga membaca saripati Mahabharata dalam bahasa Inggris dan Jerman yang ternyata di sana-sini beda dari Mahabharata versi Indonesia.

Kemudian saya sadar bahwa ternyata Ramayana terdiri dari dua versi yaitu versi India di mana Rama adalah sang tokoh baik dan versi Alengka yang kini disebut Sri Lanka di mana Rahwana adalah sang tokoh baik .

Wayang Purwa dengan episode Arjuna Sasrabahu dan Sumantri-Sukrasana merupakan kreativitas Nusantara yang menghubungkan Ramayana dengan Mahabharata.

Wayang Purwa pada bagian awal berkisah asal-usul para dewa dan dewi termasuk asal-usul Punakawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang ditugaskan mendampingi Pandawa serta Togog dan Bilung yang mendampingi Kurawa.

Di dalam Wayang Purwa pula tampil para tokoh yang tidak ada di Mahabharata mau pun Ramayana seperti Wisanggeni, Antasena, Antareja, Burisrawa, Cakil.

Wisanggeni merupakan kreasi Wayang Purwa yang memiliki kesaktian apa pun yang ada di alam semesta ini sejauh kreativitas para dalang menghendaki.

Srikandi di Mahabharata banci sementara di Wayang Purwa perempuan sejati yang bahkan menikah dengan Arjuna.

Namun baik Mahabharata mau pun Wayang Purwa, Srikandi tetap merupakan tokoh yang berhasil melumpuhkan meski tidak berhasil membunuh Bisma Dewabrata yang memang hanya bisa mati atas kehendak dirinya sendiri.

Hanuman menurut versi India tampil di Ramayana namun juga mendampingi Bima di Mahabharata sebagai sesama titisan Dewa Bayu.

Anoman dan Bima di Wayang Purwa sama-sama berkuku Pancanaka pada ibu jari. Gatotkaca di Wayang Purwa kesatria berkumis rupawan sakti mandraguna dan bisa terbang sementara di Mahabharata raksasa gundul juga sakti mandraguna namun tidak bisa terbang.

Di Mahabharata, Drupadi poligamis bersuami Pandawa Lima kelima-limanya sementara di Wayang Purwa dimonopoli Yudhistira saja.

Kreativitas

Meski pengetahuan saya tentang pewayangan masih sangat amat dangkal namun saya memberanikan diri berpendapat bahwa kreativitas kisah Wayang Purwa tidak kalah dahsyat dibandingkan kreativitas para penggubah komik Marvel mau pun DC

Mungkin Superman bisa menandingi Gatotkaca, Batman menandingi Bima, Spiderman menandingi Abimanyu, Wonder Woman menandingi Srikandi, Iron Man menandingi Arjuna, Aquaman menandingi Antasena, dan Doctor Strange menandingi Kresna.

Namun tidak ada tokoh Marvel mau pun DC mampu menandingi kesaktian yang bahkan mampu menyedot kesaktian tokoh mana pun juga seperti kesaktian paripurna yang dimiliki oleh Wisanggeni.

Thanos pun mustahil mampu mengungguli Wisanggeni yang hanya bisa dikalahkan oleh dirinya sendiri.

Pada hakikatnya kandungan filsafat di dalam Wayang Purwa setara Iliad dan Odyssey mahakarya Homer mau pun Ring der Niebelungen sebagai narasumber mahaopera mahakarya Richard Wagner.

Mohon dimaafkan apalagi terkesan saya terlalu lebay dalam bersemangat membanggakan wayang akibat saya memang yakin bahwa wayang merupakan warisan mahakarya kebudayaan leluhur bangsa saya sendiri yang memang sangat layak dibanggakan.

Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi