Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO
Raja Belanda Willem Alexander (kedua kanan) bersama Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kanan) keluar dari Gedong Jene saat melakukan kunjungan di Keraton Yogyakarta, Rabu (11/3/2020). Kunjungan Raja Belanda di Keraton Yogyakarta tersebut merupakan rangkaian kunjungannya di Indonesia.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari jadi Kota Yogyakarta diperingati setiap 7 Oktober. Hari ini, Kota Yogyakarta genap berusia 265 tahun.

Kota yang menyimpan sejuta kenangan ini memiliki banyak penyebutan, antara lain Yogyakarta, Jogja, Yogya, dan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Bagaimana asal-usul nama Yogyakarta?

Baca juga: 5 Tempat Wisata Malam di Yogyakarta dengan Tarif Masuk Tak Sampai Rp 5.000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul nama Yogyakarta

Asal-usul nama Yogyakarta memiliki beragam versi.

Ryadi Goenawan dan Darto Harnoko dalam buku Sejarah Sosial Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (1993) menjelaskan, ada pihak yang menyatakan bahwa nama Kota Yogyakarta berasal dari kata "Ayodya" yang berarti kemenangan dan "Karta" yang berarti kota.

Lalu sebuah buku yang dikarang oleh C.F. Winter (1928), menyatakan bahwa Ngayogyakarta itu berasal dari kata "Jogja" yang berarti baik, sedangkan "Karta" berarti aman dan makmur.

Melansir Kompas.com, 22 April 2021, dalam Babad Gianti, Yogyakarta atau dalam bahasa Jawa Ngayogyakarta adalah nama yang diberikan oleh Paku Buwono II (raja Mataram 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Baca juga: Ramai Pesepeda di Perempatan Tugu Yogyakarta, Bagaimana Penjelasannya?

Ada juga yang memaknai Yogyakarta dari kata "Ayogya" yang berarti kedamaian dan "Karta" yang berarti baik.

Kemudian dilansir laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 1 Maret 2018, Yogyakarta berarti Yogya yang kerta atau Yogya yang makmur.

Sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama.

Baca juga: Video Viral Kereta Sultan Relasi Bandung-Jogja Seharga Rp 25 Juta, Ini Penjelasannya

Yogyakarta dalam epos Ramayana

Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana.

Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman.

Pada zaman kemerdekaan, daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri disebut Daerah Swapraja.

Baca juga: Penjelasan Ahli soal Gedung Mal di Jogja yang Ikut Bergoyang Saat Konser

Kehidupan Kota Yogyakarta memasuki babak baru beberapa saat setelah ditandatanganinya Perjanjian Gianti pada 13 Februari 1755 dan berdirinya keraton yang baru.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.

Pangeran Mangkubumi yang bergelar "Sampejan Dalem Ingkang Sinuhun Kandjeng Sultan Hamengku Buwono Ingkang Kaping Sapisan Senapati Ingalaga Abdurrachman Sajidin Panatagama Kalifatullah Negara Ngajogjakarta Hadiningrat" memindahkan pusat pemerintahannya dari Ambarketawang ke Yogyakarta pada 7 Oktober 1756.

Baca juga: Jogja, Pemindahan Ibu Kota dan Rencana Besar Jokowi...

Yogyakarta bergabung dengan NKRI

Luas seluruh wilayah benteng dan keraton yang baru ini kurang lebih 4000 meter persegi dengan bentuk menyerupai belah ketupat.

Masih laman DPAD DIY, pada saat proklamasi kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setelah itu Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Baca juga: Benarkah Ibu Kota Baru Memindah Masalah Jakarta ke Kalimantan?

Sejak 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi ibu kota Negara Republik Indonesia.

Saat ini, Keraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX.

Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.

Baca juga: Mengapa Keraton Agung Sejagat Muncul di Purworejo?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi