Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Mentawai M 7,7 dan Tsunami, Ratusan Orang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi kekuatan gempa bumi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Gempa bumi berkekuatan M 7,7 mengguncang Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) pada 25 Oktober 2010 pada pukul 21.42 WIB.

Gempa ini disusul gelombang tsunami dengan ketinggian 3-7 meter yang menerjang wilayah Pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.

Dikutip dari Harian Kompas, 3 November 2010, sebanyak 427 warga di tiga pulau yang diterjang tsunami tersebut meninggal. Kemudian, berdasarkan laporan pada 5 November 2010, sebanyak 74 korban belum ditemukan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami yang Senyap di Mentawai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian warga

Iram Sababalat (26) warga Dusun Muntei Baru Baru, Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat mengatakan, sebelum gempa dan tsunami terjadi, ia baru pulang ke rumahnya.

Malam itu, ia habis bertugas di sebuah penginapan yang biasa didatangi wisatawan asing. Saat hendak tidur bersama istri dan anaknya, gempa dan tsunami tiba-tiba menggulung rumahnya.

Tak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri. Iram pun sempat pingsan.

Saat tersadar, ia menemukan dirinya sudah berada di atas pohon durian dan lari menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi sebelum datang gelombang kedua.

"Gelombangnya melewati tinggi pohon kelapa," kata Iram dengan raut muka kosong, dikutip dari Harian Kompas, 28 Oktober 2010,

Tsunami berputar di tengah dusun itu dan menyapu cepat apa saja yang ada di atasnya ke arah laut sebelum datang lagi gelombang kedua. Malam itu juga, ia berhasil menemukan istrinya di bawah batang sagu dalam keadaan selamat.

Namun, anak semata wayangnya yang baru berusia 3 tahun ditemukan terpisah dari ibunya dalam kondisi tak bernyawa.

Sementara itu, Chandra (20), salah seorang korban selamat lainnya menceritakan, ia tengah tertidur di rumahnya saat gempa terjadi.

"Saya ingat, waktu bangun bergoyang-goyang. Lalu, saya dengar ada yang menyuruh lari karena takut ada tsunami," kata Chandra sebagaimana diberitakan Harian Kompas, 29 Oktober 2010.

Menurutnya, ia selamat karena terjepit di antara batang pohon kelapa. Kemudian ada seorang laki-laki menghampirinya dan menyelamatkannya.

Baca juga: Gempa M 5,7 Guncang Mentawai Terasa hingga Padang, Ini Analisis BMKG

 

Peringatan dini tsunami dihentikan

Mengutip Harian Kompas, 27 Oktober 2010, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, episentrum gempa berada di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan.

Gempa ini membangkitkan tsunami yang menyapu pulau-pulau dan desa di dalamnya. Kejadian tsunami Mentawai pun disebut sebagai babak baru pemahaman tsunami di Indonesia.

Sebab peristiwa tersebut menunjukkan bahwa peringatan dini tsunami belum dapat menjangkau keseluruhan masyarakat, terutama yang berada di pulau-pulau kecil.

Bahkan, seperti diberitakan Kompas.com, 26 Oktober 2016, tsunami saat itu benar-benar terjadi justru setelah peringatan dini tsunami dihentikan.

Ada ribuan orang yang harus mengungsi akibat kejadian tersebut.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Sumatera Barat, 11 desa di Mentawai mengalami kerusakan yang parah akibat tsunami tersebut.

Salah satunya adalah Dusun Muntei, yang habis tersapu gelombang dan hanya menyisakan fondasi-fondasi rumah.

Pulau-pulau kecil yang berada di barat Pagai Selatan pun luluh lantak oleh tsunami. Pulau Saumang Kecil, misalnya, terpenggal akibat terjangan tsunami tersebut.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Terjang Mentawai, Ratusan Orang Meninggal

 

 

Banyak orang tak sempat menyelamatkan diri

Melansir Washington Post, Sabtu (11/1/2020), ahli geofisika Valerie Sahakian mengaku memahami kenapa banyak orang yang tidak sempat menyelamatkan diri dan tidak merasakan gempa saat kejadian.

Sahakian menjelaskan bahwa peristiwa ini termasuk sifat gempa bumi yang aneh karena gempa bumi itu lambat, tetapi menghasilkan jumlah energi yang lebih besar daripada gempa lain dengan kekuatan yang sama.

Hal itu terjadi karena gempa bumi tersebut terjadi di sedimen lunak dekat dengan dasar laut di zona subduksi.

Sehingga, gempa bumi itu menciptakan lebih banyak pergerakan daripada gempa yang terjadi di hard rock.

Dari hasil analisis data gempa, Sahakian mengatakan, dia memikirkan kemungkinan penggunaan sumber data yang tidak terduga untuk mengidentifikasi gempa bumi tsunami.

Pengukuran suatu hari nanti bisa memungkinkan para ilmuwan untuk memperingatkan penduduk untuk berlindung atau mengungsi sebelum terlambat.

Baca juga: 8 Daftar Produk Pangan yang Bebas Izin Edar BPOM

Catatan panjang gempa dan tsunami

Segmen Mentawai sendiri memiliki catatan panjang terhadap gempa dan tsunami.

Pada 1797, bagian utara segmen ini juga diguncang gempa dan membangkitkan tsunami. Menurut catatan Solovie dan Go (1974), peristiwa ini membuat Kota Padang terendam dan 300 orang tewas.

Sementara, tsunami yang melewati sungai membawa kapal hingga sejauh 5,5 km ke arah darat

Kemudian pada 1833, gempa besar dan tsunami kembali terjadi di bagian tengah dan selatan segmen Mentawai.

Pengulangan dua kejadian gempa besar dan tsunami inilah yang disebut terjadi, yaitu diawali kejadian gempa Bengkulu pada 2007 dan Mentawai pada 2010.

(Sumber: Kompas.com/Abdul Muhari, Ellyvon Pranita, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Vina Fadhrotul Mukaromah |Editor: Wisnubrata, Gloria Setyvani Putri)

 
 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi