Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Sebut Covid-19 di RI Terkendali, Benarkah? Ini Kata Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Warga melintas di depan tentang mural COVID-19 di Jakarta, Selasa (2/11/2021). Pemerintah menurunkan status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari level dua menjadi level satu untuk wilayah DKI Jakarta sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2021. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terus mengalami perbaikan dari waktu ke waktu.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini tren kasus Covid-19, khususnya di Jawa-Bali, dalam kondisi rendah.

"Kasus konfirmasi di Jawa-Bali terus mengalami penurunan dari puncaknya, hingga mencapai 99 persen dari puncak kasus pada 15 Juli lalu," kata Luhut dalam keterangan pers Evaluasi PPKM, Senin (8/11/2021) di YouTube Sekretariat Presiden.

Dia menyampaikan bahwa angka reproduksi (Rt) Covid-19 di Indonesia dan Jawa-Bali berada di bawah 1.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rt untuk wilayah Jawa berada pada angka 0,93. Sedangkan Bali berada pada angka 0,97.

"Mengindikasikan terkendalinya pandemi Covid-19," ujar Luhut.

Dia menambahkan, tingkat kematian akibat Covid-19 juga mengalami penurunan signifikan.

"Sehingga jumlah pemakaman itu sudah sama dengan sebelum pandemi. Jadi sebenarnya, kalau kita lihat dari semua sisi, rumah sakit juga tempat pemakaman, semua menunjukkan angka yang bagus," kata Luhut.

Berkaca dari indikator-indikator tersebut, benarkah pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali?

Baca juga: 10 Link Twibbon Hari Pahlawan dan Kutipan Kata-kata Pahlawan Nasional

Tanggapan epidemiolog

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, jika dilihat dari beberapa aspek, maka kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia bisa dikatakan terkendali.

"Kalau dari data angka absolut; test positivity rate, kemudian angka reproduksi yang stabil di bawah 1, kemudian juga keterisian (rumah sakit) itu memang benar (terkendali)" kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/11/2021).

Namun, apabila dilihat dari sisi level penularan/transmisi, Dicky mengatakan bahwa Indonesia masih berada pada tingkat penularan komunitas.

Ia menjelaskan, ketika level penularan masih pada tingkat transmisi komunitas, maka hal itu menunjukkan bahwa masih ada kasus infeksi di masyarakat yang belum terdeteksi.

"Sehingga kasus-kasus yang ditemukan itu masih memberi fenomena puncak gunung es," kata Dicky.

Menurut Dicky, fenomena puncak gunung es itu terlihat dari adanya peningkatan kasus harian yang terjadi di beberapa kota dan kabupaten belakangan ini.

"Tapi memang fenomena puncak gunung esnya sudah tidak sebesar, seekstrim sebelumnya, ketika mayoritas (daerah) masih di level transmisi 4 dan 3. Sekarang kan mayoritas sudah di community transmission level 1," imbuh dia.

Baca juga: Panduan Upacara Hari Pahlawan dan Wajib Hening Cipta Pukul 08.15

Perlu disadari dan diwaspadai

Dicky mengatakan, situasi tersebut perlu disadari dan diwaspadai oleh semua pihak.

"Karena kalau ini tidak disadari, kita akan terjerembab. Dan dalam euforia yang akan makin menjauhkan kita dari kewaspadaan," ujar Dicky.

Dia mengatakan, kewaspadaan mesti tetap dijaga karena mapping atau pemetaan kasus infeksi Covid-19 di Indonesia masih jauh dari kata sempurna.

"Artinya ini harus jadi introspeksi kita, harus jadi pengingat kita. Di tengah ada banyak berita baik ini, ini harus mengingatkan kita bahwa kita belum berada pada satu posisi yang benar-benar confidence ini semua aman," kata dia.

Menurut Dicky, capaian-capaian baik yang berhasil dicapai dalam upayan pengendalian Covid-19 mesti diimbangi dengan kesadaran bahwa masih ada titik-titik lemah di beberapa sektor, yang masih bisa diperkuat lagi.

Baca juga: Indonesia Bebas Zona Risiko Tinggi Covid-19, 19 Daerah Catat Nol Kasus

Ancaman varian Delta Plus

Dicky mengatakan, penguatan upaya-upaya pengendalian Covid-19 adalah sebuah kewajiban, mengingat saat ini muncul ancaman baru dari varian baru virus corona AY.4.2 atau disebut juga varian Delta Plus.

"Dengan ancaman varian baru saat ini, Delta Plus. Bahkan bukan cuma Delta Plus, banyak sekali sekarang varian yang umumnya menurunkan efikasi vaksin," kata Dicky.

Dicky mengatakan, untuk menjaga capaian-capaian positif yang telah diraih ini tidak kembali turun, maka penting untuk menerapkan strategi pengendalian yang komprehensif.

"Vaksinasi, 3T dan 5M, kemudian PPKM bertingkat. Ini yang harus dilakukan di semua daerah, tidak hanya di Jawa-Bali saja, tidak hanya aglomerasi saja, tidak hanya ibukota-ibukota saja. Dan ini masih jadi PR kita," ungkap Dicky.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi