Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/BooDogz
Ilustrasi obat untuk pasien Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pil antivirus Molnupiravir yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat, Merck, diklaim mampu mengurangi separuh risiko kematian atau rawat inap akibat Covid-19.

Molnupiravir juga telah mendapatkan persetujuan Inggris sebagai obat Covid-19 pertama yang bisa diminum.

Persetujuan Inggris dikeluarkan pada Kamis (4/11/2021), dan menjadikannya negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaannya.

Selain Molnupiravir, ada lagi obat Covid-19 yang diklaim efektif, yakni Paxlovid buatan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan mengeklaim Paxlovid mengurangi resiko rawat inap atau kematian hingga 89 persen bagi orang dewasa yang berisiko penyakit parah.

Baca juga: Molnupiravir Diklaim Ampuh Obati Covid-19, Ini Kata Epidemiolog

Berikut selengkapnya mengenai Molnupiravir dan Paxlovid:

Mengenal apa itu molnupiravir

Diberitakan Antara, 9 Oktober 2021, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Zullies Ikawati menjelaskan bahwa informasi mengenai Molnupiravir sebenarnya telah beredar sejak Maret hingga April 2020.

Molnupiravir disebut memiliki efek hingga 100 persen saat uji klinis fase tiga, kemudian bila berjalan dengan baik, obat ini disebut-sebut akan tersedia di pasar dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Pasien bisa minum obat sendiri di rumah, dan sembuh dalam 5 hari, sehingga sangat nyaman digunakan sama seperti mengobati flu biasa seperti sekarang.

"Sangat menjanjikan bukan? Nah, pada awal Oktober 2021, informasi tentang obat itu kembali mengemuka, setelah perusahaan farmasi Merck melaporkan pada lamannya perkembangan uji klinik obat tersebut, yang disebut-sebut hasilnya cukup menjanjikan," kata Zullies.

Baca juga: Tidak Perlu PCR, Ini Syarat Terbaru Naik Kereta Api Jarak Jauh

Molnupiravir adalah

Molnupiravir adalah obat antivirus yang awalnya dikembangkan oleh Emory (University) Institute for Drug Discovery (EIDD) dalam rangka penemuan obat untuk venezuelan equine encephalitis virus.

"Senyawa obat ini merupakan analog nucleoside cytidine, yang dapat menyusup rantai RNA dan menghambat sintesis RNA virus melalui penghambatan enzim RdRp (RNA-dependent RNA Polymerase), yang pada gilirannya menghambat replikasi virus," jelas Zullies.

Uji klinik fase 1 telah dilakukan pada 2019 untuk aspek keamanannya. Ketika ada pandemi Covid-19, maka obat ini diujikan untuk virus SARS-CoV-2, di mana hasilnya menunjukkan potensi antiviral in vitro dan in vivo.

Dalam perkembangan selanjutnya, EIDD bekerja sama dengan dua perusahaan farmasi besar, "Ridgeback Biotherapeutics" di Jerman dan "Merck" di Amerika Serikat untuk melakukan uji klinik fase 2 dan 3 pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap di rumah sakit.

Baca juga: Kata Epidemiolog soal Molnupiravir yang Diklaim Ampuh Obati Covid-19

Uji klinis Molnupiravir

Molnupiravir diujikan secara klinis pada pasien rawat inap (nama ujinya MOVe-IN) dan pasien rawat jalan (MOVe-OUT). Namun demikian, uji MOVe-IN telah dihentikan karena hasilnya yang kurang memenuhi harapan.

Selanjutnya, diteruskan untuk uji MOVe-OUT, yang menggunakan subyek dengan kriteria terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala ringan-sedang yang tidak dirawat di rumah sakit, dengan usia 18 tahun ke atas.

Menurut Clinical Trial, dalam laporan resmi pada lamannya, menyebutkan bahwa uji MOVe-OUT dimulai pada 19 Oktober 2020.

Baca juga: Daftar Tarif Tes PCR di Laboratorium dan Rumah Sakit di Indonesia

Diberitakan Kompas.com, Jumat (5/11/2021), pil molnupiravir bekerja dengan mengurangi kemampuan virus untuk bereplikasi, sehingga memperlambat penyakit.

Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) mengatakan, uji coba menyimpulkan pil Covid Merck Molnupiravir "aman dan efektif untuk mengurangi risiko rawat inap dan kematian, pada orang dengan Covid-19 ringan hingga sedang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah".

Berdasarkan data uji klinis, pil Covid Merck ini paling efektif bila diminum saat tahap awal infeksi, dan MHRA menyarankan agar digunakan dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala.

Pil Covid Merck molnupiravir sudah diizinkan digunakan pada orang yang memiliki setidaknya satu faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah, termasuk obesitas, usia tua, diabetes, dan penyakit jantung.

Baca juga: Aturan Wajib PCR/Antigen Perjalanan Darat 250 Km Dicabut, Ini Revisinya

Mengenal apa itu paxlovid

Paxlovid merupakan pil antivirus eksperimental Pfizer untuk pasien Covid-19 yang diklaim mampu mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebesar 89 persen pada orang dewasa yang rentan.

Diberitakan Kompas.com, Senin (8/11/2021), hal tersebut berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan oleh perusahaan.

Paxlovid dapat digunakan segera setelah gejala Covid-19 muncul pada orang yang berisiko tinggi sakit parah.

Baca juga: Indonesia Masuk Negara Level 1 Covid-19, Apa Maksudnya?

Sementara itu, berdasarkan hasil uji coba menunjukkan bahwa kemampuan pil buatan Pfizer melampaui Molnupiravir yang dikembangkan Merck yang memiliki efektivitas 50 persen.

Paxlovid, ditargetkan akan mendapatkan persetujuan penggunaan sesuai peraturan Amerika Serikat pada akhir 2021.

Pfizer menyebut, pihaknya berencana menyerahkan hasil uji coba sementara ke Food and Drug Administration (FDA) sebelum 25 November 2021.

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui dari Vaksinasi Covid-19 untuk Anak 6-11 Tahun

Sebelumnya, uji coba paxlovid dihentikan lebih awal karena dinilai memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

Presiden Joe Biden mengatakan, pemerintah Amerika Serikat saat ini telah mengamankan jutaan dosis obat Paxlovid.

"Jika disahkan oleh FDA, kami mungkin segera memiliki pil yang mengobati virus pada mereka yang terinfeksi," kata Biden.

Baca juga: Naik Pesawat Kini Wajib Tes PCR, Apa Bedanya dengan Antigen?

Cara kerja paxlovid

Paxlovid merupakan obat yang bekerja sebagai protease inhibitor, yakni kelas dari pengobatan yang digunakan untuk menangani atau mencegah infeksi oleh virus.

Paxlovid dirancang untuk memblokir enzim yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak.

Melansir USA Today, paxlovid dikemas dalam kemasan blister terdiri dari dua pil paxlovid dan salah satu antivirus, ritonavir, yang memungkinkannya aktif lebih lama pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Pemberian obat ini pada pasien yakni mengambil dua bungkus sehari selama lima hari.

Baca juga: 10 Daerah di Indonesia dengan Angka Vaksinasi Covid-19 Terendah

Berdasarkan uji coba pada 1.219 pasien berisiko tinggi yang baru saja terinfeksi Covid-19 ditemukan bahwa hanya 0,8 persen yang diberi Paxlovid dirawat di rumah sakit dibanding 7 persennya yang diberi plasebo.

Perhitungan tersebut dilakukan terhadap mereka yang melakukan perawatan tiga hari sejak gejala Covid dimulai.

Pada mereka yang diberi plasebo sebanyak 7 orang meninggal, sedangkan yang diberi Paxlovid tak satu pun meninggal.

Baca juga: Daftar Indeks Pemulihan Covid-19, Indonesia Nomor 1 Se-ASEAN

(Sumber: Kompas.com/Aditya Jaya Iswara, Nur Rohmi Aida | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Aditya Jaya Iswara)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Pfizer

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi