Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Jogja dan Jateng Kian Panas, Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Tugu Yogyakarta, ikon Kota Jogja.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengamati peningkatan suhu yang semakin panas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.

Temperatur rata-rata di Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami tren kenaikan selama 30 tahun terakhir.

Analisis diambil dari hasil pengumpulan data rata-rata suhu udara selama 30 tahun sejak 1990.

Berikut penjelasan dari BMKG terkait penyebab peningkatan suhu yang semakin panas di DIY dan Jateng:

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin di Malam Hari Akhir-akhir Ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis BMKG

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, kenaikan suhu tidak terjadi secara merata, tapi tengah wilayah daratan mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan pesisir.

Selain dikarenakan peningkatan emisi rumah kaca, kondisi ini terjadi akibat tingginya laju perubahan penggunaan lahan.

Secara mikro di Kawasan Gunung Merapi, kenaikan suhu udara di sekitar wilayah Merapi ada tren kenaikan selama 30 tahun sebesar 0,7 derajat Celcius.

Selain di Kawasan gunung Merapi, tren suhu di perkotaan dipantau dari stasiun menunjukkan tren kenaikan temperatur khusus Kota Jogjakarta dari tahun 2007.

"Ternyata memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu,” kata Dwikorita, melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Dwikorita menambahkan, saat ini BMKG tengah mengupayakan pengumpulan data lebih jauh ke belakang yaitu selama kurun waktu 50 tahun guna melihat signifikan perubahannya.

Mengacu pada perjanjian Paris, lanjut dia, seluruh negara harus membuat kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah suhu bumi tidak melewati ambang batas 2 derajat celsius.

Pihaknya juga berupaya maksimal agar suhu tidak melewati ambang batas 1,5 derajat celcius dibandingkan masa pra-industri.

Baca juga: BMKG Pantau Dua Siklon Tropis, Ini Dampaknya untuk Indonesia!

Kawasan Gunung Merapi perlu dilindungi

Dwikorita menjelaskan bahwa secara ekologis, kawasan lindung Gunung Merapi merupakan kawasan yang mempengaruhi kondisi terutama kualitas lingkungan secara luas di wilayah Yogyakarta serta Jawa Tengah.

Ini berarti, kawasan lindung kawasan Gunung Merapi berperan besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

“Jika kawasan ini rusak, maka akan mempengaruhi kemampuan kawasan di sekitarnya dalam hal adaptasi perubahan iklim,” tegas dia.

Ia menuturkan, peningkatan suhu udara seperti ini juga terjadi di kota-kota besar lainnya, sehingga tren tersebut harus direspon semua pihak.

Pasalnya, ini bisa membawa dampak pada keberlangsungan hidup manusia.

Khusus wilayah Yogyakarta, komponen ekologis di kawasan lindung Gunung Merapi harus menjadi perhatian serius, terutama perubahan penutup lahan.

Dwikorita menegaskan, pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat harus melakukan upaya-upaya mitigasi sebagai bentuk tanggungjawab serta kepedulian terhadap kualitas lingkungan.

Baca juga: Indeks Pemulihan Covid-19 Indonesia Nomor 1 di Asia Tenggara

Hasil analisis akan ditindaklanjuti

Sementara itu, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai mengatakan, hasil analisis yang dilakukan BMKG dan BIG nantinya dapat digunakan oleh Keraton secara luas dalam pengelolaan kawasan Gunung Merapi dan kawasan Kagungan Dalem dan kebijakan pengelolaan Kawasan Kagungan Dalem.

Tindak lanjut lainnya, yaitu membangun komunikasi intensif dengan Provinsi Jawa Tengah, termasuk dalam sharing data yang diperlukan dalam analisis perubahan penutup lahan pada Kawasan Gunung Merapi.

Adapun GKR Mangkubumi menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi penutup lahan di Kawasan Merapi.

Situasi ini juga menjadi perhatian utama dari Keraton Yogyakarta, baik di kaki Gunung Merapi atau di aliran sungai dan di sempadan sungai, yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan dan tertutupnya aliran air yang mengakibatkan hilangnya air.

GKR Mangkubumi menyebut, kawasan Gunung Merapi secara administrasi ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga sebagian besar ada di Provinsi Jawa Tengah.

Sehingga, keraton akan melakukan komunikasi dengan Provinsi Jawa Tengah terkait situasi dan kondisi kekinian kawasan Gunung Merapi.

“Semoga ini juga menjadi concern dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, karena kondisi di Klaten dan Magelang juga sudah memprihatinkan,” kata dia.

“Hasil ini tentunya akan menjadi support membangun kesepakatan kami dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah dan kami mempunyai pijakan dalam pengelolaan penataan di Kawasan Gunung Merapi,” pungkas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi