Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Kasus Pertama Virus SARS Terdeteksi di China

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi virus
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut pertama kali tercatat pada 16 November 2002, di Guangdong, China.

Penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini masih serumpun dengan Covid-19.

Penularannya pun mirip, di udara dan dapat menyebar melalui droplet atau liur dari orang yang terinfeksi.

Hanya dalam satu tahun setelah kasus pertama terdeteksi, SARS menginfeksi sedikitnya 8.096 orang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, dalam setahun sejak terdeteksi SARS mengakibatkan 774 kematian.

Baca juga: Update 16 November 2021: Covid-19 Indonesia Terendah sejak 19 Bulan!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat dikira pneumonia dan berasal dari musang

Sebuah penyakit ditemukan di Provinsi Guangdong di Cina bagian tenggara pada 16 November 2002.

Awalnya penyakit tersebut didiagnosa sejenis pneumonia, atau peradangan paru-paru akibat infeksi.

Belakangan diketahui penyakit berasal dari virus baru yang berbeda. Virus yang masih misterius ini menyebabkan penyakit yang kemudian diberi nama SARS.

Melansir Harian Kompas, 10 Januari 2004, WHO pun menyelidiki kasus tersebut dengan mengamati informasi lebih banyak dari pasien kasus SARS kedua di China di tahun 2004.

Pasien itu adalah seorang pramusaji perempuan berusia 20 tahun yang diisolasi di Rumah Sakit Rakyat Nomor 8 Guangzhou, China. Media China menyebutkan, perempuan itu bekerja di sebuah restoran terkenal, yang menyajikan daging musang.

Kasusnya pun dihubungkan ke coronavirus yang serupa dengan yang ditemukan pada musang.

Temuan ini mengakibatkan pembunuhan besar-besaran terhadap musang, yang merupakan makanan khas daerah itu.

Kendati demikian, temuan tersebut belum bisa dibuktikan. Beberapa tahun kemudian, berbagai kajian terus dilakukan dan ternyata virus ini berkaitan dengan kelelawar tapal kuda.

Baca juga: Ini Daerah di Jawa dan Bali dengan Capaian Vaksinasi di Atas 70 Persen

 

Penyebab SARS

Dikutip dari Britannica yang diakses pada Selasa (16/11/2021), SARS disebabkan oleh corona, sejenis virus yang biasanya dikaitkan dengan pneumonia dan flu biasa.

Virus ini dinamai sesuai wujudnya dalam gambar mikroskop elektron dari korona halolike, atau mahkota, di sekitar permukaannya.

Virus corona SARS melompat ke manusia dari reservoir hewan, yang diyakini sebagai kelelawar tapal kuda.

Kemampuan virus corona untuk melompat ke manusia membutuhkan perubahan genetik pada virus. Perubahan tersebut diduga terjadi pada luwak sawit karena virus SARS yang ada pada kelelawar tapal kuda tidak dapat menginfeksi manusia secara langsung.

Baca juga: Epidemiolog: Sudah Ada 40.000-an Mutasi SARS-CoV-2

Menyebar ke negara lain

Penyebaran SARS ke luar China dibawa oleh seorang pasien yang tidak terdeteksi dan tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi.

Mengutip History, 17 Maret 2020, penyebaran SARS ke luar China dibawa oleh seorang profesor medis dari Guangdong, Liu Jianlun.

Profesor berusia 64 tahun itu check in di Kamar 911 di Metropole Hotel, Hong Kong. Ia jatuh sakit dan pergi ke rumah sakit, di mana dia meninggal dalam waktu dua minggu.

Namun selama kunjungan singkatnya di hotel, tanpa disadari virus itu menginfeksi beberapa tamu lainnya. Orang-orang itu kemudian membawa SARS ke Singapura, Toronto, dan Hanoi.

Dari Hong Kong, virus itu dengan cepat disebarkan oleh pelancong global di seluruh Asia Timur, Amerika Utara, Eropa dan seluruh dunia.

Kelompok yang paling terkena dampak adalah petugas kesehatan yang terinfeksi sebelum SARS secara resmi diidentifikasi sebagai ancaman penyakit.

Berdasarkan catatan CDC, baru pada 12 Maret 2003 WHO mengeluarkan peringatan global untuk penyakit sejenis pneumonia parah yang tidak diketahui asalnya, tetapi terdeteksi di China, Vietnam, dan Hong Kong.

Kondisi ini membuat panik kota-kota besar Asia, dari Singapura hingga Beijing. Banyak sekolah dan gedung-gedung publik tutup. Warga juga menghindari kerumunan di mana infeksi dapat menyebar.

Baca juga: Apakah PPKM Jawa-Bali Diperpanjang? Ini Kondisi Covid-19 Indonesia

 

Otoritas kesehatan di seluruh dunia menerapkan langkah-langkah kontrol yang ketat, termasuk larangan perjalanan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak.

Ada karantina di rumah sakit dan tempat-tempat lain di mana orang ditemukan terinfeksi.

Sampai pada Juni 2003, penularan telah dikendalikan dan pembatasan mulai dilonggarkan.

Pada 31 Desember 2003, secara global, WHO menerima laporan SARS dari 29 negara dan wilayah.

Sedikitnya 8.096 orang terinfeksi SARS dan 774 di antaranya meninggal dunia.

China melaporkan paling banyak kasus dengan 5.327 kasus dan 349 kematian. Sementara Hong Kong, melaporkan 1.755 kasus dan 299 kematian.

Baca juga: Apa Itu DME yang Disebut Bakal Gantikan Gas Elpiji?

Gejala SARS dan perkembangannya

SARS adalah virus di udara dan dapat menyebar melalui droplet atau liur dari orang yang terinfeksi.

SARS juga dapat menyebar secara tidak langsung melalui permukaan yang telah disentuh oleh seseorang yang terinfeksi virus.

Sebagian besar pasien yang diidentifikasi dengan SARS sebelumnya adalah orang dewasa sehat berusia 25-70 tahun. Kemudian, beberapa kasus SARS juga dilaporkan terjadi di antara anak-anak di bawah 15 tahun.

SARS, dalam sindrom pernapasan akut yang sangat parah, penyakit pernapasan yang sangat menular ini ditandai dengan demam terus-menerus, sakit kepala, dan ketidaknyamanan pada tubuh, diikuti oleh batuk kering yang dapat berkembang menjadi kesulitan bernapas yang hebat.

Pada Desember 2019, virus corona baru muncul di China. Virus yang diberi nama SARS-CoV-1 ini menyebabkan penyakit yang disebut Covid-19.

Penyakit yang kemudian menjadi pandemi dan masih menginfeksi banyak orang di dunia hingga sekarang.

Baca juga: Cara Cek dan Ubah Data Sertifikat Vaksin via WhatsApp dan PeduliLindungi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi