Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Sperma Orang Tak Divaksin Sangat Berharga, Lebih Mahal daripada Bitcoin

Baca di App
Lihat Foto
Facebook
Tangkapan layar unggahan Facebook tentang hoaks vaksin mempengaruhi sperma
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Beredar klaim sperma orang yang tidak divaksin akan berharga di masa depan, bahkan lebih berharga daripada bitcoin.

Klaim tersebut salah satunya disebarkan di Facebook pada 24 September 2021 dengan menyertakan video berbahasa Inggris.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim tersebut tidak benar (hoaks) dan merupakan hoaks berulang.

Narasi yang beredar

Akun Facebook yang membagikan klaim bahwa sperma orang yang tidak divaksin akan berharga di masa depan, bahkan lebih berharga daripada bitcoin adalah akun ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut ini narasinya:

"Jadi skenario nya begini...

Sedikit demi sedikit, bukti2 kebenaran bahwa modus dibalik pemaksaan paksin2 itu : ada upaya merubah DNA manusia dgn tujuan utama nya adalah "Totally Control" (agar manusia yg sdh berobah DNA tsb dpt di kontrol oleh sbh system yg mereka sebut sebagai "Supra System").
Ketika semua upaya tsb sdh hampir sukses.
Disitu lahh muncul nya kelompok2 yang benar2 mendambakan kembali nya kehidupan manusia dgn DNA normal.
Maka harapan utk kembali nya kehidupan manusia dgn DNA Normal, hanya ada pada Pengembang biak an manusia2 yg tidak terkontaminasi paksin dan masih memiliki DNA alami manusia..

Note:
Pada masa nya nanti, sperma manusia yg tdk di vak_sin akan lbh mahal dari pada bitcoin atau pun emas..
Me: Bodoamaaat....mo bener mo kagak...klw memang bener....berarti gw salah satu pemilik sperma termahal dimasa mendatang doong..
Salaam Koplakk..."

Adapun narasi di video adalah sebagai berikut:

"Kalian yg belum divaksin, sperma anda sangat berharga, dan siap2 jadi laki2 impian di masa depan"

Arsip unggahan tersebut bisa dilihat di .

Berikut ini tangkapan layar unggahan tersebut:

Penelusuran Kompas.com

Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan mesin pencari Google untuk menelusuri kebenaran klaim tersebut.

Salah satunya merujuk pada laman Vice, 13 Agustus 2021, berjudul "Antivaxers Think Their ‘Pure’ Semen Will Skyrocket in Value".

Dijelaskan bahwa mereka yang percaya teori konspirasi yang tidak divaksinasi berpikir bahwa penis hingga sperma mereka lebih murni daripada populasi lainnya.

Beberapa orang menolak vaksin karena takut akan efek samping jangka panjang, termasuk efek pada sperma.

Ketika populasi yang divaksinasi akhirnya hancur, yang tidak divaksinasi akan bangkit untuk mengisi kembali planet ini. Itu kata penganut teori ini. 

Hal ini menjadi gagasan yang sangat populer di r/NoNewNormal, subreddit anti-mask, anti-vax.

Di sejumlah negara, beredar meme "sperma adalah Bitcoin baru" sejak vaksin mulai diluncurkan.

Akan tetapi baru-baru ini menyebar, bahkan hingga Indonesia.

Ketika para peneliti mencoba mencari tahu tentang bagaimana vaksin memengaruhi kesuburan, orang-orang yang menolak vaksin menganggapnya sebagai bukti bahwa pasti ada yang salah dengan vaksin.

Mendapatkan vaksinasi Covid-19 kerap dikaitkan dengan masalah kesuburan. Beberapa unggahan serupa telah dilabeli sebagai hoaks, sehingga ini adalah hoaks berulang.

Diberitakan Kompas.com, 28 Agustus 2020, pernah beredar narasi yang menyebutkan bahwa vaksin dari China memiliki efek samping mandul. Selain itu, beredar pula narasi vaksin Covid-19 mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan ledakan infertilitas di Britania Raya.

Reuters memberitakan, klaim tentang bahan kimia infertilitas sangat menyesatkan.

Asisten Profesor dan Ketua Penelitian Kanada dari Departemen Mikrobiologi Medis & Penyakit Menular di Universitas Manitoba, Jason Kindrachuk, mengatakan, belum ada identifikasi masalah kesehatan terkait hormon yang dilaporkan dari uji klinis vaksin Covid-19 yang sedang berlangsung.

Melansir Science Alert, seperti diberitakan Kompas.com, 7 Maret 2021, delapan pakar atau ahli vaksinologi dan biologi reproduksi mencoba menjelaskan dan meluruskan pernyataan terkait bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan.

Ahli menjelaskan, kekhawatiran terhadap vaksin Covid-19 yang disebut dapat menyebabkan kemandulan muncul melalui serangkaian informasi di media sosial.

Banyak informasi tanpa penjelasan yang tepat yang menunjukkan bahwa vaksin Pfizer berkaitan dengan protein yang ditemukan di dalam plasenta yang disebut syncytin-1.

Narasi suatu unggahan menyebutkan, vaksin corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech mengandung syncytin-1 atau protein spike yang merupakan bagian dari vaksin mirip dengan syncytin-1.

Oleh sebab itu, informasi yang salah ini menyebabkan kekhawatiran bahwa vaksin Pfizer tersebut akan melatih sistem kekebalan tubuh menyerang plasenta orang tersebut.

Syncytin-1 bukanlah salah satu bahan vaksin. Dalam hal kesamaan dengan protein spike, ini tidak cukup untuk menyebabkan masalah respon auto-imun.

Semua protein terbuat dari untaian panjang asam amino yang dilipat menjadi bentuk 3D yang rumit.

Profesor Catherine Thornton dari Swansea University, Wales, Inggris, menjelaskan, agar antibodi salah mengenali syncytin-1 sebagai SARS-CoV-2, harus ada kemiripan asam amino yang cukup dalam string ini (yang tidak ada).

"Asam amino kritis akan perlu dikelompokkan bersama dalam molekul 3D dengan cara yang cukup mirip dan dapat diakses, padahal sebenarnya tidak," kata Profesor Thornton.

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa antibodi terhadap protein spike SARS-CoV-2 tidak menyerang plasenta karena telah ditemukan antibodi SARS-CoV-2 pada bayi yang baru lahir.

Antibodi ini telah melewati plasenta dari ibunya ketika mereka terinfeksi selama masa kehamilan.

Sebelumnya, beredar klaim bahwa vaksin Pfizer dapat mengakibatkan kemandulan pada wanita. Hal itu pernah diberitakan Kompas.com, 10 Desember 2020.

Klaim ini dipastikan hoaks. Sejumlah ahli menyatakan, tidak ada bukti bahwa vaksin Pfizer mengakibatkan sterilisasi pada wanita.

Kesimpulan

Klaim bahwa sperma orang yang tidak divaksin akan berharga di masa depan, lebih berharga daripada bitcoin adalah hoaks atau tidak benar.

Tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa seseorang bisa mandul karena vaksin Covid-19.

Hoaks tersebut adalah hoaks berulang, telah muncul sejak awal vaksinasi Covid-19 dimulai.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi