Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Setelah Divaksin Tubuh Mengandung Bluetooth dan Bisa Dilacak

Baca di App
Lihat Foto
Akun Facebook
Unggahan hoaks yang menyebutkan bahwa tubuh yang divaksin bisa memancarkan bluetooth dan dilacak.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Beredar informasi di Facebook bahwa setelah divaksin tubuh mengandung bluetooth, antena 5G, dan bisa dilacak lewat aplikasi bluetooth.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com dan konfirmasi kepada Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, informasi tersebut tidak benar atau hoaks. 

Vaksin tidak membuat seseorang mengandung bluetooth, antena 5G, dan bisa terlacak lewat aplikasi bluetooth.

Narasi yang beredar

Akun Facebook yang membagikan klaim tentang hubungan antara orang yang sudah divaksin dengan bluetooth adalah ini, ini, ini, dan ini.

Ada yang membagikan gambar, ada juga video. Salah satu akun menulis:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tubuh jadi keren habis di vaksin bluetooth".

Selain itu disebut di gambar bahwa setelah divaksin tubuh menjadi magnet. Ada juga yang menyebut vaksin mengandung bluetooth.

Pada akun lain disebutkan:

"yang belum vaksin ayo vaksin kapan lagi bisa jadi antena 5G internet anti lelet unlimited".

Dia membagikan tangkapan layar akun Instagram yang memberitahu cara mendeteksi orang yang sudah divaksin, yaitu dengan menyalakan bluetooth dan mendekatkan pada orang yang sudah divaksin.

"Jika muncul kode seperti 4F-6A-01-77-2A-95 Maka selamat, mereka jadi antena reseptor 5G".

Hal serupa juga diklaim, dengan narasi seperti ini:

"Yg udh di Enjus (lambang suntikan/vaksin), pasti bisa di lihat di bluetooth
Jika anda tidak percaya, praktekkan & aktifkan bluetooth mu"

Kemudian dia membagikan tangkapan layar BLE devices dengan bluetooth yang muncul bernama "Vaccinated".

Akun lain mencoba sendiri dengan hp untuk mengecek. Dia menulis narasi sebagai berikut:

"Karena penasaran dengan video beberapa orang mengenai bluetooth yang sudah tertanam dalam tubuh orang yang telah menerima enjus, maka saya mencobanya sendiri di tempat yang cukup ramai dan hasilnya bisa dilihat dalam video ini.
Apapun alibi orang yang telah menerimanya anda tidak bisa pungkiri bahwa tubuh anda telah terpasang suatu sistem yang akan terkoneksi dengan pusat data dunia ????
Tanya kenapa app itu harus gunakan lokasi dan aktifkan bluetooth? Jika anda bisa berpikir dengan logika harusnya paham".

Klaim yang disebarkan akun-akun di atas yaitu:

  • tubuh setelah divaksin mengandung bluetooth
  • tubuh yang divaksin menjadi antena 5G
  • bagi yang sudah divaksin bisa dideteksi lewat bluetooth.

Adapun tangkapan layar unggahan Facebook itu seperti ini:

Arsip unggahan tersebut bisa dilihat di , , , dan .

Konfirmasi Kompas.com

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa kabar tersebut tidak benar (hoaks).

"Iya (hoaks). Nggak lah," kata Nadia pada Kompas.com, Rabu (24/11/2021).

Menurut penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, melansir fullfact, 24 Mei 2021, vaksin secara fisik tidak dapat membuat seseorang menjadi magnetis.

Tidak ada dalam kandungan vaksin yang berhubungan dengan Bluetooth. Vaksin terdiri dari sejumlah bahan kimia, dan tidak mengandung apa pun yang mampu mentransmisikan gelombang radio jarak pendek (bluetooth).

Vaksin juga tidak mengandung microchip, atau semacamnya. Terkait seseorang yang sudah divaksin bisa terdeteksi lewat bluetooth, itu juga tidak benar.

Kode-kode yang muncul adalah alamat MAC (Media Access Control), yaitu 12 kode karakter yang mengidentifikasi perangkat keras yang dapat terhubung satu sama lain.

Perangkat seperti ponsel, komputer, konsol game, dan bahkan hal-hal seperti mesin cuci berkemampuan WiFi semuanya memilikinya.

Layar ponsel di postingan Facebook bahkan mengatakan nama perangkat akan muncul ketika perangkat ini terhubung.

Kode AC, EC, atau lainnya sebenarnya adalah produk dari suatu perusahaan. Seperti kode EC merupakan produk dari perusahaan Logitech, yang membuat aksesoris nirkabel.

Sementara itu kode AC merupakan produk yang dibuat oleh perusahaan bernama Chongqing Fegui Electronics.

Ketika seseorang menyalakan bluetooth, maka akan terlihat sejumlah perangkat lain yang tersedia (menyala). Itu adalah perangkat di sekitar orang tersebut.

Munculnya alamat MAC itu tidak membuktikan bahwa vaksin mengandung sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat terhubung melalui bluetooth.

Terkait 5G, melansir CNBC, 1 Oktober 2021, spesialis penyakit menular pediatrik di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Dr. Matt Laurens, mengatakan tidak mungkin microchip bisa masuk dalam suntikan vaksin Covid-19.

"Microchip itu harus memiliki sumber daya yang terkait, dan selain itu, sumber daya itu harus mengirimkan sinyal melalui setidaknya satu inci otot, lemak, dan kulit ke perangkat jarak jauh, yang sekali lagi, tidak bisa. tidak masuk akal," ujarnya.

Vaksin Covid diberikan dengan jarum ukuran 25 hingga 22, yang memiliki diameter internal antara sekitar 0,26 dan 0,41 milimeter.

Sementara itu, chip dengan fungsionalitas 5G sedikit lebih kecil dari uang satu sen. Identifikasi frekuensi radio terkecil, atau chip RFID, memang cukup kecil di 0,125 milimeter.

Tetapi mereka hanya berfungsi ketika dipasang pada antena kumparan yang membuat sistem chip tunggal seukuran sebutir beras, yang akan membutuhkan jarum suntik sekitar 13 kali lebih besar dari yang digunakan untuk menyuntikkan vaksin.

“Subkomponen individu dalam chip yang sangat, sangat kecil cukup kecil, tetapi mereka harus dilampirkan ke semua hal lain yang membuatnya berfungsi, yang membuatnya menjadi perangkat dan bukan hanya tag RFID mengambang acak,” kata James Heathers, kepala ilmuwan, petugas di Cipher Skin, yang membuat perangkat pelacak biometrik yang dapat dipakai.

Perusahaan rintisan Swedia Biohax International telah mengembangkan sistem chip RFID yang dapat disuntikkan di bawah kulit. Pendiri Jowan Osterlund memiliki empat di bawah kulitnya sendiri dan telah menyuntikkan sekitar 6.000 perangkat pada orang-orang di seluruh dunia.

Akan tetapi ini membutuhkan jarum yang jauh lebih besar daripada yang digunakan untuk vaksin, dan masih terlalu kecil untuk menyertakan sumber daya atau kemampuan pelacakan.

“Ini dua kali 12 milimeter. Itu seukuran sebutir beras yang mewah,” kata Osterlund.

Kesimpulan

Tidak benar bahwa setelah divaksin tubuh mengandung bluetooth, antena 5G, dan bisa dilacak lewat aplikasi bluetooth.

Hoaks ini adalah hoaks berulang yang masih disebarkan di media sosial hingga saat ini. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi