Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencabulan Anak oleh Keluarga Terdekat, Kenapa Bisa Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
ISTOCK
Ilustrasi
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kasus pencabulan anak kembali terjadi. Dua anak perempuan di Kota Padang, Sumatera Barat dicabuli oleh anggota keluarga terdekat dan tetangganya berulang kali.

Diberitakan Kompas.com, 17 November 2021, pelaku pencabulan tersebut adalah kakek korban yang berinisial J, paman korban berinisal R, dan kakak kandung korban berinisial RA, G, dan A, serta tetangga korban yang berinisial U.

Korban berusia 5 tahun dan 10 tahun.

Dalam kasus ini, 4 pelaku ditangkap yakni kakek, paman, dan dua orang kakak korban, yaitu RA dan G. Sementara itu, tetangga dan kakak korban A masih dalam pengejaran.

Kasus pencabulan terhadap belasan anak juga terjadi di Jakarta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa kasus pencabulan terhadap anak kerap terjadi, dan dilakukan oleh keluarga dekat?

Psikolog yang juga Seksolog, Dr. Baby Jim Aditya, M.Psi., mengatakan, meski kasus yang muncul saat ini ibarat fenomena puncak gunung es.

Hal itu karena masih banyak kasus yang belum terungkap. Biasanya, korban enggan melapor karena berbagai alasan.

"Malu pada kejadian itu, takut dimarahi orang di sekitarnya, takut sama Tuhan, takut sama diri sendiri, takut dipermalukan. Sudah dia jadi victim, dia di-revictimisasi," ujar Baby, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/11/2021).

Menurut dia, kasus-kasus seperti ini terjadi karena kontrol diri yang rendah atau lemah. Baby mengatakan, masing-masing individu bisa menahan diri serta mengetahui mana yang benar dan salah.

Penyebab lainnya, kata dia, karena relasi kuasa yang sangat patriarki di Indonesia.

"Relasi kuasa yang sangat patriarki, yang sangat mementingkan kepentingan laki-laki. Apa pun demi untuk laki-laki, oleh laki-laki, demi kepentingan laki-laki. Jadi perempuan enggak didengar aspirasinya," kata Baby. 

"Makanya si pelaku melakukannya kembali bahkan sampai bertahun-tahun," imbuhnya.

Penyebab lainnya, karena pengawasan sosial di Indonesia tidak memberi hukuman yang sepadan.

"Pengawasan sosial kita juga tidak memberi hukuman sosial, hukuman moral yang sepadan pada pelaku. Malah dianggap hebat. Misalnya ada anggapan seseorang akan awet muda kalau memperkosa atau berhubungan seks dengan yang masih perawan," ujar Baby.

Oleh karena itu, dia berharap penegak hukum di Indonesia bisa memperhatikan dampak jangka panjang terhadap korban.

Korban yang masih anak-anak bisa membawa traumanya hingga dewasa.

Baby menjelaskan, dampak itu tidak hanya sebatas hubungan seks di masa depan, tetapi juga berdampak pada seluruh aspek kehidupannya.

"Bukan hanya area seks saja, tapi menyangkut trust issue dia kepada manusia lain. Dia jadi kehilangan kepercayaan kepada orang lain, tokoh otoritas, atau kepada jenis kelamin yang berbeda (jika pelaku berbeda jenis kelaminnya)," ujar Baby.

Bahkan, pada taraf tertentu, ada korban yang takut pada sentuhan orang lain.

Ada yang takut pada ajakan-ajakan romantis, menjadi super curiga, dan lama-lama jadi orang yang kasar sinis pada orang lain.

Baby mengatakan, dampak lainnya yang mungkin terjadi, korban bisa tidak percaya pada hubungan pernikahan.

Oleh karena itu, dia menekankan, perlu ada penguatan dari sisi hukum. Selain itu, pendidikan reproduksi sejak dini juga perlu digencarkan di Indonesia.

Pendidikan itu antara lain memperkenalkan anak bahwa dia memiliki otoritas terhadap tubuhnya.

Anak-anak perlu diedukasi bahwa bagian-bagian tertentu tidak boleh disentuh oleh lawan jenis. 

Anak juga perlu diajarkan untuk tidak boleh bicara dengan orang asing.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi