Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Rendah, Apakah Covid-19 di Indonesia Mulai Mereda?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/SUKOCO
Capai 20 pasien meninggal covid 19 yang ditangani penguhurannya oleh petugas pemakaman, Satgas Penanganan Covid 19 Magetan melaporkan ada penurunan dibandingkan minggu lalu yang mencapai 30 orang meninggal
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Indonesia mencatatkan 1 kasus kematian dalam sehari Covid-19, pada Minggu (28/11/2021) berdasarkan laporan harian yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19. 

Melihat grafik kematian harian di laman covid19.go.id, Indonesia terakhir melaporkan angka kematian 1 adalah pada Maret 2020.

Dari tren pelaporan kasus kematian tersebut, apakah Covid-19 mulai mereda dan fasilitas kesehatan mampu menangani pasien hingga korban jiwa dapat ditekan? 

Baca juga: UPDATE Corona 1 Desember: Kasus Covid-19 Varian Omicron Menyebar di Uni Eropa hingga Jepang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

 

Kata Kemenkes RI

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menyebut angka laporan kasus dan korban meninggal yang rendah tidak serta-merta dapat diartikan Covid-19 mereda. 

Menurut Nadia, angka-angka pelaporan kasus positif dan korban meninggal pada data tidak bisa dikatakan secara tepat kasus yang terjadi di lapangan.

"Angka positif kan sudah 0,19 persen, jadi kasusnya sangat rendah, kemarin adalah jumlah yang dilaporkan saja," ujar Nadia saat dihubungi Senin (29/11/2021).

Begitu juga untuk angka 1 pada kasus kematian harian. Di lapangan, mungkin saja masih ada kasus-kasus kematian lain akibat Covid-19 yang tidak terlaporkan.

Sementara itu, untuk menentukan banyak atau sedikitnya kasus parah di masyarakat, angka kematian sama sekali tidak bisa dijadikan acuan.

"Untuk menilai tingkat keparahan harus menghitung dari case fatality rate yang angkanya (saat ini) masih 2,7 persen," jelas dia.

Angka itu diperoleh dengan membagikan jumlah kasus kematian dengan total kasus infeksi yang ada.

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Varian Omicron Dikhawatirkan Para Peneliti

 

Kata epidemiolog

Sementara itu epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman justru mengkhawatirkan kecilnya angka kematian terkait Covid-19 yang dilaporkan oleh pemerintah Indonesia.

Menurutnya, definisi kematian akibat Covid-19 yang digunakan di Indonesia masih terlalu sempit.

"Definisi kematian kita ini sempit belum mengikuti WHO. Sebetulnya ini yang riskan dan berbahaya, karena kita tidak bisa mendeteksi deteksi intervensi, mendeteksi potensi bahaya," jelas Dicky.

Di Indonesia, seseorang ketika baru dikatakan positif Covid-19 hasil tes PCR menunjukkan positif.

Padahal menurut Dicky, hasil antigen positif pun seharusnya sudah dimasukkan ke dalam data kasus positif.

"Definisi rekomendasi WHO tujuan untuk memastikan kita tidak kebobolan," ujarnya.

Dengan demikian, maka angka kematian yang tercatat pun bisa semakin meluas. Namun hal itu menurut Dicky tidak terjadi pada sistem pendataan di Indonesia.

"Angka kematian yang rendah harus diwaspadai. Memaknai angka kematian ini, kita harus mencari data lagi. Bicara angka kematian bukan hanya masalah angkanya menjadi sedikit, tapi bagaimana kita memperoleh angka itu," ungkap dia.

Baca juga: Libur Natal dan Tahun Baru, Apakah Akan Ada Penyekatan?

 

Selain definisi kematian akibat Covid-19 yang masih sempit, kemampuan surveilance genomic Indonesia juga disebut masih sangat terbatas.

"Hanya 0,2 persen dari total kasus, setidaknya 2 persen atau 1 persen saja. Itu akan memberikan sedikit gambaran tentang situasi yang ada," kata Dicky.

Jadi, jika angka kematian diperoleh dari data yang terbatas, maka kita tidak bisa terburu-buru menarik kesimpulan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi