Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Sinergi Sains dan Filsafat

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ POPTIKA
Ilustrasi sains.
Editor: Heru Margianto

SERIAL video mau pun naskah opini Ketua Umum Satu Pena Denny JA melanjutkan perjuangan Nasir Tamara seperti biasa selalu seru menampilkan peristiwa peradaban yang menarik disimak.

Polemik

Kali ini yang ditampilkan sang tokoh serba bisa adalah kemelut polemik antara kaum pendukung sains dengan kaum pendukung filsafat yang diawali dengan pernyataan kaum pro-sains memetik pernyataan sang maha-scientist Stephen Hawkings bahwa filsafat sudah mati mirip pernyataan Friedrich Nietzsche bahwa Tuhan sudah mati atau klaim Karl Marx bahwa agama adalah opium manusia.

Para die hard pendukung sains meyakini bahwa Stephen Hawking memang tega menyatakan filsafat sudah mati.

Stephen Hawking menganggap para filsuf tidak lagi mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan lebih kredibel soal alam semesta kini tergantung dari ilmuwan yang didukung oleh dana dari pemerintah atau perusahaan multi-nasional.

Sementara dari kubu para filsuf tentu saja menampik segenap tudingan para antipatisan filsafat dengan segala cara tanpa peduli haram atau halal.

Sokrates

Menarik melihat fakta sejarah. Sejak dahulu para filsuf memang selalu dimusuhi oleh mereka yang merasa terancam oleh pemikiran mereka yang disebut sebagai filsuf.

Contoh klasik adalah Sokrates yang bukan cuma dianggap mati namun malah benar-benar nyata sengaja dihukum mati dengan memaksa Sokrates minum racun yang konon diramu oleh penguasa Athena.

Para penguasa gereja juga kerap alergi terhadap para filsuf yang dianggap membahayakan kewibawaan dogma agama.

Maka, melecehkan filsafat sama sekali bukan perilaku modern sebab sejak dahulu kala sudah dilakukan oleh manusia.

Ojo dumeh

Saya sama sekali bukan filsuf namun sekadar sesosok insan manusia yang sedang berupaya belajar berpikir.

Mahaguru utama berpikir saya adalah ayah dan ibu saya yang mewariskan kearifan leluhur Jawa terutama ojo dumeh yang keadiluhurannya bersifat vertikal sekaligus horisontal mau pun diagonal sekaligus sentrifugal bahkan metaversal itu.

Menyadari kedangkalan daya pikir saya maka saya tidak berani melibatkan diri ke dalam kemelut polemik antara kubu pendukung sains melawan kubu pendukung filsafat itu.

Berbekal ojo dumeh saya hanya memberanikan diri mengingatkan para pihak yang sedang asyik berseteru bahwa pada hakikatnya mubazir membenturkan sains dengan filsafat.

Baik sains mau pun filsafat sama-sama merupakan karsa dan karya pemikiran manusia hanya beda dalam hal arah dan sasaran pemikiran saja.

Sukma sains lebih cenderung das Sein sementara sukma filsafat lebih cenderung das Sollen.

Namun sebagai sama-sama sekadar hasil pemikiran manusia yang mustahil sempurna sebaiknya sains dan filsafat jangan saling melecehkan akibat masing-masing mustahil sempurna.

Sinergi

Selaras dengan makna adiluhur di dalam ojo dumeh maka sebaiknya baik sains mau pun filsafat jangan satu sama lain saling bersikap takabur dan jemawa merasa diri lebih unggul.

Ketimbang menjadi suatu antienergi saling berbenturan adalah lebih baik bahkan lebih indah apabila sains dan filsafat menjadi sinergi saling mengisi, saling mendukung, saling melengkapi.

Sains dan filsafat bersatupadu menjadi suatu perpaduan energi peradaban siap didayagunakan sebagai bekal perjalanan umat manusia agar dapat damai hidup bersama di planet bumi nan gemah ripah loh jinawi tata tentram kerta raharja.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi