Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Percaya meski Tidak Melihat

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/ STOCKSNAP
Ilustrasi.
Editor: Heru Margianto

MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ateisme merupakan kata benda bermakna paham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Dari pemaknaan semantikal itu dapat ditafsirkan bahwa pada hakikatnya ateisme merupakan sebuah paham.

Paham

Akibat merupakan sebuah paham maka ateisme rawan menimbulkan salah paham. Menarik bahwa KBBI tidak menggunakan kata percaya tetapi mengakui yang berakar pada kata aku maka jelas sangat amat subjektif.

Karena subjektif, istilah ateisme terkait kepada bukan objektivitas namun subjektivitas. Berarti tidak ada ateisme objektif berlaku bagi semua orang.

Maka ateisme si A beda dengan ateisme si B, beda dengan ateisme si C, terus berkelanjutan sampai si Z, lalu si AA beda dari si AB, beda dari si AC sampai AZ, dan selanjutnya secara tak terhingga sebab tak kenal batas maksimal alias infinitas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata kerja mengakui juga tidak sama dengan kata kerja mempercayai akibat atau maka insan yang di bibir tidak mengakui Tuhan belum tentu di lubuk sanubari tidak percaya Tuhan ada.

Atau sebaliknya. Percaya menurut KBBI merupakan kata kerja, sementara saya menganggap percaya juga sebagai, maaf jika saya keliru, kata sifat sebelum dikatabendakan dengan awalan ke dan akhir an.

Yahya 20:26-29 

Di dalam Alkitab Nasrani, istilah percaya tersurat dan tersirat pada Yahya 20: 26-29 yang berkisah tentang Tomas sebagai berikut:

Tomas, salah satu dari kedua belas pengikut Yesus yang juga dipanggil Didimus, tidak bersama mereka ketika Yesus menampakkan diri di tengah-tengah mereka.

Maka, para pengikut lainnya berkata kepada Tomas, “Kami telah melihat Junjungan!”

Tetapi, ia berkata kepada mereka, “Jika aku belum melihat bekas paku pada tangan-Nya serta mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke lambung-Nya, aku tidak akan percaya.”

Selang delapan hari, para pengikut Yesus kembali berkumpul dalam rumah itu. Tomas pun ada di antara mereka.

Tiba-tiba Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka, padahal semua pintu dalam keadaan terkunci. Lalu, Ia bersabda, “Damai bagimu!”

Setelah itu, Ia bersabda kepada Tomas, “Ulurkanlah jarimu kemari dan lihatlah tangan-Ku. Ulurkanlah juga tanganmu dan cucukkanlah ke lambung-Ku. Jangan tidak percaya, tetapi percayalah!”

Jawab Tomas kepada-Nya, “Ya Junjunganku, ya Tuhanku.”

Sabda Jesus kepadanya, “Engkau percaya karena engkau telah melihat Aku. Berbahagialah mereka yang percaya sekalipun tidak melihat.”

Percaya

Saya kagum terhadap makna kearifan terkandung di dalam kalimat "berbahagialah mereka yang percaya sekali pun tidak melihat".

Kalimat tersebut menghibur mereka yang kebetulan tidak bisa melihat sebab tunanetra atau kebetulan sedang tidak berada di lokasi peristiwa terjadi.

Meski saya bukan umat Nasrani yang saleh sebab tidak rajin ke gereja namun saya percaya sepenuhnya kepada ajaran kasih sayang Yesus terutama yang tersirat pada ajaran jangan menghakimi; siapa tak berdosa lempar batu pertama; kisah anak yang hilang; kisah Yesus bertamu ke rumah Zakeus; serta berbahagialah mereka yang percaya meski tidak melihat tadi itu.

Namun saya tidak percaya pada tulisan para murid Yesus yang tidak sesuai dengan ajaran kasih sayang Yesus seperti kisah Yesus mengusir roh jahat lalu dimasukkan ke tubuh segerombolan babi yang kemudian terguling-guling masuk ke dalam danau atau kisah Yesus mengutuk pohon ara tak berdaun di musim kemarau.

Bukti

Menurut pendapat saya, Tomas merupakan personifikasi semangat ilmu pengetahuan dan teknologi sejati yaitu tidak percaya sebelum memperoleh bukti kebenaran yang dipercaya.

Namun, dalam percaya bahwa Yang Maha Kuasa ada, saya tidak butuh pembuktian sama halnya saya percaya pada kesepakatan para saintis bahwa kecepatan cahaya 299.792.458 meter per detik tanpa perlu pembuktian mengenai kebenarannya.

Akibat tidak mampu membuktikan benar-tidaknya, maka saya juga terpaksa percaya saja terhadap apa yang disebut sebagai black hole yang tidak dipercaya oleh Albert Einstein namun digubah oleh Stephen Hawking.

Meski berbagai pihak terutama kaum ateis menyatakan Yesus tokoh fiktif namun saya tetap percaya atas kebenaran makna ajaran kasih sayang Yesus yang dikisahkan oleh para muridnya di Perjanjian Baru sebagai bagian kedua setelah Perjanjian Lama di Alkitab sebagai Kitab Suci Nasrani.

Untuk percaya ajaran kasih sayang Yesus, mohon dimaafkan oleh para saintis yang ateis bahwa memang saya tidak perlu bukti. Halleluya! (Maaf jika penulisan kata ini keliru)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi