Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Menitipkan Orangtua di Panti Jompo, Ini Kata Sosiolog

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
Trimah (69) saat ditemui di Griya Lansia Husnul Khatimah, Wajak, Kabupaten Malang, Senin (1/11/2021)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Keputusan anak-anak Trimah menitipkan sang ibu ke sebuah panti khusus lansia di Malang, Jawa Timur menjadi viral dan perbincangan masyarakat. 

Sebelumnya diberitakan, Trimah (69) seorang ibu asal Magelang, Jawa Tengah dititipkan di panti jompo di Malang oleh anak-anaknya, lantaran mereka sudah tak sanggup merawat sang ibu.

Pengelola panti Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang tempat Trimah dititipkan, mengatakan bahwa keputusan itu dibuat lantaran anak-anak Trimah memiliki kesibukan masing-masing.

Baca juga: Kisah Trimah, Ibu yang Dititipkan ke Panti Jompo oleh Anak-anaknya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral dan respons warganet

Sebagian warganet memahami keputusan anak-anak Trimah, karena mereka berpendapat bahwa menitipkan orangtua ke panti khusus lansia bukan berarti durhaka, melainkan agar orang tua mendapatkan perawatan maksimal.

Namun di sisi lain, sebagian warganet tidak setuju dengan hal itu karena menganggap bahwa tugas seorang anak adalah merawat orangtua, seperti orangtua merawat anaknya.

Kata sosiolog

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono mengatakan, fenomena munculnya panti jompo dan perdebatan patut-tidaknya menitipkan orangtua di sana, merupakan tanda dari suatu perubahan sosial.

"Khususnya yang terjadi pada keluarga dan pada relasi hubungan antar anak dan orangtua, nilai-nilainya," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/11/2021).

Menurut Drajat, ada nilai yang disebut sebagai nilai orangtua bagi anak, dan ada pula nilai anak bagi orangtua.

Ia mengatakan, pada masa dahulu nilai orangtua bagi anak memang sangat penting.

Hal itu disebabkan keluarga pada masa dulu yang cenderung bertipe keluarga luas atau extended family, yaitu keluarga dengan anggota yang besar.

"Ada bapak, ibu, pakde, keponakan, ada mbah, ada buyut, itu masih terhubung satu dengan yang lain," ujar dia.

Drajat menjelaskan, keluarga luas ini menjadi suatu sistem jaminan sosial di dalam kehidupan masyarakat untuk menghadapi kerentanan dalam ekonomi, lingkungan, dan sebagainya.

"Dan kalau dulu orangtua itu memang menjadi pusat dari penguasaan sumber-sumber ekonomi. Misalnya sawah, dulu itu milik orang tua dan biasanya besar. Tanah, rumah, dan sebagainya itu milik orangtua dan itu cukup besar," imbuhnya.

Karena menjadi pusat penguasaan atas sumber-sumber ekonomi, maka menurut Drajat, nilai orangtua bagi anak menjadi sangat vital atau berpengaruh.

"Ditambah dengan ikatan dari nilai-nilai agama, nilai-nilai tradisional bahwa orangtua itu terhubung dengan Tuhan secara langsung," kata Drajat.

Karena keyakinan tersebut, timbul keyakinan bahwa mengutamakan orangtua merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Tuhan.

Sedangkan menelantarkan orangtua adalah tindakan yang sangat tidak disukai Tuhan dan dapat berbuah dosa.

Baca juga: Cerita Trimah Dititipkan di Panti Jompo: Di Sini Saja, Ada yang Merawat daripada Disia-siakan

 

Bergeser karena perubahan zaman

Akan tetapi, seiring dengan datangnya modernitas dan tipe keluarga yang tidak lagi luas melainkan menjadi lebih kecil, nilai-nilai keluarga tersebut kemudian mengalami pergeseran.

"Keluarga kecil itu semuanya bekerja, nah ini menimbulkan kemudian pergeseran nilai anak yang dulu penting sebagai pendukung kerja demikian juga orangtua menjadi bergeser," jelas Drajat.

Ia mengatakan, pada era modern, anak menjadi beban orangtua karena tidak mendukung langsung dalam pemenuhan ekonomi.

"Kalau dulu kan orangtuanya petani, anaknya membantu di sawah. Orangtuanya nelayan, membantu cari ikan," ujar dia.

"Nah sekarang anaknya kuliah orangtuanya kerja, jadi seolah-olah anak itu tidak mendukung ekonomi keluarga," imbuhnya.

Karena kondisi tersebut, menurut Drajat, anak akhirnya diposisikan menjadi investasi masa depan oleh orangtuanya.

Hal yang sama juga terjadi pada peran orang tua. Ketika mereka tidak lagi menjadi sumber utama dari aset ekonomi, maka orangtua pun akhirnya dianggap beban oleh anaknya.

"Apalagi kalau itu menyangkut jam kerja ya, sehingga orangtua itu tidak bisa diperhatikan. Nah di situlah pergeseran itu mulai menyebabkan alternatif berkembangnya panti jompo," kata Drajat.

Baca juga: Pesan Anak Trimah Saat Menitipkan Ibunya ke Panti Jompo: Ma, hati-hati, yang Sabar Ya di Sini

 

Perubahan sosial yang belum selesai

Drajat mengatakan, perdebatan mengenai patut-tidaknya menitipkan orang tua di panti jompo sebenarnya menunjukkan bahwa perubahan sosial yang tengah terjadi ini masih belum selesai atau belum diterima sepenuhnya.

"Ada beberapa hal yang masih belum tuntas, baik itu terkait institusi keluarga, relasi anak dan orangtua, nilai-nilai tentang memuliakan orangtua, dan desain dari panti jompo itu sendiri," kata Drajat.

Drajat mengatakan, panti jompo masih memiliki citra sebagai tempat yang kurang nyaman untuk ditinggali orang tua.

Menurut Drajat, desain mayoritas panti jompo di Indonesia saat ini membuat orang tua tidak lagi memiliki privasi, seperti ketika tinggal di rumah sendiri.

"Kemudian, di dalam panti jompo itu tentu memiliki aturan-aturan yang ditetapkan di situ. Jadi ada rasa ketidaknyamanan dari orang tua, yang kemudian merasa seperti diatur, atau bisa disalahkan jika melanggar aturan," ujar dia.

Baca juga: Mengaku Diajak Jalan-jalan Ternyata Dititipkan ke Panti Jompo, Trimah: Tadinya Bilang Perginya Dekat

Titipkan orangtua di panti jompo masih sulit diterima 

Menurut Drajat, konsep menitipkan orangtua ke panti jompo untuk dirawat masih akan sulit diterima oleh golongan yang memegang teguh ajaran memuliakan orangtua.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa konsep tersebut pada akhirnya juga akan diterima oleh masyarakat.

Hal itu apabila terjadi pergeseran cara pandang terhadap relasi anak dan orangtua, serta perubahan panti jompo menjadi lebih privat dan nyaman.

"Kalau itu belum berubah, menurut saya masih akan agak lama terjadi perubahan-perubahan ke arah memisahkan orangtua dengan anak-anaknya, dalam institusi panti jompo," kata dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi