Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Sederet Kecanggihan Sirkuit Mandalika, Trek Balap MotoGP 2022

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI
Foto udara pekerja menyelesaikan pengecatan ornamen Pertamina Mandalika International Street Circuit di KEK Mandalika, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Jumat (5/11/2021). Pengecatan sudut trek, kerb dan tepian trek sirkuit Mandalika menggunakan tiga warna penting yakni warna merah putih yang menandakan kerb yang berfungsi sebagai pemandu pembalap di lintasan dan warna hijau yang merupakan track limit atau pembatas trek yang ketika pembalap menyentuh garis tersebut akan dikenakan penalti. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Indonesia akhirnya memiliki lintasan balap atau sirkuit bertaraf internasional di Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sirkuit kebanggaan Indonesia itu bernama Pertamina Mandalika International Street Circuit dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 12 November 2021.

Saat peresmian, Jokowi menjajal secara langsung sirkuit sepanjang 4,3 kilometer dan memiliki 17 tikungan ini.

Sirkuit ini disebut dapat menampung sekitar 150.000 hingga 200.000 orang.

Kendati demikian, pihak pengelola hanya menyediakan hingga 75.000 kursi di grandstand dan 138.000 area berdiri di masa pandemi Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak hanya itu, Sirkuit Mandalika juga memiliki sederet kecanggihan lainnya. Apa saja?

Baca juga: Profil Sirkuit Mandalika, Lombok, Trek Balap untuk MotoGP 2022

1. Teknologi aspal

Dalam akun Instagram resmi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) @itdc_id, disebutkan bahwa Sirkuit Mandalika menggunakan teknologi pengaspalan bernama Stone Mastic Asphalt (SMA).

SMA adalah campuran aspal yang digunakan untuk melapisi permukaan atas aspal. Tujuannya, memperkuat struktur lapisan permukaan dengan prinsip kontak stone by stone.

Dengan teknologi tersebut, aspal yang digunakan pun semakin kecil.

Tak hanya itu, SMA juga memiliki daya penetrasi yang tinggi, sehingga pembalap tidak mudah terjatuh saat terjadi wet race atau jalan licin akibat air hujan.

Tak banyak sirkuit balapan yang menggunakan teknologi ini.

Selain Sirkuit Mandalika, tiga sirkuit lainnya adalah Silverstone (Inggris), Yas Marina (Abu Dhabi), dan Phillip Island (Australia).

Baca juga: Ini Perbandingan Sirkuit Mandalika dan Sepang, Di Mana Bedanya?

2. Aspek safety

Untuk aspek safety, Sirkuit Mandalika menggunakan concrete wall dengan debris fence, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Concrete wall dipilih menggantikan rail guard yang terbuat dari besi.

Bentuk dari concrete wall ini seperti yang ada di sirkuit perkotaan.

Misalnya yang ada di Baku, Azerbaijan, atau gelaran balap Formula E di jalanan perkotaan.

Baca juga: Profil Valentino Rossi yang Resmi Pensiun Akhir Musim 2021, Grazie Vale!

3. Pacu kecepatan hingga 330 kilometer per jam

Dalam pengerjaan aspal jalur utama, Sirkuit Mandalika menggunakan tiga alat finisher dengan teknologi satelit.

Hal ini menjamin kualitas permukaan dan kemiringan sesuai desain.

Pengerjaannya juga diawasi langsung oleh tenaga profesional.

Karena itu, Sirkuit Mandalika menjadi salah satu sirkuit yang menawarkan kecepatan hingga 330 kilometer per jam.

Meski demikian, sirkuit ini juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi bagi pebalap.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Sirkuit Sentul Gelar MotoGP, Diikuti Valentino Rossi di Kelas 125cc

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi