Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Varian Baru Omicron, Ini Catatan Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/ker_vii
Ilustrasi virus corona di dalam organ paru-paru. Jumlah virus corona yang tinggi di dalam paru-paru menjadi penyebab kematian Covid-19.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary
KOMPAS.comEpidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, adanya lonjakan kasus yang sangat ekstrem di Afrika Selatan menunjukkan bahwa besar kemungkinan varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron, sangat menular.

Di Afrika Selatan, peningkatan kasus lebih dari 200 persen dalam seminggu di negara yang baru saja memasuki musim panas dan di tengah varian Delta yang bersirkulasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memasukkan varian baru B.1.1.529 atau Omicron dalam daftar varian yang menjadi perhatian atau varian of concern.

Varian baru ini mempunyai 32 mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang digunakan pada sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid-19.
Protein lonjakan yang melapisi bagian luar dari virus memungkinkannya menempel dan masuk ke sel manusia.

Mutasi pada protein lonjakan dapat memengaruhi kemampuan virus menginfeksi sel dan menyebar, tapi juga mempersulit sel kekebalan untuk menyerang patogen.

Mutasi yang terdeteksi dalam protein lonjakan akan mengubah bentuk struktur ini, sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Belum Terdeteksi di Indonesia, Bagaimana Antisipasi Pemerintah terhadap Varian Omicron?

Berpotensi lebih menular dibandingkan varian Delta

Dicky memperkirakan, ada potensi bahwa varian baru Omicron ini lebih menular dibandingkan varian Delta.

“Ini baru pola awal, mudah-mudahan tidak seperti itu,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/11/2021).

Ia mengatakan, penemuan varian Omicron yang langsung menjadi variant of concern menjadi salah satu pertanda yang sangat serius.

Dicky mengungkapkan, varian baru ini berpotensi menyebabkan gelombang baru di dunia.

“Omicron lahir di Afrika, ini catatan sangat pentingnya. Negara ini memiliki banyak kasus dengan imun compromised, masalah imunitas, yang dalam hal ini banyak penderita HIV/Aids,” papar dia.

Pada penderita HIV/Aids, lanjut Dicky, virus bisa sangat lama berdiam dan bermutasi dalam tubuh.

“Itu memberikan kesempatan kecepatan yang sama sehingga lahir satu varian dari sekian mutasi yang terjadi, probabilitas mnejadi lebih besar munculnya varian super,” jelas Dicky.

Memperkuat screening pintu masuk

Dicky mengungkapkan, pemerintah dapat memperketat pintu masih perbatasan. Selain tes negatif Covid-19, harus benar-benar diterapkan karantina dalam waktu tujuh hari.

“PCR tes negatif harus dipastikan saat kedatangan maupun sebelum keluar dari karantina,” ujar dia.

Menurut Dicky, pencegahan suatu varian baru masuk dalam wilayah negara harus dilakukan dengan sistem skrining perbatasan yang kuat, ketat, dan konsisten.

“Saat ini secara umum PCR harus dilakukan. Saat kedatangan sudah benar harus negatif, tapi masa karantina itu yang masih ditarik ulur. Dengan adanya varian yang sangat serius ini, dan berpotensi membuat ledakan baru dunia, saya tidak bicara ledakan tiga Indonesia, ini ledakan dunia ya. Tujuh hari karantina sangat wajib,” papar Dicky.

“Karena tes PCR bukan saat kedatangan atau 2-3 hari sebelum bepergian, tapi hari ke 5-6 dari masa karantina,” lanjut dia.

Sementara itu, di dalam negeri dapat diterapkan rapid tes antigen untuk perjalanan jarak jauh.

“Cukup rapid tes antigen, karena itu masih efektif,” kata Dicky.

Vaksinasi

Dicky juga menekankan, cakupan vaksinasi harus diperluas dan dipercepat. Vaksinasi terbukti efektif walaupun efektifnya mencegah keparahan dan kematian.

“Harus kita kejar dosis vaksin, dua dosis setidaknya. Urgensi booster untuk kelompok berisiko harus cepat dilakukan di awal tahun, termasuk vaksinasi untuk anak-anak. Harus segera, setara merata,” kata Dicky.

Dicky menambahkan, langkah pemerintah untuk menerapkan pembatasan-pembatasan bertingkat sudah tepat.

“Pemerintah sudah benar menerapkan PPKM bertingkat. Natal dan Tahun Baru dilakukan pembatasan, sudah betul. Namun, yang harus dilakukan lebih giat lagi adalah vaksinasi,” kata dia.

Selain itu, tetap harus ditingkatkan 3T (testing, tracing, treatment) dan protokol kesehatan 5M secara ketat.

“Kabar baiknya tidak usah panik berlebihan, karena vaksin masih efektif. Kombinasi (3T, 5M, vaksinasi) juga sangat efektif. Tapi PR-nya, pengabaian harus dihindari,” ujar Dicky.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Corona B.1.1.529

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi