Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Yang Diuntungkan oleh Malapetaka

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona
Editor: Heru Margianto

FAKTA sejarah telah membuktikan bahwa secara ekonomi dan politik pada setiap malapetaka senantiasa ada pihak yang dirugikan namun ada pula pihak yang diuntungkan.

Contoh nyata tak terbantahkan adalah satu di antara malapetaka terdahsyat yang menimpa umat manusia yaitu Perang Dunia II.

Jelas bahwa industri senjata mengalami masa keemasan untuk mengeruk laba sebesar mungkin.

Di samping secara politik para negara yang tampil sebagai pemenang Perang Dunia II memperoleh kesempatan untuk memperluas jangkauan kekuasaan untuk menguasai dunia yang pada hakikatnya sama saja dengan politik Lebensraum Adolf Hitler atau One Belt One Road Xi Yinping.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagebluk Corona

Sejak awal dasawarsa kedua abad keduapuluh satu sampai dengan waktu yang belum bisa ditentukan, umat manusia kembali dicengkam malapetaka skala global yaitu pagebluk Corona.

Secara ekonomi jelas cukup banyak pihak dirugikan terutama industri bukan kebutuhan primer seperti hiburan, pariwisata dan perhotelan.

Namun secara ekonomi cukup banyak pihak diuntungkan seperti industri pelayanan online dan kesehatan.

Industri pelayanan kesehatan terutama yang langsung terkait dengan pagebluk Corona mulai dari masker, vaksin sampai ke tes antigen dan PCR.

Akibat masker dapat dibuat oleh siapa saja maka terjadi pemerataan laba usaha jauh lebih merata ketimbang industri vaksin mau pun tes antigen dan PCR.

Tidak sembarang orang bisa dan boleh memproduksi vaksin, tes antigen, dan PCR yang memang apa boleh buat membutuhkan keterampilan serta teknologi khusus yang bahkan dilindungi secara hukum dengan apa yang disebut sebagai hak paten sebagai suatu mahakarya kapitalisme.

Akhlak

Mengenai bagaimana sikap mereka yang diuntungkan oleh malapetaka termasuk pagebluk Corona tergantung bagaimana penguasa setempat menentukan kebijakan.

Negara komunis yang benar-benar komunis sejati bukan pura-pura komunis tetapi sebenarnya kapitalis meniadakan kepemilikan pribadi agar semua keuntungan mau pun kerugian menjadi milik bersama.

Personal menjadi komunal sebagai asal-muasal istilah komunis. Negara yang mengutamakan keadilan sosial menerapkan sistem perpajakan secara progresif di mana pihak yang diuntungkan dikenakan pajak yang makin tinggi sesuai dengan keuntungan yang diperoleh oleh pihak yang diuntungkan oleh malapetaka.

Negara yang menganut paham liberalisme maka membiarkan yang kaya makin kaya sementara yang miskin makin miskin tentu saja membiarkan yang diuntungkan makin diuntungkan oleh malapetaka.

Apalagi jika yang diuntungkan kebetulan juga yang sedang berkuasa menentukan bahkan membentuk hukum yang menguntungkan penguasa.

Akhirnya memang terpaksa segala sesuatu diserahkan kepada kemauan dan kemampuan setiap insan (termasuk penguasa) untuk ngono yo ngono ning ojo ngono selaras pedoman kearifan jihad al nafs yaitu perjuangan menaklukkan hawa nafsu kerakusan diri sendiri yang pada hakikatnya sudah tersurat dan tersirat pada sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Merdeka!

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi