Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Omicron, Varian Baru Corona

Baca di App
Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Kemunculan varian Omicron mendorong sejumlah negara menutup perjalanan dari dan ke kawasan Afrika bagian selatan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Varian Omicron B.1.1.529 adalah varian baru virus corona penyebab Covid-19 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Varian Omicron saat ini diketahui telah menyebar di banyak negara di luar Afrika Selatan, seperti Jerman, Italia, Belanda, Israel, dan Kanada.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 November 2021 telah menetapkan varian Omicron sebagai variant of concern (VoC) atau varian yang mengkhawatirkan.

Melansir laman WHO, Minggu (28/11/2021), para peneliti dari Afrika Selatan dan seluruh dunia masih terus melakukan penelitian untuk mengungkap karakteristik varian Omicron.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut hal-hal yang sudah diketahui dari varian Omicron:

Baca juga: WHO Sebut Omicron Berisiko Tinggi Sebabkan Lonjakan Kasus Covid-19 Global

1. Tingkat penularan

Belum dapat dipastikan apakah varian Omicron lebih menular atau lebih mudah menyebar dari orang ke orang dibandingkan varian lain, termasuk Delta.

Jumlah orang yang dites positif Covid-19 telah meningkat di wilayah Afrika Selatan yang terdampak varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang dilakukan untuk memahami apakah itu karena Omicron atau faktor lainnya.

2. Tingkat keparahan

Belum dapat dipastikan apakah infeksi Covid-19 akibat varian Omicron, dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan infeksi dari varian lain, termasuk Delta.

Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan.

Akan tetapi, hal ini mungkin disebabkan meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi. Bukan spesifik akibat infeksi dari Omicron.

Sejauh ini belum ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala yang terkait dengan Omicron berbeda dari varian lainnya.

Namun demikian, perlu diingat bahwa semua varian Covid-19 dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian, khususnya bagi orang-orang yang paling rentan.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Ini Aturan Terbaru Karantina Perjalanan Internasional

3. Potensi reinfeksi

Bukti awal menunjukkan kemungkinan orang yang sebelumnya terinfeksi Covid-19 dapat terinfeksi ulang dengan lebih mudah, karena varian Omicron.

Namun, informasi tersebut masih terbatas. Informasi lebih lanjut tentang hal ini akan segera disampaikan WHO dalam beberapa hari atau minggu mendatang.

4. Efektivitas vaksin

WHO saat ini masih bekerjasama dengan mitra teknis untuk memahami dampak potensial dari varian ini pada tindakan pencegahan yang ada, termasuk vaksin.

Sejauh ini, vaksin masih tetap efektif melawan penyakit parah dan kematian dan tetap efektif terhadap varian Delta yang memiliki tingkat penularan tinggi.

5. Masih bisa dideteksi PCR

WHO menyebutkan bahwa tes PCR (Polymerase Chain Raction) masih mampu mendeteksi infeksi Covid-19 akibat Omicron.

Studi sedang berlangsung untuk menentukan apakah varian Omicron berdampak pada jenis tes lain, termasuk tes rapid antigen.

Baca juga: Ada Varian Omicron, Apakah Pemerintah Akan Percepat Vaksin Booster untuk Kelompok Rentan?

Rekomendasi WHO untuk masyarakat

Menurut WHO, langkah paling efektif yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19, termasuk varian Omicron adalah dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Protokol yang efektif mencegah penularan Covid-19 antara lain:

  • menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain;
  • memakai masker dengan benar;
  • membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi;
  • menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai;
  • menjaga tangan tetap bersih;
  • batuk atau bersin ke siku atau tisu yang tertekuk; dan
  • mendapatkan vaksinasi saat sudah tersedia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi