KOMPAS.com - Obat Covid-19 buatan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK) mendapatkan izin penggunaan dari Badan Regulator Obat-obatan dan Perawatan Kesehatan Inggris (MHRA).
Keputusan ini menambah daftar obat Covid-19 yang telah disetujui untuk digunakan di Inggris.
Sebelumnya, MHRA telah menyetujui penggunaan obat molnupiravir buatan perusahaan farmasi Merck.
Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19
Menurut MHRA, obat antibodi Xevudy (sotrovimab) terbukti aman dan efektif mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada orang dengan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.
Melansir laman MHRA, Kamis (2/12/2021) Chief Executive MHRA June Raine mengatakan, pihaknya menyambut baik kehadiran obat GSK sebagai opsi tambahan pengobatan Covid-19.
"Saya senang untuk mengatakan bahwa kita sekarang memiliki pengobatan Covid-19 lain yang aman dan efektif, Xevudy (sotrovimab), bagi mereka yang berisiko terkena penyakit parah," kata Raine.
"Ini adalah terapi lain yang telah terbukti efektif dalam melindungi mereka yang paling rentan terhadap Covid-19, dan menandakan langkah maju yang signifikan dalam perjuangan kita melawan penyakit yang mematikan ini," imbuhnya.
Baca juga: 25 Negara Telah Laporkan Varian Omicron, Mana Saja?
Mengenal obat GSK
Dikembangkan oleh GSK dan Vir Biotechnology, Xevudy (sotrovimab) adalah obat bertipe antibodi monoklonal tunggal.
MHRA menjelaskan, obat tersebut bekerja dengan cara mengikat protein spike yang terdapat di bagian luar virus Covid-19.
Hal tersebut mencegah virus corona menempel dan memasuki sel manusia, sehingga tidak dapat bereplikasi di dalam tubuh.
MHRA menyebutkan, dari hasil uji klinis, dosis tunggal antibodi monoklonal ditemukan mengurangi risiko rawat inap dan kematian sebesar 79 persen pada orang dewasa berisiko tinggi dengan infeksi Covid-19 yang bergejala.
Berdasarkan data uji klinis, sotrovimab paling efektif bila dikonsumsi selama tahap awal infeksi sehingga MHRA merekomendasikan penggunaannya sesegera mungkin dan dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala.
Baca juga: 4 Fakta Seputar Varian Covid-19 B.1.1.529 dari Afrika Selatan
Obat GSK diberikan melalui infus
Obat GSK telah mendapatkan izin untuk digunakan pada orang yang memiliki infeksi Covid-19 ringan hingga sedang dan setidaknya satu faktor risiko terkena penyakit parah.
Faktor risiko tersebut antara lain menderita obesitas, berusia lanjut (lebih dari 55 tahun), menderita diabetes mellitus, atau menderita penyakit jantung.
Penggunaan obat ini disetujui untuk individu berusia 12 tahun ke atas yang memiliki berat lebih dari 40 kg.
Adapun cara pemberian obat GSK yakni diberikan melalui infus intravena selama 30 menit.
Baca juga: Bagaimana Gejala Terinfeksi Varian Omicron dan Apakah Terdeteksi PCR?
Obat GSK diklaim ampuh melawan Omicron
Melansir Reuters, Jumat (3/12/2021) perusahaan farmasi GSK dan Vir Biotechnology mengeklaim bahwa obat Xevudy (sotrovimab) yang mereka kembangkan, efektif melawan varian baru virus corona, Omicron.
Mereka menyebutkan, tes laboratorium dan penelitian pada hamster telah menunjukkan bahwa antibodi sotrovimab dapat bekerja melawan virus sintetis yang direkayasa secara biologis untuk membawa sejumlah mutasi ciri varian Omicron.
"Kami dengan cermat mengikuti setiap mutasi yang mungkin penting. Dengan varian baru ini (Omicron), mutasi yang kami uji sejauh ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sotrovimab" kata Herbert Virgin, Chief Scientific Officer Vir Biotechnology.
Baca juga: Alasan WHO Menamai Varian B.1.617.2 Jadi Omicron, Bukan Nu atau Xi
Varian Omicron diketahui memiliki jumlah mutasi yang luar biasa tinggi pada protein spike, yang digunakan oleh virus untuk menempel pada sel manusia.
Namun, Chief Executive Vir Biotechnology George Scangos mengatakan, obat sotrovimab telah didesain dengan mempertimbangkan kemungkinan mutasi pada virus corona.
"Sotrovimab sengaja dirancang dengan mempertimbangkan virus yang bermutasi," kata dia.
Baca juga: Hal yang Diketahui dan Belum Diketahui WHO tentang Varian Omicron