Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Bahaya Varian Omicron? Ini Kata Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/PETER DEJONG
Jalanan yang sepi di Belanda, karena restoran, bar, dan toko-toko tutup sesuai aturan lockdown parsial di Amsterdam, Jumat (26/11/2021). Pemerintah memperketat pembatasan akibat melonjaknya kasus Covid-19 di Belanda.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kemunculan varian Omicron B.1.1.529 menyebabkan banyak negara melakukan langkah-langkah pengetatan untuk mencegah penyebaran varian ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian yang pertama terdeteksi di Afrika Selatan ini sebagai variant of concern (VoC) atau mengkhawatirkan.

Sejauh ini, varian Omicron dikonfirmasi telah menyebar di beberapa negara di luar Afrika Selatan, seperti Inggris, Jerman, Italia, dan Israel.

Menghadapi situasi ini, banyak negara termasuk Indonesia menutup kedatangan warga negara asing yang memiliki riwayat perjalanan dari negara-negara Afrika.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Daftar Negara yang Dilarang Masuk Indonesia Imbas Varian Omicron

Lantas, seperti apa potensi bahaya dari varian Omicron?

Omicron disebutkan lebih menular dibanding Delta

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, alasan varian Omicron patut diwaspadai adalah karena kemampuan penularannya yang cepat.

Menurut Dicky, varian virus corona yang mampu menular atau menginfeksi dengan cepat akan diklasifikasikan sebagai varian yang berbahaya.

"Dan dalam konteks Omicron, dalam 3 minggu dia bisa membuat satu wilayah yang test positivity rate-nya dari 1 persen menjadi 30 persen, dan wilayah itu adalah Afrika Selatan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/11/2021).

Baca juga: Peringatan Epidemiolog soal Varian Baru Virus Corona B.1.1.529

Omicron menjadi varian dominan di Afrika Selatan

Selain itu, varian Omicron juga menjadi varian yang dominan di Afrika Selatan hanya dalam waktu singkat, menggeser posisi dari varian Delta yang sebelumnya mendominasi.

"Dalam waktu kurang dari 2 minggu, dia (Omicron) sudah bisa menjadi dominan, 75 persen mendominasi. Bahkan, diperkirakan akhir November ini jadi 100 persen di Afrika Selatan," kata Dicky.

"Ini sesuatu yang luar biasa, di tengah tadinya dominasi Delta. Jadi kalau ada varian yang bisa mendominasi satu wilayah dan mengalahkan Delta, berarti varian ini lebih serius dalam artian infeksiusnya," imbuhnya.

Baca juga: Miliki Gejala Serupa, Ini Beda Flu dengan Covid-19

Lebih lanjut, Dicky memaparkan bahwa varian Omicron dapat melakukan reinfeksi atau infeksi ulang pada orang-orang yang sudah terinfeksi varian Delta, atau orang-orang yang sudah mendapatkan vaksinasi.

"Makanya ini berbahaya," ungkap Dicky.

Dicky mengatakan, saat ini belum dapat dipastikan apakah varian Omicron dapat berkontribusi pada tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien Covid-19.

"Data untuk kematian dan keparahan masih terlalu awal. Tapi untuk transmisi atau penularan sudah lebih dari berbahaya. Bahkan potensinya bisa 500 persen dari virus liar," kata dia.

Berpotensi membebani fasilitas kesehatan

Sejauh ini, menurut Dicky, infeksi varian Omicron pada orang yang sudah mendapatkan vaksinasi menunjukkan gejala mild atau ringan.

"Tapi mild (ringan)-nya ini belum cukup lengkap. Karena yang dilihat baru pada dewasa-muda di bawah 30 tahun," kata Dicky.

"Pada lansia dikabarkan (gejalanya) berat. Nah ini (data keparahan dan kematian) yang masih harus ditunggu," imbuhnya. 

Namun demikian, Dicky mengatakan bahwa penyebaran varian Omicron berpotensi besar menyebabkan beban rumah sakit dan fasilitas kesehatan meningkat.

Baca juga: Terus Bertambah, 4 Negara Sudah Laporkan Varian Covid-19 Omicron

Karena varian Omicron terbukti memiliki tingkat penularan yang lebih cepat, sehingga akan berpotensi menginfeksi lebih banyak orang.

"Katakanlah fatalitas itu 1 persen dari total. Tapi 1 persen dari 100 dan 1 persen dari 100.000 kan banyakan yang 100.000," kata Dicky.

"Kemudian kesakitan. Katakanlah kesakitan itu di kisaran 20 persen atau 15 persen. Tapi 15 persen atau 20 persen dari 1.000 dengan dari 100.000 atau 10.000 ya tentu beda," imbuh dia.

Dari kasus di atas, maka dikhawatirkan dapat membebani fasilitas kesehatan, layanan kesehatan, kebutuhan obat, dan lain sebagainya.

Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19

Tentang varian Omicron

Mengutip laman WHO, Jumat (26/11/2021) varian Omicron atau B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta.

Dalam beberapa minggu terakhir, infeksi telah meningkat tajam, bertepatan dengan terdeteksinya varian B.1.1.529.

Baca juga: Mengenal Varian Baru Botswana B.1.1.529 dan Potensi Bahayanya...

Kasus infeksi B.1.1.529 pertama yang terkonfirmasi diketahui berasal dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021.

Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan.

Bukti awal menunjukkan bahwa varian B.1.1.529 meningkatkan risiko infeksi ulang Covid-19 dibandingkan dengan VoC (variant of concern) lainnya.

Jumlah kasus yang terkait dengan varian Omicron meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan, terbukti dari diagnostik PCR SARS-CoV-2 yang terus mendeteksi varian ini.

Baca juga: ASN Kriteria Ini Boleh Cuti dan Bepergian ke Luar Daerah Selama Libur Nataru

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Corona B.1.1.529

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi