Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah Sekitar Gunung Semeru Diprediksi Hujan Lebat Siang Ini

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANDI HARTIK
Material awan panas guguran Gunung Semeru yang merusak rumah warga di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Minggu (5/12/2021). Gunung Semeru erupsi pada Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.00 WIB, mengeluarkan lava pijar, suara gemuruh, serta asap pekat berwarna abu-abu yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan materi.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) A Fachri Radjab mengatakan adanya potensi hujan di daerah sekitar Gunung Semeru, Senin (6/12/2021).

Menurut Fachri, hujan lebat bahkan berpotensi mengguyur daerah sekitar Semeru pada siang hari hingga tiga hari ke depan.

"Kami perkirakan masih ada potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, bahkan di siang hari ada potensi hujan lebat sampai 3 hari ke depan," kata Fachri dalam konferensi pers, Minggu (5/12/2021) malam.

Waspadai potensi hujan lebat

Ia menjelaskan, potensi hujan lebat ini perlu diwaspadai, khususnya terkait proses evakuasi di wilayah terdampak erupsi.

Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Eko Budi Lelono meminta semua pihak mewaspadai curah hujan tinggi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, dengan adanya curah hujan tinggi di lokasi erupsi dapat memicu hal-hal lainnya.

Baca juga: Mbah Rono Jelaskan Potensi Paling Bahaya dari Erupsi Gunung Semeru

Pantauan kondisi Semeru

Karena itu Eko mengatakan, pihaknya saat ini terus memantau perkembangan Gunung Semeru selama 24 jam dan berharap tidak ada erupsi susulan yang besar.

"Kami pantau terus 24 jam, untuk aktivitas Semeru ini, mudah-mudahan erupsi-erupsi lain tidak terlalu besar, meskipun nanti terjadi lagi," kata Eko.

Pihaknya mewaspadai potensi tingkat curah hujan tinggi dan berharap tidak terjadi hujan ekstrem yang dapat memicu terjadinya bencana lainnya. 

 

Erupsi susulan

Menurut Eko, Badan Geologi saat ini masih memonitor penyebab pasti erupsi Semeru, Sabtu (4/12/2021) sore.

Ia menjelaskan, setidaknya ada tiga kali erupsi susulan usai ledakan besar kemarin, yaitu pukul 00.30 WIB, setelah subuh pukul 05.00 WIB, dan pada pukul 10.00 WIB.

Dua erupsi pertama menurut dia tidak terlihat jelas seberapa jauh arah gugurannya karena visualisasi tertutup kabut. 

"Kemudian yang jam 10.00 WIB masih bisa terpantau, lebih kurang 2 kilometer luncurannya dari puncak. Mungkin sedikit menurun jarak luncurnya dengan yang Sabtu kemarin yang lebih besar," tambahnya.

Baca juga: Status Waspada Gunung Semeru dan Update Dampak Erupsinya...

Awan panas guguran

Terkait jarak luncur awan panas guguran pada erupsi besar, pihaknya belum mendapat data pasti.

Sebelumnya, ahli Vulkanologi Surono atau akrab disapa Mbah Rono mengingatkan, potensi paling bahaya dari Gunung Semeru adalah awan panas guguran.

Menurutnya, Semeru termasuk gunung yang sangat aktif membentuk kuba lava.

"Apabila kuba lava ini gugur dan dengan volume yang sangat besar, maka bisa diikuti dengan awan panas guguran," kata Mbah Rono, dikutip dari tayangan Breaking News Kompas TV, Minggu (5/12/2021).

"Berbeda dengan awan panas letusan, kalau awan panas letusan itu keluar saat terjadi letusan. Ini adalah awan panas guguran," sambungnya.

Ia menjelaskan, awan panas guguran ini sudah berlangsung dan mengarah ke tenggara sekitar 5 kilometer.

Baca juga: Benarkah Tak Ada Peringatan Dini Erupsi Semeru? Ini Tanggapan PVMBG

 

Terlebih, erupsi yang terjadi saat musim hujan ini berpotensi lebih besar membawa awan panas guguran ke sungai yang berhulu di Gunung Semeru.

Untuk itu, ia meminta agar masyarakat yang beraktivitas atau tinggal di sekitar sungai yang berhulu di Semeru, untuk berhati-hati dan wasapada.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi