Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bartok adalah Tantonya Hungaria

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN
Sejumlah penari dari sanggar Batara menampilkan tari Mahesasura di panggung terbuka arena Festival Lima Gunung (FLG) XVIII di kawasan lereng gunung Merapi Dusun Tutup Ngisor, Sumber, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (7/7/2019). Sebanyak 77 grup kesenian dan ratusan seniman lintas aliran dari berbagai daerah di Indonesia turut memeriahkan gelaran FLG XVIII yang diselenggarakan seniman petani komunitas lima gunung (Merapi, Merbabu, Andhong, Menoreh dan Sumbing) yang mengusung tema Gunung Lumbung Budaya.
Editor: Heru Margianto

SAYA tak pernah henti mengagumi perjuangan Sutanto (lebih tersohor dengan sebutan Tanto Mendut) yang gigih menggali, melestarikan dan mengembangkan musik rakyat berakar di bumi kawasan lembah Merapi yang memang sejak dahulu kala merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Jawa.

Energi Tanto yang juga menyandang gelar Presiden Lima Gunung memang luar biasa dahsyat menggelora seperti ledakan gunung Merapi.

Secara berkala Tanto rutin menyelenggarakan Festival Lima Gunung berskala internasional. Pendek kata, Tanto keren!

Bela Bartok

Saya merasakan kesama-sejajaran antara yang telah dilakukan Tanto Mendut di Indonesia dengan Bela Bartok di Hungaria.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memang mereka berdua merupakan dua mahatokoh musik sama-sama menggali demi melestarikan lalu mengembangkan musik rakyat negeri masing-masing.

Hanya beda dalam hal jarak geografis sekitar sepuluh ribu kilometer saja bahwa Bartok berkarsa dan berkarya di Hungaria sementara Tanto berkarsa dan berkarya di Indonesia.

Juga beda masa: Bartok berkarya pada abad XX sementara Tanto berkarya sejak menjelang akhir abad XX sampai masuk ke dalam abad XXI sampai saat naskah ini saya tulis masih berlanjut.

Namun Bartok tidak mampu menggungguli Tanto dalam satu hal. Tanto menggali, melestarikan, dan mengembangkan musik rakyat dengan secara langsung melibatkan bahkan mengutamakan rakyat untuk mempergelar musik rakyat melalui penyelenggaraan Festival Lima Gunung yang memang tiada dua di marcapada ini.

Kerakyatan

Bela Bartok mempelajari musik rakyat Hungaria sebagai ojek bahan studi yang kemudian dimaanfatkan sebagai sukma mahakarya-mahakarya musik pribadi sang mahakomponis Hungaria.

Sementara Tanto tidak memanfaatkan musik rakyat terbatas hanya sebagai objek studi namun secara nyata memberikan kesempatan bagi para pemusik dan penari rakyat untuk tampil sebagai para tokoh utama pergelaran seni musik dan seni tari pada penyelenggaraan Festival Lima Gunung.

Maka dalam membandingkan Bartok dan Tanto tanpa sedikit pun mengurangi rasa hormat kepada Bartok, saya sebagai warga Indonesia yang bangga atas mahakarya bangsa Indonesia memilih pemaklumatan bukan Tanto adalah Bartoknya Indonesia namun Bartok adalah Tantonya Hungaria.

Selamat terus menerus bermahakarsa dan bermahakarya sampai akhir zaman, Mas Tanto!

Merdeka!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi