KOMPAS.com - Stroke merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera.
Tindakan dini dapat mengurangi kerusakan otak dan komplikasi lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuliskan, stroke merupakan keadaan ditemukannya tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih, serta dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular.
Baca juga: [HOAKS] Berdiri dengan Satu Kaki Selama 20 Detik untuk Deteksi Stroke
Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah, yang berakibat sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah yang membawa oksigen, sehingga mengalami kematian sel atau jaringan.
Melansir Mayoclinic, stroke dapat membuat sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit. Perawatan yang efektif dapat membantu mencegah kecacatan akibat stroke.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sekitar 80 persen masyarakat Indonesia tak mengetahui gejala dari penyakit stroke.
Akibatnya, masyarakat sering terlambat membawa penderita stroke berobat ke rumah sakit.
Baca juga: Cuaca Panas, Waspadai Heat Stroke, Bagaimana Mencegahnya?
Jenis stroke
Terdapat dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik (stroke sumbatan) dan stroke hemoragik (stroke berdarah).
- Stroke iskemik
Stroke iskemik yang paling sering terjadi antara lain stroke emboli dan stroke trombotik.
Pada stroke emboli, terjadi bekuan darah atau plak yang terbentuk di dalam jantung atau pembuluh arteri besar yang terangkut menuju ke otak.
Sementara stroke trombotik, yaitu bekuan darah atau plak, terbentuk di dalam pembuluh arteri yang mensuplai darah ke otak.
Baca juga: Mengenal Penyakit Stroke, dari Gejala hingga Pencegahannya
- Stroke hemoragik
Pendarahan intraserebral terjadi pecahnya pembuluh darah, dan darah masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan sel-sel otak mati sehingga berdampak pada kerja otak berhenti.
Ini paling sering disebabkan oleh hipertensi.
Sedangkan pendarahan subarachnoid merupakan pecahnya pembuluh darah yang berdekatan dengan permukaan otak dan darah bocor di antara otak dan tulang tengkorak.
Penyebabnya berbeda-beda, tapi biasanya karena pecahnya aneurisma.
Baca juga: Apa Itu Penyakit Sepsis seperti yang Dialami Chicco Jerikho?
Faktor risiko stroke yang bisa diubah
Dituliskan Kemenkes, terdapat beberapa faktor risiko stroke yang dapat diubah, seperti
- Hipertensi
- Diabetes melitus
- Merokok
- Atrial fibrilasi
- Penyakit jantung lainnya
- Pasca stroke
- Dislipidemia
- Konsumsi alkohol
- Penyalahgunaan obat
- Stenosis arteri karotis
- Hiperfibrinogenemia
- Hiperhomosisteinemia
- Obesitas
- Pemakaian kontrasepsi hormonal
- Stres mental dan fisik
- Migrain
- Kurang aktivitas fisik
- Sickle cell anemia
Baca juga: Mengenal Penyakit Rosacea yang Diidap Maia Estianty
Tanda-tanda atau gejala stroke
Tedapat beberapa gejala yang dapat diwaspadai sebagai tanda dari penyakit stroke.
Gejala-gejala stroke sumbatan dapat berupa berikut:
- Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba
- Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba
- Bicara pelo, tiba-tiba tidak dapat bicara, tidak mengerti kata-kata, atau bicara tidak nyambung
- Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh
- Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba
- Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor / gemetar, sempoyongan).
- Pingsan
Baca juga: Mengenal Apa Itu Penyakit Cacar Monyet yang Muncul di Amerika Serikat
Sementara itu, gejala stroke perdarahan meliputi penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat, kejang dan muntah tanpa didahului mual yang terjadi secara mendadak.
Sebagai tambahan informasi, gejala stroke sumbatan juga dapat ditemukan pada penderita stroke pendarahan.
Jika terjadi gejala-gejala tersebut, penderita harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
Sebab, jika terlambat mendapatkan penanganan lebih dari 3-4,5 jam, maka gejala-gejala stroke akan bertambah berat.
Baca juga: Penyakit yang Kerap Dianggap Remeh tetapi Ternyata Bisa Menimbulkan Kematian, Apa Saja?