Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Batu Dilanda Banjir, Ini Penjelasan Ahli mengenai Penyebabnya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/ANDI HARTIK
Kondisi rumah Suliamat (53) di Dusun Gintung, Desa Bulokerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang hancur akibat terbawa arus banjir bandang, Jumat (5/11/2021).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumlah lokasi di Kota Batu, Jawa Timur diterjang banjir akibat hujan deras, Kamis (4/11/2021) sejak pukul 14.00 WIB.

Banjir tersebar di lima titik, yakni di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Dusun Beru, Desa Bulukerto, Desa Sumberbrantas, Jalan Raya Selecta, Desa Tulungrejo, Jalan Raya Dieng, Desa Sidomulyo.

Akibatnya, sejumlah orang dilaporkan hilang dan proses pencarian masih terus dilakukan.

Baca juga: Dugaan Penyebab Banjir Bandang yang Tewaskan 6 Orang di Kota Batu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab banjir Kota Batu

Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Lily Montarcih Limantara mengatakan, banjir di Kota Batu merupakan dampak nyata dari global climate change atau perubahan iklim.

Menurut Lily, dampak dari global climate change akan berlangsung panjang dan berkelanjutan.

"Memang sekarang sulit memprediksi hujan dengan terjadinya global climate change, ini yang dikatakan banjir bandang," kata Lily saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/11/2021).

Pihaknya menuturkan, banyaknya perubahan tata guna lahan dan rumah yang didirikan di daerah tebing juga menyumbang potensi banjir di wilayah tersebut.

Untuk itu banyak upaya yang harus diantisipasi menjelang musim hujan, seperti pengangkatan sampah dan sedimen.

Tanah tak bisa menyerap air

Sementara itu, ahli hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi mengatakan, banjir di Kota Batu akibat tanah jenuh yang disebabkan oleh hujan sebelumnya.

"Artinya lahan-lahan di wilayah sana itu menjadi jenuh. Begitu hujan deras itu, tanah-tidak tidak bisa nyerap air lagi karena jenuh, inilah yang menyebabkan banjir," kata Hadi saat dihubungi secara terpisah, Jumat.

Kondisi ini menurut dia diperburuk dengan fenomena La Nina yang membuat intensitas hujan 80 persen lebih banyak dibandingkan normal.

Ia menjelaskan, tanah di Kota Batu yang berada di lereng Gunung Arjuno itu termasuk porositas tinggi.

"Relatif tua tanahnya, Gunung Arjuno itu kan termasuk gunung tua, artinya tingkat lapukannya sudah berkembang, sehingga cenderung subur," jelas dia.

Baca juga: Update Banjir Bandang di Kota Batu dan Penyebabnya

 

Kawasan pertanian

Purnomo juga mengatakan, kawasan tersebut juga banyak digunakan untuk pertanian, sehingga muncul sebuah lapisan tertentu akibat pengolaan lahan selama puluhan tahun.

Menurutnya, lapisan itu mengurangi daya serap tanah, sehingga pada saat hujan pertama antara 31 Oktober-2 November membuat tanah cepat jenuh.

"Karena kondisinya jenuh, ya cepet banjir," ujarnya.

Untuk upaya mitigasi, Hadi menyarankan agar pemerintah setempat mengecek sistem sungai yang ada.

Pengecekan ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada tempat-tempat tertentu di sepanjang sungai yang memiliki kapasitas minimalis.

Baca juga: Kisah Mahendra dan Anaknya Tewas Terseret Arus Banjir Bandang di Kota Batu yang Hancurkan Rumahnya

Rusaknya daerah resapan

Dikutip dari Kompas.com, (5/11/2021) Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Muhammad Rizal mengatakan, intensitas hujan yang tinggi itu diperparah dengan daerah resapan di hulu sungai yang mulai rusak.

Kondisi tersebut menjadikan arus banjir membawa material lumpur, batu dan kayu.

"Curah hujan yang cukup tinggi ini diperparah dengan kondisi tangkapan airnya yang sudah terbuka itu menyebabkan banyak sekali erosi tanah dan batu, kemudian juga kayu-kayu yang memang perlu diperbaiki supaya itu tidak terjadi lagi," katanya.

Menurut Rizal, erosi akibat kerusakan daerah resapan menimbulkan bendungan alami di aliran sungai di salah satu desa terdampak tersumbat saat terjadi banjir.

Akibatnya DAM alami tersebut jebol dan menyebabkan banjir bandang.

"Jadi airnya tidak mengalir tapi malah naik ke atas. Terus kemudian bendungan alami dari tanah batu dan kayu itu jebol. Itulah yang menyebabkan banjir bandang," kata Rizal.

Pihaknya menyarankan agar segera ada langkah-langkah yang jelas dan tegas untuk menata daerah tangkapan air di Kali Brantas.

Baca juga: Banjir Bandang di Batu, 12 Daerah Ini Perlu Waspada Banjir Bandang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi