Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Badai Matahari dan Bagaimana Dampaknya untuk Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Lia Koltyrina
Ilustrasi badai matahari yang ekstrem disebut dapat memengaruhi jaringan internet di Bumi. Badai matahari ini bahkan dapat menyebabkan kiamat internet.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Apa itu badai Matahari?

Belakangan, badai Matahari menjadi perbincangan setelah National Oceanic And Atmospheric Administration (NOAA) mengeluarkan peringatan bahwa badai Matahari muncul dan menjadi peristiwa kategori G2 yang cukup kuat.

Melansir Space, NOAA mengeluarkan laporan badai Matahari untuk 11 Oktober-12 Oktober 2021.

NOAA menyebutkan, badai Matahari akan memengaruhi satelit di orbit sekitar Bumi, menyebabkan gangguan jaringan listrik.

Badai matahari juga disebut bisa memicu aurora yang terlihat di selatan New York dan Washington.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Waspada, Prediksi Peneliti Badai Matahari Picu Kiamat Internet, Fenomena Apa Itu?

Sebenarnya, apa itu badai Matahari dan bagaimana dampaknya untuk Indonesia?

Pengertian badai Matahari

Peneliti Cuaca Antariksa di Pusat Riset Antariksa Lapan-BRIN Tiar Dani menjelaskan, badai Matahari adalah terjadinya peristiwa ledakan di Matahari yang berasal dari sunspot (bintik yang muncul di piringan Matahari).

“Ledakan tersebut biasanya disebut Flare dan kadang disertai dengan lontaran massa korona atau Coronal Mass Ejection (CME),” ujar Tiar, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/10/2021).

Menurut Tiar, dampak ledakan (flare) akan terasa di Bumi 9 menit kemudian, terutama di sisi Bumi yang sedang menghadap Matahari (atau sisi siang).

Sementara, dampak CME akan terasa sekitar 1-3 hari tergantung kecepatan partikel CME yang dilontarkan.

Tiar memaparkan, ketika partikel tersebut telah mencapai Bumi, maka biasanya ditandai dengan munculnya aurora di kutub-kutub Bumi.

Selain itu, akan timbul badai geomagnet yakni terganggunya lapisan magnetosfer Bumi dan beberapa satelit.

Muncul pula badai ionosfer yakni terganggunya komunikasi radio dan satelit.

Tiar mengatakan, badai pada 12 Oktober 2021 disebabkan flare kelas M1,6 yang terjadi pada 9 Oktober 2021.

Ledakan tersebut disertai dengan HALO CME yakni lontaran partikel berbentuk lingkaran.

Baca juga: Internet Bisa Mati Berbulan-bulan Akibat Badai Matahari, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Flare dan CME tersebut disebabkan oleh bintik Matahari yang posisinya sedang berada di piringan Matahari sehingga lintasan partikelnya dapat mengenai bumi.

“Saat ini kita sedang berada di siklus Matahari ke-25 (sejak Desember 2019) dan sedang menuju puncaknya yang diperkirakan terjadi di tahun 2024,” ujar Tiar.

Saat mencapai puncak, maka akan banyak bintik Matahari yang ada di piringan matahari dan semuanya memiliki potensi menyebabkan badai matahari.

Ia menjelaskan, siklus Matahari adalah berubahnya polaritas magnetik di kutub-kutub Matahari, yang tadinya utara menjadi selatan begitu pula sebaliknya.

Adapun siklus matahari biasanya memiliki periode 11 tahunan.

Saat siklus Matahari maksimum, maka akan muncul banyak sunspot dan semakin besar peluang badai matahari.

Namun, saat siklus Matahari minimum maka sunspot sedikit dan peluang terjadinya badai Matahari kecil.

Dampak badai Matahari

Tiar menjelaskan, dampak Badai Matahari di antaranya adanya gangguan terhadap satelit yang ada di orbit Bumi, komunikasi radio HF, radiasi untuk penerbangan di lintang tinggi.

Selain itu, terjadi gangguan navigasi berbasis satelit, serta jaringan pipa minyak dan listrik di lintang tinggi.

Di Indonesia, pada 12  Oktober 2021 lalu terjadi badai geomagnet akibat dampak dari badai Matahari yang terjadi 9 Oktober 2021.

“Badai geomagnet tanggal 12 Oktober kemarin telah diprediksikan oleh kami dan terpantau oleh kami. Untuk wilayah Indonesia, terjadi badai geomagnet hingga skala Moderat (Menengah),” ujar Tiar.

Menurut dia, dampak yang timbul untuk manusia, di Indonesia cenderung aman.

“Dampaknya terhadap manusia relatif aman karena partikel-partikel dari CME tadi akan dibelokkan menuju kutub-kutub bumi,” kata Tiar.

Gangguan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah pada komunikasi radio HF dan gangguan navigasi serta komunikasi yang berbasis satelit.

Saat ini, Lapan memantau badai Matahari dan dampaknya di wilayah Indonesia yang bisa diakses di situs swifts.sains.lapan.go.id

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi