Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Tragedi Trowek: KA Galuh-Kahuripan Jatuh dan Tabrak Tebing di Tasikmalaya, 20 Orang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS
Tangkapan layar pemberitaan Harian Kompas, 25 Oktober 1995, soal kecelakaan kereta api di Lembah Trowek, Tasikmalaya, Jawa Barat.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini, 26 tahun lalu, tepatnya 24 Oktober 1995, satu rangkaian kereta api (KA) anjlok, terperosok, dan menabrak tebing di lembah Trowek, Kampung Sarapat, Desa Dirgahayu, Kecamatan Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Harian Kompas, 25 Oktober 1995 memberitakan, kecelakaan tragis itu terjadi di Km 241, Trowek, Ciawi pada pukul 00.10 WIB.

Kala itu, KA meluncur tanpa bisa dikendalikan, menuruni rel yang melingkar, anjlok, dan jatuh ke tebing. Rel di daerah itu memang membelok melingkari bukit dan menurun tajam.

Kecelakaan itu sendiri mengakibatkan 20 orang tewas dan 90 orang lainnya luka berat dan ringan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Syarat Lengkap dan Terbaru Naik Kereta Api Mulai 22 Oktober 2021

Kronologis kejadian

KA nahas dengan traksi ganda atau dua lokomotif yang menarik 13 gerbong itu merupakan gabungan dari KA Kahuripan yang melayani jurusan Jakarta-Kediri (tujuh gerbong) dan KA Galuh jurusan Jakarta-Banjar (enam gerbong).

Menurut pengakuan beberapa penumpang yang selamat, KA Kahuripan berangkat dari Jakarta sekitar pukul 16.00 WIB, dan berjalan mulus hingga Stasiun Cibatu, Garut.

Lalu, sekitar pukul 23.00 WIB, sudah ada KA Galuh yang sedang berhenti di Stasiun Cibatu karena mengalami gangguan pada lokomotif.

Di Cibatu, KA Galuh yang sedang menuju Banjar akhirnya dirangkaikan dengan KA Kahuripan.

Usai dirangkaikan menjadi 13 gerbong dan diberangkatkan dari Stasiun Cibatu, sejumlah penumpang melukiskan bahwa jalannya KA berguncang-guncang.

Kecepatan tinggi, kereta berguncang

Guncangan semakin keras ketika KA melewati perbukitan di perbatasan Kabupaten Garut-Tasikmalaya, tetapi kecepatan KA tetap tinggi sejak meninggalkan Stasiun Cibatu.

Mendekati Stasiun Trowek, yang terletak di Desa Dirgahayu, Kecamatan Ciawi yang relnya menurun dan membelok hampir setengah lingkaran, terasa kecepatan KA tak berubah.

Begitu melewati jembatan Sungai Cibahayu, lokomotif pertama anjlok ke kanan menghantam tebing.

Menurut pengakuan salah satu penumpang, sebelumnya ada petugas yang berlari-lari di kereta untuk menarik rem, tapi tidak berhasil.

KA pun berguncang keras, gerbong kedua langsung loncat naik ke tebing setinggi 5 meter di kanan rel.

Gerbong ketiga anjlok ke sebelah kiri rel dan gerbong keempat menabrak tebing di kiri rel pula. Gerbong lainnya tetap bertengger di atas rel.

Penumpang yang meninggal sebagian besar yang duduk di gerbong.

Baca juga: Syarat Terbaru Naik Pesawat dan Kereta Api PPKM 19 Oktober-1 November 2021

Evakuasi dan upaya penyelamatan

Begitu mendapat kabar, petugas Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dari Stasiun Tasikmalaya, PMI, Kodim, Polisi, dan masyarakat setempat langsung melakukan evakuasi.

Diberitakan bahwa evakuasi mayat korban tidak mudah, karena selain hujan terus mengguyur, jalan menuju lokasi juga licin dan berbatu.

Menurut petugas di lokasi, seluruh penumpang yang dievakuasi mencapai lebih dari 250 orang.

Saat itu, mereka yang menderita luka ringan ada yang dirawat di Puskesmas Ciawi dan Malangbong, sedangkan yang luka berat dan meninggal langsung dibawa ke RSU Tasikmalaya.

Karena masa liburan sekolah, kereta api itu banyak ditumpangi pelajar.

Para penumpang yang selamat diangkut dengan bus Perumka untuk meneruskan perjalanan sesuai tujuan masing-masing.

Semua biaya angkutan bus, perawatan di rumah sakit dan pengurusan jenazah sepenuhnya ditanggung Perumka.

Baca juga: Video Viral Cara Menghentikan Kereta Api, Ini Kata KAI

Penyebab kecelakaan

Diwartakan Harian Kompas, 17 November 1995, berdasarkan hasil penelitian Perumka, kecelakaan tersebut disebabkan oleh human error.

Hal itu disampaikan oleh Staf Pusat Perencanaan dan Pengembangan Perumka, Ir Amin Abdurrahman, saat menjawab Dewan dalam rapat kerja antara Perumka, Jasa Raharja dan Dinas LLAJ Jabar dengan Komisi E DPRD Tingkat I Jawa Barat.

Kecelakaan itu, tambahnya, akibat keterlambatan dalam pengereman.

Waktu itu, kecepatan KA diperkirakan mencapai 110 kilometer per jam. Padahal, maksimum kecepatan KA yang ditetapkan Perumka untuk lintasan rel di lembah Trowek itu adalah 50 kilometer per jam.

"KA itu sendiri dilengkapi pengereman sistim udara tekan sebesar 5 atmosfir. Jika direm, akan memompakan udara dari lokomotif hingga gerbong kereta yang paling akhir," ujarnya.

Baca juga: Viral, Video Penumpang Pukul dan Ludahi Petugas KRL, Begini Kejadiannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi