Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal La Nina, Dampak, dan Cara Mitigasinya

Baca di App
Lihat Foto
BMKG
Tangkapan layar anomali Suhu Muka Laut (SML) dasarian II Oktober 2021.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan dampak fenomena La Nina di sejumlah wilayah Indonesia yang diprediksi terjadi pada akhir 2021.

Sementara itu, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (31/10/2021), Kasubdit Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan, fenomena La Nina sudah terjadi.

"Saat ini sudah terjadi La Nina," ujar Adi.

Baca juga: Fenomena La Nina Diprediksi Akhir 2021, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa itu La Nina dan apa dampaknya di Indonesia?

Mengenal La Nina

Adi menjelaskan, La Nina merupakan fenomena mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur hingga melewati batas normalnya.

Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah.

Selain itu, angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia.

Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.

Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi.

Hal ini disebut upwelling dan membuat SML turun.

Apa yang akan terjadi? Kondisi ini bisa meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama.

Adi menyebutkan, fenomena ini berlangsung sekitar 3-5 bulan atau di atas batas normal.

"La Nina itu terjadinya di Laut Pasifik Ekuator Tengah yaitu dingnnya kondisi laut di pasifik tengah equator dalam jangka 3-5 bulan dibanding rata-ratanya," ujar Adi.

Kondisi tersebut memengaruhi sirkulasi udara global yang mengakibatkan udara lembab mengalir lebih kuat dari Samudra Pasifik.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (29/10/2021), BMKG telah memantau perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur ke arah Indonesia.

Disebutkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina yakni sebesar -0.61 pada dasarian I Oktober 2021.

Sementara, pada dasarian II Oktober 2021 sebesar -0.92. Kondisi ini berpotensi akan berkembang.

Oleh karena itu, Indonesia harus bersiap untuk mengantisipasi dampak yang terjadi dari fenomena La Nina.

Berlangsung hingga Mei 2022

Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG Kadarsah mengatakan, BMKG memperkirakan fenomena La Nina dengan intensitas lemah hingga netral akan berlangsung hingga Maret-April-Mei 2022.

"Jadi, untuk saat ini La Nina lemah," ujar Kadarsah saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Minggu (31/10/2021).

Kompas.com, 18 Agustus 2021, memberitakan, cara mengukur fenomena La Nina bisa dengan mengelompokkan menjadi beberapa macam.

Dua cara yang bisa digunakan untuk mengukur La Nina adalah dengan sea surface temperature (SST) dan southern oscilation index (SOI).

Pembagian pertama dengan cara SST akan mengelompokkan fenomena ini sebagai berikut:

  • La Nina lemah, jika SST bernilai lebih besar dari -0,5 dan berlangsung selama 3 bulan berturut-turut.
  • La Nina sedang, jika SST menunjukkan nilai -0,5 sampai -1 dan berlangsung minimal tiga bulan berturut-turut.
  • La Nina kuat, jika nilai SST lebih kecil dari -1 selama setidaknya tiga bulan berturun-turut.

Cara kedua adalah dengan SOI. SOI mencatat perbedaan tekanan udara permukaan di daerah Pasifik Timur dengan tekanan udara permukaan daerah Indo-Australia.

Langkah ini bisa mengukur La Nina dan El Nino sekaligus tergantung hasil perhitungannya. SOI diukur lebih lama dari SST, SOI diukur selama enam bulan. Jika angkanya +5 sampai +10 maka tahun tersebut akan disebut dengan tahun La Nina.

Dampak La Nina bagi Indonesia

Dari penjelasan BMKG, La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Seberapa kencang dampaknya bergantung dari derajat fenomena La Nina, apakah lemah, sedang, atau berat.

Pada kondisi berat, fenomena ini bisa memicu berbagai bencana alam seperti banjir, banjir bandang, dan longsor. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih waspada jika La Nina terjadi.

Namun, perlu diketahui bahwa fenomena ini mungkin tidak terjadi di semua bagian di Indonesia. Biasanya, kejadian ini hanya akan berdampak pada beberapa wilayah saja.

Upaya mitigasi fenomena La Nina

Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) telah menyiapkan sejumlah mitigasi terhadap dampak fenomena La Nina bagi Indonesia.

Upaya mitigasi itu, antara lain:

1. Mengaktifkan Satgas Penanggulangan Bencana Pusat
melakukan monitoring terhadap semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa mengetahui volume banjir yang bisa ditampung.

2. Mengaktifkan Satgas Penanggulangan Bencana di BBWS/BWS seluruh Indonesia.

3. Melaksanakan Standar Operasi Prosedur (SOP), seperti:

  • Bendungan, dengan mengosongkan tampungan dengan membuka seluruh pintu pengeluaran. Contoh: Bendungan Bili–Bili, Bendungan Batutegi, dan Bendungan Jatiluhur).
  • Kolam retensi, dan bendung gerak, dengan membuka seluruh pintu pengeluaran. Contoh: kolam retensi nipa-nipa, kolam retensi boulevard, bendung gerak bojonegoro, dan bendung gerak sembayat).
  • Bendung karet, dengan mengempiskan bendung. Contoh: bendung karet Tirto Nadi.
  • Tunnel pengendali banjir dan Floodway, dengan melakukan Uji Operasi Pengaliran pada terowongan nanjung, floodway cisangkuy.
  • Pompa pengendali banjir, dengan melakukan uji operasi dan menyiapkan bahan bakar, pompa pengendali banjir sringin, pompa pengendali banjir kali tenggang.

(Sumber: Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta, Nadia Faradiba | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Nadia Faradiba)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi