Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Oktober 2009, Mengenang 12 Tahun Ledakan Meteor Diameter 5-10 Meter di Bone

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Vadim Sadovski
Ilustrasi meteor jatuh
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari ini, 12 tahun lalu, tepatnya 8 Oktober 2009, meteor meledak di Bone, Sulawesi Selatan.

Diberitakan Harian Kompas, 9 Oktober 2009, saat itu warga Watampone, Ibu Kota Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dikejutkan dentuman beruntun yang sangat keras diikuti gempa ringan.

Dentuman dengan kilatan cahaya kemerahan dan asap itu terjadi pada pukul 10.30 Wita.

Laporan temuan disampaikan kepada Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Hery Subiansauri.

Hery mengatakan, ia menerima laporan sejumlah warga Pantai Tanjung Palete yang melihat benda memancarkan api dan berasap di angkasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya, spekulasi yang muncul karena adanya pesawat jatuh, gempa, bahkan ledakan pesawat.

Dentuman juga dilaporkan warga Kabupaten Wajo, yang berbatasan dengan Bone.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 7 Oktober 2001, AS Mulai Menginvasi Afghanistan

Benda langit yang jatuh

Peneliti utama Astronomi dan Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional memperkirakan, ledakan keras di udara yang terjadi pada 8 Oktober di Bone itu karena adanya benda langit jatuh.

Hasil analisisi menunjukkan, benda langit itu berupa meteorit yang tergolong cukup besar.

Diberitakan Kompas.com, 18 Februari 2013, misteri terkuak setelah Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan hasil analisis pada 19 Oktober 2009.

Setelah dikaji, kejadian yang membuat panik warga Bone tersebut ternyata  karena asteroid yang memasuki atmosfer Bumi dan meledak.

Analisis infrasound International Monitoring System (IMS) Infrasound Station of the Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) menemukan, benda yang meledak di kawasan Teluk Bone adalah sebuah asteroid berdiameter 5-10 meter, dengan energi ledakan setara 50 kiloton TNT.

Kompas.com, 29 Oktober 2009, memberitakan, ledakan meteor di Bone menyita perhatian dunia.

Ledakan yang dipicu asteroid besar itu bahkan dilaporkan sampai terdeteksi oleh alarm infrasound milik Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization (CNTBTO) yang berjarak 10.000 km dari lokasi jatuhnya meteorit.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sputnik Terbang ke Luar Angkasa

CNTBTO memang khusus untuk mendeteksi aktivitas atau ledakan nuklir di bumi.

Kekuatan ledakan itu, menurut peneliti dari University of Western Ontario, Elizabeth Silber dan Peter Brown, setara dengan 50 kiloton bom TNT.

Kekuatan itu dua sampai tiga kali lipat lebih kuat dari ledakan bom atom yang terjadi saat perang dunia ke-II.

Para astronom dunia terkejut karena mereka tidak mendeteksi keberadaan asteroid ini sebelum menghunjam Bumi.

Berdasarkan data statistik menyangkut populasi asteroid yang beredar di dekat Bumi, asteroid-asteroid cukup besar seperti yang jatuh di Bone biasa menghantam bumi dalam kisaran 2-12 tahun sekali.

Thomas Djamaluddin, yang saat itu merupakan Astrofisikaswan LAPAN, mengatakan, asteroid yang jatuh di Bone merupakan asteroid pertama di Indonesia yang berhasil teridentifikasi ukuran dan daya ledaknya pasca-peristiwa ledakannya terjadi.

"Kesaksian warga yang menyaksikan peristiwa tersebut merupakan informasi yang sangat penting dalam membantu proses identifikasi benda asing yang jatuh, selain perhitungan yang dilakukan oleh peneliti," ungkap Thomas.

Thomas menyebutkan, berdasarkan informasi yang dimilikinya, di Indonesia pernah dua kali terjadi peristiwa ledakan asteroid.

Berdasarkan laporan majalah Astronomi, peristiwa pertama terjadi di Perairan Maluku pada tahun 1980-an dan peristiwa kedua terjadi di kawasan Teluk Bone tahun 2009.

"Peristiwa yang terjadi di Perairan Maluku tercatat dalam laporan Majalah Astronomi. Lintasan benda asing yang diduga meteor terdeteksi di satelit, namun ukuran dan daya ledaknya tidak teridentifikasi," ujar Thomas.

(Sumber: Kompas.com/Fifi Dwi Pratiwi | Editor: Yunan, MSH)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi