Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Una Marson: Penyiar, Penulis, dan Tokoh Feminis Asal Jamaika

Baca di App
Lihat Foto
Google
Tangkapan layar google doodle mengenang Una Marson.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Google Doodle hari ini, Minggu (10/10/2021), menampilkan sosok Una Marson.

Una Marson adalah penyiar perempuan kulit hitam pertama di radio BBC Inggris. Dia juga merupakan penulis dan tokoh feminis berpengaruh.

Salah satu siarannya yang terkenal ketika mewawancarai pemimpin band jazz Ken "Snakehips" Johnson, beberapa bulan sebelum Ken terbunuh akibat bom London Blitz, tepat hari ini 81 tahun lalu.

Karya Marson mungkin tidak dikenal secara luas, bahkan sedikit orang yang mengetahui sosoknya. Namun perannya dalam menentang rasialisme dan konsistensinya meyuarakan hak perempuan akan tercatat dalam sejarah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marson menjadi penerbit dan editor majalah wanita pertama Jamaika pada 1928. Ia terus memperjuangkan persamaan hak bagi kaum-kaum marjinal.

Baca juga: Profil Adi Utarini, Orang Indonesia yang Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh 2021

Awal karier

Perempuan bernama lengkap Una Maud Marson ini lahir pada 6 Februari 1905 di Santa Cruz, Jamaika.

Merangkum laman Perpustakaan Nasional Jamaika, Marson merupakan putri bungsu.

Ia bersekolah di Hampton High School, sebuah sekolah asrama tradisional untuk anak perempuan di Malvern, St. Elizabeth, Jamaika.

Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Wakil Ketua DPR Aziz Syamsuddin

Ia sering berpindah-pindah antara Jamaika, Inggris dan Amerika Serikat. Seiring kepindahannya itu, Marson menjalani karier yang sangat bervariasi.

Selain menjadi penulis, ia terlibat dalam kegiatan dan pekerjaan sosial, feminisme, penyiaran dan produksi drama.

Dia berani mengangkat isu-isu kontroversial, terutama yang berkaitan dengan rasisme, nasionalisme, kesejahteraan sosial dan ekonomi, dan diskriminasi gender terhadap perempuan.

Baca juga: Tersangka Korupsi, Ini Profil dan Harta Kekayaan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono

Mendirikan The Cosmopolitan

Kariernya berawal ketika menjadi sekretaris dan anggota staf editorial Daily Gleaner pada awal 1920-an.

Tidak lama kemudian, ia mendirikan The Cosmopolitan, sebuah majalah bulanan yang terbit pada 1929-1931.

Majalah ini secara berani membahas isu-isu gender dan perempuan. Dia pun menjadi orang pertama di Jamaika yang berhasil menerbitkan majalah perempuan.

Meskipun kariernya masih muda, Marson sudah menulis dan telah menerbitkan beberapa artikel di penerbitan ternama. Ia menulis dua puisi Heights and Depths pada 1931 dan Tropic Reveries pada 1930.

Marosn juga menulis sebuah drama berjudul At What Price, yang dipentaskan di Jamaika.

Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Profil Wimar Witoelar

Berpindah-pindah negara

Pada 1933, Marson memutuskan untuk menapaki karier di Inggris.

Dia menjadi sekretaris League of Colored Peoples di London, sebuah organisasi hak-hak sipil yang didirikan untuk memerangi ketidaksetaraan rasial yang dihadapi oleh orang kulit hitam

Marson juga menjadi bagian dari staf Kedutaan Ethiopia pada 1936 di mana dia menemani H. M. Selassie ke Liga Bangsa-Bangsa (LBB) untuk mengatasi penjajahan Ethiopia oleh Italia.

Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Profil Drummer Rolling Stones Charlie Watts

Tidak lama kemudian, karena kurang puas dengan tindakan pasif Liga dalam menangani rasisme, Marson kembali ke Jamaika pada 1936.

Selama di tanah kelahirannya, Marson menulis puisi dan drama, serta menerbitkan buku puisi. Judul karyanya, antara lainnya, The Moth and the Stars, London Calling dan Pocomania.

Dalam karyanya, Marson menyelipkan isu rasisme, esensi budaya Jamaika dan marginalisasi perempuan.

Dia sempat tinggal di Washington, Amerika Serikat selama hampir satu dekade untuk menulis.

Baca juga: Profil Brigjen TNI Gusti Putu Danny Nugraha, Kabinda Papua yang Ditembak KKB

Setelah perang berakhir, Marson kembali lagi ke Jamaika pada 1949.

Kali ini, ia bergabung dengan Gleaner Company sebagai sekretaris penyelenggara dan menjabat sebagai editor umum Pioneer Press.

Marson mengunjungi Jamaika dua kali selama 1960, dan kembali menetap di negara kelahirannya pada 1961. Dia kembali menjabat sebagai sekretaris eksekutif di Jamaika Save the Children Fund.

Marson terus bepergian ke berbagai negara untuk mengerjakan proyek, meski pekerjaan ini menguras kesehatannya.

Ia menerima beberapa penghargaan, seperti medali perak Musgrave pada 1930 dari Institut Jamaika untuk karya sastranya dan penghargaan plakat biru 2005 karena menjadi penyiar perempuan kulit hitam pertama di BBC serta menjadi aktivis feminis.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Maruf Amin (2019-2024)

Jadi penyiar BBC

Marson kembali tinggal di Inggris pada 1938.

Kali ini ia mulai bekerja di bidang jurnalistik, tepatnya di British Broadcasting Corporation (BBC).

Marson adalah penyiar perempuan kulit hitam pertama yang bekerja di sana. Ia memulai karier jurnalistiknya sebagai penulis naskah di studio televisi.

Melansir BBC, ketika perang pecah, layanan TV BBC tutup mendadak. Marson pun pindah ke radio, baik sebagai penyiar atau penulis.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Boediono (2009-2014)

Salah satu siaran fenomenalnya adalah wawancara dengan pemimpin band jazz Ken "Snakehips" Johnson.

Dalam rekaman yang agak rapuh dari 1940, Marson mewawancarai Ken beberapa bulan sebelum dia dibunuh oleh serangan bom London Blitz, tepatnya pada hari ini, 10 Oktober, 81 tahun yang lalu.

Marson bergabung dengan BBC penuh waktu pada Maret 1941, ketika ia menjadi Asisten Program di departemen "Empire Programmes".

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Jusuf Kalla (2004-2019)

Ia sempat diperiksa oleh dinas keamanan Inggris untuk memastikan tidak akan ada keberatan dengan jurnalis berkulit hitam.

Ketertarikannya pada puisi tercurahkan melalui Caribbean Voices, sebuah program mingguan dalam seri Calling the West Indies, yang dimulai menjelang akhir Perang.

Program yang dia inisiasi ini membahas mengenai puisi dan cerita pendek oleh penulis Karibia. Program ini banyak mengungkap penulis potensial tetapi belum terkenal, atau baru mulai membangun reputasi internasional.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Mohammad Hatta (1945-1956)

Mengidap skizofrenia

BBC mengakui bahwa ada sebuah laporan yang mengatakan bahwa Marson menerima diskriminasi rasial dari rekan-rekannya.

Dalam sebuah laporan rahasia tentang penampilannya selama kursus pelatihan BBC menyebutkan, meskipun umumnya positif ada catatan tentang kesulitan sosial yang dia hadapi karena "prasangka yang tidak diragukan lagi ada di antara beberapa staf".

Kendati demikian, Marson dinilai bekerja dengan baik di belakang layar maupun saat siaran.

Baca juga: Profil Wakil Presiden RI: Hamengku Buwono IX (1973-1978)

Marson mencurahkan banyak waktu untuk bekerja dan berkegiatan di akivitas sosial.

Sampai pada akhir 1945, Marson mulai merasa kelelahan dan ingin pulang kembali ke Jamaika untuk istirahat. Namun kondisi kesehatannya tiba-tiba memburuk di luar kendalinya.

Marson dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan karena mengalami delusi penganiayaan. Pada Mei 1946, ia divonsi skizofrenia. Marson pun ditahan.

BBC yang telah memberinya masa cuti sakit, memutuskan untuk membantu perjalanannya kembali ke Jamaika, untuk bisa beristirahat di tanah kelahirannya.

Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India

Pada 1965, ia menerima hibah dari British Research Council untuk melakukan studi tentang perkembangan sosial Jamaika. Temuan itu akan dimasukkan ke dalam semi otobiografi yang mulai ia kerjakan.

Namun, pada Maret tahun yang sama, saat bertugas di Haifa, Israel, Marson jatuh sakit dan memutuskan untuk kembali ke Jamaika.

Sekembalinya di Jamaika, Una Marson dirawat di Rumah Sakit St. Josephs, Kingston.

Namun akibat penyakitnya, Una Marson meninggal di Jamaika pada 5 Mei 1965. Ia dimakamkan pada 10 Mei di Pemakaman Half-Way-Tree Parish.

Baca juga: Menengok Bagaimana Ebola Membantu Afrika Menghadapi Virus Corona...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi