Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil 3 Obat yang Diklaim Mampu Obati Covid-19, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Peter Kniez
Ilustrasi obat Covid-19. Inggris setujui obat Sotrovimab yang dikembangkan oleh perusahaan GlaxoSmithKline (GSK) dan Vir Biotechnology untuk pengobatan Covid-19. Selain mampu mengurangi risiko gejala ringan berkembang menjadi gejala berat, mengurangi risiko rawat inap dan kematian, obat ini juga tampaknya mampu melawan varian baru Omicron.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Obat-obatan untuk mengobati Covid-19 terus dikembangkan dan beberapa sudah mendapatkan izin penggunaan di beberapa negara.

Terbaru, obat Covid-19 hasil kerja sama perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK) dan Vir Biotechnology telah mendapatkan izin penggunaan di Inggris.

Obat yang diberi nama Xevudy (sotrovimab) itu dinyatakan aman dan efektif mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada orang dengan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.

Sebelumnya, perusahaan farmasi Merck telah merilis obat dalam bentuk pil, molnupiravir, yang juga telah mendapatkan izin penggunaan di Inggris.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Covid-19 lain yang tengah dikembangkan adalah Paxlovid buatan perusahaan farmasi Pfizer, yang juga merupakan produsen vaksin Covid-19 bertipe mRNA.

Baca juga: Mengenal Obat Covid-19 GSK yang Disetujui Pemerintah Inggris

Profil obat-obatan yang diklaim mampu obati Covid-19

1. Obat GSK

Badan Regulator Obat-obatan dan Perawatan Kesehatan Inggris (MHRA) telah mengeluarkan izin penggunaan obat Covid-19 Xevudy (sotrovimab) buatan GSK dan Vir Biotechnology.

Melansir laman MHRA, Kamis (2/12/2021) Chief Executive MHRA June Raine mengatakan, pihaknya menyambut baik kehadiran obat GSK sebagai opsi tambahan pengobatan Covid-19.

"Saya senang untuk mengatakan bahwa kita sekarang memiliki pengobatan Covid-19 lain yang aman dan efektif, Xevudy (sotrovimab), bagi mereka yang berisiko terkena penyakit parah," kata Raine.

Baca juga: Peringatan Epidemiolog soal Varian Baru Virus Corona B.1.1.529

Obat sotrovimab adalah antibodi monoklonal tunggal.

Obat tersebut bekerja dengan cara mengikat protein spike yang berada di bagian luar virus Covid-19.

Hal itu mencegah virus corona menempel dan memasuki sel manusia, sehingga tidak dapat bereplikasi di dalam tubuh.

MHRA menyebutkan, dari hasil uji klinis, dosis tunggal antibodi monoklonal ditemukan mengurangi risiko rawat inap dan kematian sebesar 79 persen pada orang dewasa berisiko tinggi dengan infeksi Covid-19 yang bergejala.

Baca juga: Amankah Vaksin Sinovac untuk Anak 6-11 Tahun? Ini Penjelasan Epidemiolog

Berdasarkan data uji klinis, sotrovimab paling efektif bila dikonsumsi selama tahap awal infeksi sehingga MHRA merekomendasikan penggunaannya sesegera mungkin dan dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala.

Obat sotrovimab telah mendapatkan izin untuk digunakan pada orang yang memiliki infeksi Covid-19 ringan hingga sedang dan setidaknya satu faktor risiko terkena penyakit parah.

Faktor risiko tersebut antara lain menderita obesitas, berusia lanjut (lebih dari 55 tahun), menderita diabetes mellitus, atau menderita penyakit jantung.

Pemberian obat sotrovimab disetujui untuk individu berusia 12 tahun ke atas yang memiliki berat lebih dari 40 kg, dan diberikan melalui infus intravena selama 30 menit.

Baca juga: Mengenal Molnupiravir dan Paxlovid, Dua Obat yang Diklaim Ampuh untuk Covid-19

2. Pil molnupiravir

Diberitakan Kompas.com, 23 November 2021, Merck menjadi perusahaan farmasi yang pertama kali memperkenalkan obat oral untuk terapi perawatan pasien Covid-19.

Obat yang disebut pil molnupiravir ini adalah obat antivirus yang diminum.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati menjelaskan, cara kerja pil molnupiravir ini sama seperti obat antivirus favipiravir.

"Obat ini cara kerjanya menghambat reproduksi virus. Sebenarnya kalau secara spesifik sangat mirip dengan (obat) favipiravir, karena (obat) bekerjanya di satu enzim yang namanya RNA-dependent RNA polymerase," jelas Zullies.

Baca juga: 25 Negara Telah Laporkan Varian Omicron, Mana Saja?

MHRA juga telah menyatakan pil molnupiravir buatan Merck aman dan efektif.

Menurut MHRA, pil molnupiravir terbukti dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19.

Berdasarkan hasil uji klinis, pil Molnupiravir Merck ini paling efektif saat diminum pada tahap awal infeksi Covid-19.

MHRA juga menyarankan agar pil Covid molnupiravir Merck ini digunakan dalam waktu lima hari sejak timbul gejala Covid-19.

Baca juga: Miliki Gejala Serupa, Ini Beda Flu dengan Covid-19

3. Pil paxlovid

Obat Covid-19 buatan perusahaan farmasi Pfizer yang dikenal sebagai PF-07321332 atau Paxlovid, diklaim memliki kemanjuran atau efikasi yang luar biasa dalam uji klinis

Pada awal November lalu, Pfizer mengumumkan hasil topline dari uji klinis pil Covid tersebut.

Hasilnya menunjukkan pil paxlovid, mengurangi 89 persen risiko rawat inap atau kematian karena Covid-19 di antara orang-orang yang diberikan obat tersebut dalam tiga hari pertama setelah gejala Covid-19.

Baca juga: Mulai 24 Desember Semua Daerah Level 3, Bagaimana Aturannya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Molnupiravir dan Paxlovid, Obat Covid-19 yang Diklaim Ampuh

Pil Covid Pfizer nantinya akan digunakan dalam kombinasi dengan obat antivirus, ritonavir, yakni obat HIV yang sudah tersedia secara umum.

Pfizer juga telah menyetujui obat Covid-19 yang dikembangkannya itu untuk diproduksi dalam versi generik. Pil Covid Pfizer versi obat generik nantinya akan dipasok untuk 95 negara berpenghasilan rendah hingga menengah, salah satunya di Indonesia.

Namun demikian, Pfizer saat ini masih dalam proses mengajukan izin penggunaan paxlovid kepada otoritas Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

Baca juga: 4 Fakta Seputar Varian Covid-19 B.1.1.529 dari Afrika Selatan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi