Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Toilet SPBU dan Perkara Besar yang Tak Selesai di Pertamina

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Fitria Chusna Farisa
Foto Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden: Presiden Joko Widodo menjajal Sirkuit Mandalika di Lombok, NTB, Jumat (12/11/2021).
Editor: Heru Margianto

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan. Sebulan terakhir, kita merasakan kelegaan yang cukup besar karena sejumlah aktivitas yang semula dibatasi dilonggarkan.

Pelonggaran dan kemungkinan melakukan sejumlah aktivitas ini semoga berkontribusi baik bagi kesehatan kita. Tidak hanya kesehatan raga, tetapi kesehatan pikiran serta kesehatan jiwa kita.

Berkat disiplin kita pada prokes dan makin banyaknya vaksinasi diberikan, kita bisa bersama-sama mengendalikan pandemi Covid-19.

Prokes yang semula adalah cara kita menyingkat protokol kesehatan, sudah diserap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karena seringnya kita menggunakan dan meneriakkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersamaan dengan prokes, KBBI juga menyerap kata bucin, gabut, dan pinjol. Seperti bahasa yang terus berkembang merespons zaman, semoga kita pun demikian.

Soal respons, minggu lalu ada dua kejadian yang berurutan dengan subyek sama: Pertamina.

Amat jarang Presiden Joko Widodo marah. Amat jarang Presiden Joko Widodo terlihat marah. Amat jarang Presiden Joko Widodo menceritakan bahwa dirinya marah.

Nah, amat jarangnya itu disampaikan Presiden Jokowi saat memberi pengarahan pada komisaris dan direksi Pertamina dan PT PLN (Persero), Sabtu (20/11/2021).

Dalam pengarahan itu, hadir Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang temperamental, gemar marah, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati.

Di depan dua pejabat dan semua komisaris serta direksi Pertamina, Presiden Jokowi menuturkan pernah membentak Dirut Pertamina karena lambat mengeksekusi proyek kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).

Nilai investasi TPPI adalah 3,8 miliar dollar AS dengan perencanaan yang dibuat sebelum 2014 untuk mengurangi impor petrokimia dan produk turuanannya.

Bentakan sebagai ungkapan kemarahan disampaikan Jokowi karena mendapti alasan yang persis sama seperti tahun-tahun sebelumnya dari dirut-dirut sebelumnya. 

Presiden ingin ngebut segera, pejabat di bawahnya tampak seperti berleha-leha saja.

Tender untuk proyek kilang TPPI sudah dilakukan dua kali tanpa kejelasan pengerjaan proyek. Jokowi memantau proyek TPPI karena potensi besarnya bagi perekonomian nasional.

Proyek TPPI bisa membuat neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan terjaga baik, tidak defisit. Ketika beroperasi, TPPI akan mengurangi impor dalam jumlah besar, terutama petrokimia dan produk turunannya.

Indonesia diyakini bisa memproduksi sendiri, punya industrinya, mesinnya, dan bahan bakunya. Namun, cara mudah impor dipilih sebagai strategi.

Kemarahan Jokowi yang terwujud dalam bentakan kepada Dirut Pertamana Nicke Widyawati berdasar pada kesedihan ini. 

Reaksi paling umum ketika orang mendapati kesedihan adalah marah.

Tidak lama setelah bentakan sebagai ungkapan kemarahan yang berdasar pada kesedihan itu, Direksi Pertamina mendapat sorotan kembali.

Kali ini bukan untuk perkara besar dengan nilai investasi 3,8 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 54 triliun, tetapi perkara recehan Rp 2.000 di toilet umum Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU).

Sorotan ini agak janggal lantaran baru dikemukakan. Praktik pungutan atau membayar sukarela tetapi diberi patokan saat menggunakan toilet umum di SPBU sudah puluhan tahun berjalan.

Namun, kejanggalan itu mendapat pembenaran jika dikaitkan dengan kemarahan Jokowi yang hanya berselang dua hari.

Pejabat yang menyoroti pungutan di toilet SPBU adalah Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Dalam sebuah video untuk konsumsi media sosialnya, Erick yang wajahnya banyak muncul di hampir semua fasilitas BUMN memberi peringatan kepada Direksi Pertamina.

Peringatan itu diberikan setelah sebelumnya Erick bertanya ke penjaga toilet di SPBU Pertamina di Probolinggo, Jawa Timur.  

Agak mengherankan ketika Erick seperti baru tahu kalau ada pungutan untuk penggunaan toilet umum di SPBU.

Untuk mereka yang sering dalam perjalanan jauh lewat darat, SPBU adalah toilet selain tempat pengisian bahan bakar.

Untuk toilet itu, selain beberapa gratis dan bersih, banyak yang berbayar atau sukarela tetapi dijaga petugas yang memegang uang di depan kotak.

Seperti keheranan setelah berdialog dengan penjaga toilet, Erick mengharap kamera untuk media sosialnya meminta Direksi Pertamina memperbaiki karena harusnya gratis.

Meminta dan meminta adalah cara halus untuk memerintah lantaran marah. Erick sedang mempraktikkannya.

Toilet adalah layanan umum cuma-cuma lantaran Pertamina sudah mendapat keuntungan dari jualan bahan bakar dan membuka mini market.

Lalu, apa kaitan antara TPPI bernilai investasi triliunan rupiah dengan toilet yang angkanya recehan?

Apa kaitan bentakan Jokowi dan upaya meminta-minta Erick kepada Direksi Pertamina?

Bersamaan dengan dua berita ini, muncul berita lama soal transformasi salah satu BUMN paling kusut menjadi baik berawal dari toilet. BUMN itu adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Untuk transformasi KAI yang dimulai dari toilet umum di stasiun ini, tersebutlah nama Ignasius Jonan.

Pilihan Jonan memperbaiki toilet umum sempat dipertanyakan dan disepelekan banyak pihak di PT KAI. Namun Jonan teguh pada pendiriannya untuk melakukan perubahan.

Jonan yakin, kalau membehani dan mengurus toilet umum di stasiun saja KAI enggak bisa, maka untuk urusan lain yang lebih rumit, KAI tidak akan bisa juga.

Dari toilet umum, KAI berubah. Toilet pribadi di ruang-ruang direksi yang dirawat sangat baik ditutup. Direksi diminta pakai toilet umum supaya tahu kondisi dan tahu memperbaiki. 

Standar toilet umum yang baik dicari dan dijadikan acuan memberikan layanan kepada pengguna jasa kereta api. 

Jonan berkeyakinan, perkara besar bisa diselesaikan kalau bisa mengurusi dan menyelesaikan perkara kecil, bukan sebaliknya.

Jika hidup kalian ruwet seperti tak akan terselesaikan, tengoklah perjalanan KAI.

Ada harapan perbaikan dari perkara-perkara kecil keseharian yang diselesaikan.

Salam perbaikan,
Wisnu Nugroho. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi